Jadi sudah bisa dipastikan bahwa ketiga
temanku saat ini sedang dalam ancaman juga.
Mereka juga pasti ketakukan dengan
ancaman yang dilakukan mungkin oleh suruhan jutawan kaya yang anaknya mati itu.
Sekarang apa yang harus aku lakukan?
kalau aku hanya diam di kontrakan saja dan hanya menunggu waktu sampai sore, ya sama aja menunggu preman suruhan untuk mencelakaiku.
Tetapi kalau aku beredar jualan bubur, takutnya nanti di cegat di suatu jalan, mereka pasti juga dengan leluasa bisa menyakiti bahkan bisa saja membunuh.
Kalau nuruti perasaan, memang lebih baik aku ada di kontrakan saja, karena kontrakan ini kan berada di gang-gang sempit, sehingga kalau ada apa-apa aku bisa lari ke gang-gang yang aku tau.
Dddeeeeerrrrttt…..
Yanc*K, bikin kaget ae rek siapa yang memberiku pesan pendek?
Tibake si Glewo yang saat ini ada di jawa tengah.
“Aku berangkat sekarang ke kota S” begitu bunyi pesan yang ada di HPku
“Sore nantik aku juga ke kota S, kita ketemuan di rumah Blewah ae Wo, soale kalau di studio bahaya” jawabku
“OK, kabari arek–arek lainnya ” jawaban singkat dari Glewo
Aku semakin parno kalau sedang sendirian di kontrakan, apa lebih baik kuputuskan berjualan ke pasar aja?
Disana kan aman karena ada beberapa temanku yang juga berjualan di pasar, kalau ada apa-apa mereka pasti akan bantu aku.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Ternyata di pasar suasananya ramai, tidak mungkin suruhan orang kaya itu akan mencelakai aku disini.
Lebih baik aku fokus jualan saja dulu, sekalian habiskan bubur yang sudah aku masak semalam.
Hari ini cepat sekali berlalu, sekarang sudah menjelang siang, tidak sia-sia aku jualan hari ini karena jualan buburku hampir ludes.
Selama pagi hingga siang ini pesan Wa yang masuk mungkin sudah ada ratusan, tetapi semua nomer itu nomer jelas yang tidak aku kenal.
Siang hari pasar sudah mulai sepi, sudah waktunya aku harus segera merapikan daganganku.
Meja kecil yang kubeli dari pedagang penjual bakso sudah kunaikan ke atas atap gerobag dorong, kursi plastik sudah aku susun, sekarang aku siap pulang ke kontrakan.
Aku dorong gerobak bubur menuju ke kontrakan, sebenarnya jarak antara pasar tempat berjualan dengan kontrakan hanya sekitar tiga kilo saja, tetapi disituasi seperti ini rasanya jauh sekali.
Siang hari ini lumayan panas untuk ukuran kota M yang seharusya berhawa sejuk karena posisi kota M yang ada di lereng gunung.
Deeeerrrrttttt….deeeeerrrtttt…..deeeerrrttt
Lagi-lagi panggilan masuk ke hpku, ndak papa cukup tak liat aja nomernya, kalau nomer asing ya gk tak angkat.
Ternyata si Glewo yang menelepon..
“Opo Wo , ada kabar apa lagi c*k”
“Gel, aku sekarang udah di bis, menuju ke kota S, lebih baik kita segera ketemuan aja Gel, dari tadi aku diteror nomer yang gak ku kenal terus iki”
“Iyo Wo aku juga, tapi tadi aku jualan, di pasar rame jadi gak tak reken kalok dari tadi ada yang telpon aku”
“Memang sih, ada sekitar seratus lebih nomer asing yang dari tadi telpon aku Wo” jawabku
“Yo wislah ketemu di rumah Blewah ae Gel, disana aku kira amanlah, soale ndak ada yang tau rumah Blewah” jawab suara di seberang
Sambungan telepon sudah ditutup, kulanjutkan lagi mendorong gerobag bubur menuju ke kontrakan yang sudah dekat, tetapi aku merasa ada yang aneh.
Dari tadi aku merasa ada yang ngikutiku, dari tadi setelah aku telepon dengan Glewo rasanya ada sesuatu yang selalu perhatikan aku dari belakang.
Tetapi tiap aku toleh, aku tidak melihat siapapun dibelakangku, yang ada hanya seliweran mobil dan motor, karena jalan yang aku lewati ini adalah jalan raya.
Aku teruskan mendorong gerobaku menuju ke rumah kontrakan, saat ini aku sudah memasuki kawasan kontrakan dan kos-kosan untuk para pedagang dan
pekerja kasar.
