BAB-3

Di depan sebuah rumah bergaya minimalis dengan cat warna abu-abu. Pocong dan Kuntilanak berdiri saling menatap, mereka berdua juga saling tersenyum.

"Bagaimana , Lanak? Apakah kamu sudah siap untuk party?" Pocong bertanya sambil mengerlingkan matanya.

"Pastinya dong!" jawab Kuntilanak penuh dengan semangat. Dia sudah tidak sabar lagi melihat wajah ketakutan dari tetangga manusianya

Mereka berdua kemudian masuk kedalam rumah tersebut.

"Kok sepi ya, Cong? Lampunya juga mati?" tanya Kuntilanak, saat mereka sudah  berada diruang tamu.

Pocong hanya diam, dia tidak menggubris apa yang dikatakan Kuntilanak.

"Cong! Kok kamu diam aja sih!" tegur Kuntilanak kepada Pocong yang hanya diam disampingnya, dengan tangan menepuk bahu Pocong.

"Aku ngambek...!" ucap Pocong dengan ketus

"Aku salah apaan sih? Kok, kamu jadi ngambek gitu?" tanya Kuntilanak dengan sewot.

Kuntilanak tidak terima dengan sikap Pocong yang tiba-tiba ngambek padanya

"Iya, aku ngambek! Kamu manggil aku, Cong. Kamu tau, kalau itu sangat tidak sedap didengar telingaku, nanti kalau ada yang dengar gimana? Dikirain hantu-hantu lain aku itu bencong beneran. Aku kan Pocong bukan Bencong...!" Pocong begitu sewot.

"Lah, aku kan nggak pernah bilang kamu itu bencong, aku hanya bilang Cong, sedangkan kamu aja tadi manggil aku Lanak, aku nggak marah dan protes! Kenapa kamu dipanggil Cong aja, jadi ngambek? Hiiiiiiiiiiiiii ... hiiiiiiii ... hiiiiiiiiii...! Kuntilanak membela diri sambil tetap tertawa  kencang.

"Kok, malah ketawa sih?" Pocong makin sewot, raut wajahnya semakin ruwet.

"Iya ... Iya sayangku!" Kuntilanak malah menggoda Pocong dengan panggilan sayang.

Mendengar kata-kata sayang, Pocong langsung menatap Kuntilanak dengan tatapan ingin menerkam.

"Beneran, kamu sayang aku?" Pocong bertanya sambil tersenyum lebar, walaupun pocong tau, kalau Kuntilanak hanya menggodanya saja, tapi tidak ada salahnya mencari harapan.

"NGGAK!" Jawab Kuntilanak dengan tersenyum.

Pocong menghela napas dengan pelan.

"Ya udah gini aja, biar kita nggak ribut. Aku panggil kamu dengan Kunti aja, dan kamu panggil aku dengan sebutan lengkap, Pocong. Ingat, jangan sekali-kali dipotong-potong, karena kalau panggilan aku dipotong-potong, bagaimanapun hasilnya tetap saja kagak enak untuk didengar. Mau itu, Poc, Oco, Poco, apalagi kalau Cong dan Ocong. Semua jelas kagak enak didengar," tutur Pocong panjang lebar, mengingatkan Kuntilanak tentang panggilannya.

"Hihihihihihihi ... hiiiii ... Hiiiiiiii ... iya!" jawab Kuntilanak lembu, seraya tertawa kecil melihat Pocong yang ceramah panjang lebar dengan wajah yang sewot.

Tiba-tiba Kuntilanak meletakkan jari telunjuknya di bibir Pocong. Sungguh sayang, jantung pocong sudah tidak berdetak lagi. kalau tidak, pasti pocong tidak akan sanggup menahan detak jantungnya, akibat sikap Kuntilanak. Sebab, bukan hanya karena jari Kuntilanak yang menempel di bibir Pocong, melainkan tatapan Kuntilanak yang seakan ingin mengatakan, kalau dia sungguh menyukai Pocong.

Ahhh... ******! Bisa-bisanya setelah kematian ada cinta yang tumbuh.

"Sstttttt! Jangan bersisik. Coba dengerin, Cong. Suara apaan tuh!" ucap Kuntilanak berbisik. Ada ******* didalam suaranya.

Walaupun ada nada godaan di balik suara bisikan Kuntilanak. Pocong merasa kesal dan langsung melompat kehadapan Kuntilanak, sehingga mereka berdua saling berhadapan. Beberapa detik kemudian, Pocong menjedotkan kepalanya ke kepala Kuntilanak, sehingga Kuntilanak menjerit kesakitan.

"Aduhhhhh ... sakit ah, Cong!" Kuntilanak membentak kesal.

"Makanya, jangan panggil aku Cong lagi!" bentak Pocong dengan raut wajah jutek.

"Aku nggak bisa, karena itu adalah panggilan sayangku, gimana dong?" ujar Kuntilanak sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit.

"Terserah pantat mu, lah!"

Pocong pun akhirnya pasrah dan mengalah. Dengan hati lapang pocong membiarkan Kuntilanak memanggil dirinya,  senyaman lidah si Kuntilanak, walaupun Kuntilanak mengatakan kalau itu adalah panggilan sayangnya, pocong tetap saja merasa itu hanya akal-akalannya saja.

Kuntilanak hanya tersenyum.

