"Selamat pagi", sapa bu Erna yang masuk kedalam kelas.
Semua murid ikut menjawab. Lalu Ibu Faridah pamit keluar dari kelas.
" Baiklah sekarang kumpulkan PR kalian tanpa ter.. ke..cu.. ali!" bu Erna menekankan kata terkecuali.
"Ih, gak di kasih bernafas tuh si Ama", bisik Feronika pada teman sebelahnya.
Ama hanya melipat tangannya ke dada ia tahu maksud dari bu Erna.
Siswa yang lain secara teratur menyerahkan PR mereka kemeja guru.
"Eh, Ama, sukurin!" bisik Raka teman sebelahnya.
Ama memutar bola matanya mencoba terus bersabar.
"Anak baru, siapa nama mu?" tanya bu Erna.
"Purnama, bu", jawab Ama.
" Mana PRmu?"
Semua mata tertuju pada Ama.
"Saya belum mendapatkan soalnya bu", jawab Ama sopan.
Bu Erna menarik napas panjang, " Baiklah, Rere berikan soalnya pada dia."
"Baik, bu", jawab Rere.
Rere memberikan soal mate-matika itu pada Ama yang terlihat santai. Ama menerimanya dan langsung melihat soalnya.
" Bagaimana? berapa lama yang kau butuhkan untuk menyelesaikannya?" Tanya Bu Erna sambil tersenyum seperti menyepelekan Ama.
Ama pun membalas dengan tersenyum, "Beri saya waktu lima belas menit."
"Hah", semua siswa terkejut mendengarkan perkataan Ama.
Ama hanya butuh lima belas menit sedangkan mereka butuh semalaman untuk mengerjakannya itu pun tidak semua bisa terjawab.
" Baiklah, dimulai dari sekarang! Yang lain kita lanjut ke Bab berikutnya", jawab Bu Erna sedikit jutek.
Ama mulai mengerjakan tugasnya. Ia tidak tampak terburu-buru. Sedangkan bu Erna sedang menjelaskan pelajaran berikutnya. Setelah itu bu Erna memberikan tugas lagi.
Hampir dua jam kelas itu tanpa suara. Karena mengerjakan tugas dari bu Erna. Lagi pula mereka juga takut pada bu Erna yang di cap sebagai guru terkejam.
"Bagaimana Ama? Belum selesai juga? ini udah dua jam loh. Tadi sok banget minta waktu lima belas menit", ucap Bu Erna dengan senyum mengejek.
" Maaf bu, saya sudah menyelesaikannya dari tadi bersama dengan tugas yang baru. saya hanya menunggu teman-teman yang lainnya", jawab Ama tersenyum.
Lagi-lagi semua terkejut mendengat perkataan Ama. Mereka kembali melihat Ama secara bersamaan.
"Baiklah, bawa yang kau kerjaan kemari!" perintah bu Erna yang sudah jengkel.
Ama dengan santainya maju ke meja guru dan menyerahkan jawabannya pada bu Erna. Bu Erna melihat jawaban Ama satu persatu ingin mencari kesalahannya namu tidak ada yang salah. Dan tulisannya sangat rapi dan mudah di pahami.
"Kembali ketempat dudukmu!" kata bu Erna menatap tajam ke Ama. "Yang lain kumpulkan tugas kalian!"
"Yah, bu belum siap lagi nih", rengek Feronika.
" Siap tidak siap kumpulkan sekarang atau kalian tidak mendapatkan nilai".
.
.
.
.
"Ama, tunggu!" Nisa memanggil Ama dari kejauhan.
Nisa berlari mendekati Ama. Ia tampak ngos-ngosan, namun Ama tampak terus berjalan tanpa memperdulikan Nisa.
"Ama, aku tadi nunggui kamu di kantin loh, tapi sampai bel masuk bunyi kamu g kelihatan juga", oceh Nisa.
Ama tidak bisa menjawab pertanyaan Nisa mengingat tadi ia harus bersembunyi karena di telfon oleh Dikky. Mereka membicarakan tempat, waktu dan aturan yang harus di patuhi oleh Ama saat berlatih.
" Kamu, kok diem aja sih? Kamu mau pulang bareng aku kan?"
Mereka sudah sampai parkiran. Nisa sedang mencari kunci sepeda motornya. Namun saat menemukan kuncinya Nisa sangat terkejut melihat ban belakang sepeda motornya sudah tidak ada ditempatnya.
"Nisa, tuuuuh....", Ama menunjuk ke atas.
Betapa terkejutnya Nisa melihat ban sepeda motonya sudah tergantung di dahan pohon.
" Raaaajaaaaa!" teriak Nisa sekuatnya.
Raja yang sedang bersembunyi di balik pohon bersama kedua temannya tertawa terbahak-bahak.
Nisa berjalan ke arah Raja dengan rasa marahnya.
"Raja, aku udah capek selalu berdebat denganmu. Cepat benerin sepeda motorku!"
"Kalau aku gak mau, kamu mau apa? Ha.. ha.. ha.. lihat deh wajahnya lucu banget! ulu.. ulu.. ulu."
Kedua teman Raja ikut tertawa. Siswa lain hanya diam saja selain malas berurusan dengan Raja, mereka juga sudah terbiasa melihat Raja mengerjai Nisa.
Wajah Nisa semakin memerah sangat marah dengan Raja yang memperlakukannya seenaknya.
"Raaajaaaa!!!" teriak Nisa hendak memukul Raja.
Namun Raja berlari dan nisa mengikutinya karena kesal.
"Jiiiaah, kayak film india aja sih pake kejar-kejaran", ucap Ama.
Ama melihat ada tangga sedang bersandar di tembok sekolah. Ia pun menggunakan tangga tersebut untuk mengambil ban sepeda motor Nisa. Lalu ia celingak-celinguk di luar pagar mencari bengkel keliling.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Rini Antika
Bagus Ama..💪💪
2022-08-20
0