Siang hari memang sepi disini, karena
sebagian pedagang sedang keliling, kecuali pedagang nasi goreng dan sate yang biasanya jalan malam hari.
Untuk para pedagang nasi goreng dan pedagang sate biasanya jam segini mereka sedang mempersiapkan diri untuk nanti malam , seperti merebus mie, menanak nasi, nyunduki daging ayam dll.
Saat ini aku ada di dalam gang, tetapi di gang ini pun aku merasa seperti sedang diikuti oleh sesuatu, mungkin itu orang suruhan orang arab kaya raya yang anaknya mati dengan cara bunuh diri.
Tetapi setiap aku melihat ke belakang, aku tidak melihat siapapun yang sedang mengikuti, di belakangku kosong karena saat ini aku sedang di gang kontrakan sendirian.
Setelah aku sampai di depan rumah kontrakan, gerobak bubur kacang ijo kuparkir di samping rumah, samping
rumah ini adalah sebuah lorong yang
termasuk dari bagian rumah ini.
Begitu pula temanku yang juga berprofesi sebagai pedagang tahu telor dan sate ayam itu juga menyimpan gerobak dorongnya di lorong ini.
Kuparkirkan gerobak bubur di dalam lorong rumah, lalu aku masuk ke dalam rumah kontrakan yang sepi, karena kedua temanku sedang pulang ke daerah masing-masing.
Kedua temanku itu berasal dari dua daerah yang berbeda, untuk yang berjualan sate berasal dari pulau M.
Sedangkan yang berjualan tahu telor berasal dari kota G yang dekat dengan kota S tempat asalku.
Siang ini rencananku setelah mencuci dua buah dandang dan panci untuk tempat buburku, aku akan mandi dan bersiap menuju ke kota S.
Deeeerrrrttttt….deeeeerrrtttt…..deeeerrrt
Getaran telepon selular yang ada di kantong celana, setelah aku lihat , ternyata berasal dari Petro
“Opo Tro, ada kabar apa lagi iki” tanyaku
“Kapan kamu sampek sini Gel, aku tambah ketakutan iki, aku tak minggat dari kos kosanku ae ya Gel,"
"Soale di depan kosan ada beberapa orang asing yang riwa-riwi, wajah mereka koyok preman” kata Petro
"Ada jugadagang bakso yang wajahnya koyok preman dan gak tau ngider disini, pokoke makin mencurigakan Gel" lanjut Petro
“Sore aku sampek sana Tro, tungguen di rumah Blewah ae, karena ndak ada yang tau alamat rumah Blewah Tro” jawabku.
Kemudian sambungan telepon putus , karena sudah tidak ada lagi yang akan dibicarakan.
Untuk diketahui, Petro berasal dari kota S tetapi sudah lama dia kos di dekat tempat dia bekerja, dia memang sudah lama hidup mandiri , jauh dari orang tuanya.
Saat ini siang menjelang sore hari, menurut jam tanganku sekarang sudah pukul 14.45. sudah saatnya aku mandi dan setelah itu menuju ke terminal bus yang letaknya tidak jauh dari kontrakan.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
pukul 15.30, aku sudah ada di dalam bus antar kota dalam propinsi, sebuah bus
patas yang sedang menunggu beberapa penumpang sampai penuh untuk segera berangkat dari terminal ini.
Saat ini bangku sebelahku kosong, jadi aku bisa duduk lebih santai karena postur tubuhku agak gemuk sehingga aku bahagia kalau sebelahku kosong.
Saat ini aku hanya membawa sebuah tas ransel yang berisi beberapa potong kaos, hem, zempax, tiga potong celana pendek dan dua potong celana panjang, dan sandal japit.
Kenapa aku sampai membawa begitu banyak pakaian untuk berpergianku ke kota S saat ini?
Karena aku merasa, saat ini aku akan lama berada di kota S, hingga kasus kematian anak jutawan ini selesai.
Bus pantas ini belun juga bergerak, padahal sebagian besar bangku di bus ini sudah penuh, apa yang supir bus ini
tunggu, bukankah bisanya isi separuh penumpang aja bus ini akan berangkat
Waktu sudah menunjukan pukul 16.45, berarti sudah ada satu jam lebih aku duduk di dalam bus yang sampai saat ini belum juga berangkat.
Aneh juga, apakah ada kerusakan dengan bus ini, atau bus ini sedang menunggu penumpang spesial? Sehingga sampai jam segini bus ini belum juga berangkat.
Tapi aku ndak urusan, pokoknya selama AC bus menyala aku bisa tidur dengan nyaman di dalam bus patas ini.