"Auuu...!Pelan pelan kenapa sih, Mas!" Suara jeritan kecil terdengar oleh Kuntilanak

"kau dengar nggak tuh, Cong. Sepertinya suara itu berasal dari dalam kamar deh!" bisik kuntilanak ketelinga Pocong

"Iya, aku dengar. Kalau gitu yuk kita ngamar!" bisik Pocong dengan tekanan intonasi yang tidak biasa.

PLAKKK! 

Kuntilanak langsung menjitak kepala Pocong.

"Ngamar ... ngamar ... emang aku cewek apaan diajak ngamar!" ketus Kuntilanak marah.

"Sensi amat sih! Sakit tau! Kalau kamu masih hidup, udah aku bunuh kau. Main jitak kepala orang aja," bentak Pocong tak mau kalah. 

"Kamu aja tadi juga ngejitak kepalaku kok!" Kuntilanak mecoba membela diri.

"Jitak itu pake tangan. Kalau aku pake kepala tadi, jadi namanya berubah. Bukan jitak lagi, tapi Tos." Pocong mencoba membela diri dengan alasan yang sangat waw.

"Udah, udah! Sekarang jadi nggak, kita gangguin yang punya rumah ini?" tanya Kuntilanak mengalihkan suasana.

"Jadilah!" Jawab Pocong tersenyum menahan tawa. Pocong masih merasa geli dengan argumennya sendiri tentang jitak-ngejitak.

Kuntilanak kemudian menggandeng leher Pocong dengan mesra, walaupun sebenarnya kuntilanak sangat ingin menggandeng tangan si Pocong, tapi apa daya, tangan si Pocong terikat kain kafan. 

Mereka akhirnya bergerak memasuki kamar.

Saat berada didalam kamar tersebut, mereka melihat sepasang suami istri yang baru menikah, tengah menunaikan ibadah pernikahan mereka, sebagai pasangan yang syah dunia dan akhirat.

Wajah Kuntilanak langsung memerah, karena melihat sesuatu yang pernah dia alami sewaktu hidup dulu. Risih menyaksikan adegan tersebut, Kuntilanak langsung menutup mata dengan kedua tangannya.

Lain halnya Pocong. Ia terpaku diam dan Refleks ingin menutup matanya dengan tangan, tapi lagi-lagi kafan sialan menghalangi gerakan refleksnya. Pocong kemudian memejamkan matanya.

Sesaat kemudian, pocong kembali membuka matanya. Dia penasaran dengan kejadian yang ada didepan matanya tersebut. Sebuah kejadian yang belum pernah dia lihat dan dia alami sewaktu masa hidupnya.

Kuntilanak kemudian tersadar saat melihat Pocong sedang terpukau dengan pemandangan tersebut, dia langsung menarik Pocong dengan kuat, agar keluar dari kamar tersebut..

"Sial! Pelan-pelan kenapa," ucap Pocong kaget, saat mereka berada diluar kamar.

Kuntilanak hanya diam sambil melotot kearah Pocong. Melihat tatapan Kuntilanak yang begitu tajam, Pocong pun diam. Suasana diantara mereka berdua menjadi canggung dam hening, hanya suara dari dalam kamar yang lumayan berisik.

Setelah beberapa saat mereka terdiam, Pocong melirik kearah Kuntilanak, dimana saat itu Kuntilanak sedang menjilati bibirnya, Pocong terpana melihat bibir Kuntilanak yang basah.

"Mata, mata dijaga. Belum muhrim tau!" bentak Kuntilanak saat melihat mata Pocong mengarah ke bibirnya.

"Jiah! Udah matipun masih bahas-bahas muhrim!" ejek Pocong.

"Kamu aja uda mati masih punya na*su!" balas Kuntilanak memojokkan Pocong.

"Siapa bilang aku nafsu. Cuman lihat bibir aja dibilang nafsu, sadis kali kau Kunti!" ujar Pocong membela diri.

"Beneran, kamu nggak nafsu?"

Kuntilanak menantang Pocong dengan sedikit membungkuk, sehingga atasan daster putih yang dikenakan oleh Kuntilanak melor, dan memperlihatkan buah-buahannya yang sangat matang.

Pocong membuang muka kearah lain, dia mencoba menjaga agar tetap konsisten atas ucapannya sendiri.

Wessssss! 

Tiba-tiba Kuntilanak melihat sosok mahluk kecil lewat dihadapan mereka dengan sangat cepat. Refleks Kuntilanak langsung melompat dan mengejar mahluk tersebut.

"Tunggu! Kau mau kemana? Pasangan yang didalam sudah nungguin kita buat diganggu," teriak Pocong yang langsung melompat-lompat mengejar Kuntilanak.

"Sepertinya aku melihat anakku," teriak Kuntilanak yang terus melayang.

"Bagaimana kau tau kalau itu adalah anakmu?" Tanya Pocong.

"Hati seorang Ibu tidak pernah salah!"

Terpopuler

Comments

Dede

Dede

andai ini november yang paling horor

2023-04-13

0

Konglomerat Sejati

Konglomerat Sejati

seru tor👻👻

2022-06-13

0

Senajudifa

Senajudifa

mw dipanggil gmnpun panggilannya tetap lucu...kutukan cinta hadir thor

2022-06-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!