Sore hari tepat pukul 17.15 supir bus masuk ke ruang kemudi bus, ternyata bus ini sudah siap untuk jalan menuju kota S.
Tapi anehnya bangku di sebelahku tetap saja kosong, tidak ada yang duduk di bangku sebelahku.
Perjalanan sudah dimulai, bus sudah bergerak keluar dari terminal, sekarang aku bisa tidur sejenak selama bangku sebelahku kosong.
Meskipun aku sedang tidurpun aku tetap saja memikirkan apa yang ada di lagu kami , kok bisa membuat orang orang bunuh diri, aku terus menerus mencoba menyayikan lirik lagi ini tanpa henti
Seharusnya perjalanan dari kota M ke kota S tidak memerlukan waktu lebih dari tiga jam.
Tetapi karena bus ini menunggu cukup lama diterminal , akibatnya belum ada setengah perjalanan aku sudah ada di bus ini selama dua jam.
Pukul 17.45, sudah setengah jam perjalanan dari kota M, saat ini menjelang maghrib bus ini melaju cepat menyalip kendaraan besar dan kecil yang ada didepanya.
Tiba-tiba telepon selularku bergetar, keliatanya ada yang sedang hubungi aku, oh ternyata si Ngot.
“Opo Ngot, aku sik di bus ini, berisik disini, ntik ae sampek kota S kita ketemu di rumah Blewah Ngot” kataku kemudian
“Ok Gel “ Ngot menutup teleponya
Aku toleh ke kursi di sebelahku yang kosong, aneh sekali bus ini sudah penuh, semua kursi sudah terisi semua kecuali kursi di sebelahku
Bus ini beberapa kali berhenti untuk menurunkan dan menaikan penumpang, tetapi anehnya kursi di sebelahku tetap saja kosong.
Apakah tidak ada yang minat duduk di sebelahku? Heheheh
Tidak ada siapapun yang mau duduk disini, kursi bus sudah terisi penuh selain kursi sebelahku.
Bus tetap melaju kencang meskipun ada orang yang menghadang bus, bus ini tidak berhenti juga
Saat ini sudah memasuki masa maghrib, di luar bus suasana sudah menjelang gelap, saat ini aku akan melaksanakan shalat di kendaran.
Aku melakukan tayamum dengan duduk di kursi bus, kemudian aku lanjutkan dengan shalat di dalam bus yang sedang berjalan ini.
Aku laksanakan shalat ini dengan khusuk, agar aku senantiasa dilindungi Allah dalam perjalanku menuju kota S , dan agar kami bisa menyelesaikan masalah dengan kematian orang akibat lagu kami.
Ketika aku menoleh ke kanan dan kiri untuk mengucapkan salam, tiba-tiba di bangku kosong sebelah kiriku sudah ada seseorang yang mengisi.
Seorang wanita muda, dengan memakai kaos ketat merah dan rok hitam yang menutupi paha dan sebagian kakinya.
Wanita itu sedikit pucat dengan wajah berbentuk oval, sangat cocok dengan poni rambutnya yang disisir kesamping, rambut wanita itu panjang sepungung.
Tubuh wanita itu tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus, pokoknya sesuailah
dengan posturnya ketika dia sedang duduk di sebalahku.
Wanita itu tersenyum ketika aku melihat ke arahnya, aku balas juga dengan senyuman juga, nampaknya dia seorang gadis yang baik kalau melihat dari wajahnya.
“Masnya habis sholat yah mas” tanya wanita yang perkiraan berumur dua puluh lima tahun itu
“Iya mbak , sebagai seorang muslim, kewajiban sholat itu harus ditegakan, meskipun kita ada dalam keadaan di kendaraan umum mbak” kataku dengan sopan santun
Wanita di sebelahku itu tersenyum ketika mendengarkan omonganku barusan, berarti dia menyetujui apa yang barusan aku omongkan.
“Mbak tadi naik dari mana, kok saya ndak liat waktu mbak naik ke bus ini “
“Hihihi, masnya terlalu khusyuk sholat, sehingga ndak liat kalau ada yang datang dan duduk disebelahnya”
Aku heran, padahal sekusyuknya aku sholat, kalau bus ini berhenti kan pasti aku akan terasa, lha tadi selama aku sholat bus ini sama sekali tidak berhenti
dimanapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 249 Episodes
Comments
Minartie
kok bisa?????? jangan jangan hantu
2025-02-19
0
Alice Crooper
keknya ini si indah" itu deh
2023-10-07
0
senja
smua bs liat setannya, dia sendiri yg telat liat ya
2022-03-07
0