Jimmy berjalan ke arah warung mie ayam. Dia melihat ke dalam, memperhatikan orang-orang yang berada di sana.
"Emm, mas mau pesan mie ayam?" ucap Nisa pada Jimmy.
"Enggak!" jawab Jimmy
"Gimana Jim?" tanya Rando menghampiri Jimmy
"Sial, hilang kemana tuh pelacur? Yuk kita cari lagi".
Akhirnya mereka pun pergi menjauh dari area warung mie ayam tersebut.
Nisa selesai meracik mie ayam. Ia membawa dua mangkuk mie ayam dan membawa ke meja yang di lap Ama.
" Nih makan dulu mie ayamnya", kata Nisa sambil meletakan mangkuknya di meja.
Ama melihat kebelakang memperhatikan sekitar.
"Tenang aja mereka udah pergi kok".
Ama terduduk lemas di bangku. Nisa ikut duduk dan bersiap menyantap mie ayamnya.
" Ayo di makan mie ayamnya. Tenang aja gratis kok".
"Aku nggak laper kok".
" Iya, tapi kan gak salah kalau nyicip doang", ucap Nisa senyum sambil mengunyah. "Oh iya, emang yang tadi itu siapa sih? Terus ngatain kamu pelacur lagi, pengen ku tarik tuh mulutnya", Nisa berbisik agar tidak terdengar yang lain.
" Udahlah gak usah dipikirin, gak penting juga", balas Ama tidak ingin memberi tahu.
"Ya udah deh kalau gak mau ngasih tau. Tapi, ngomong-ngomong kamu tinggal dimana?"
"Ini juga aku masih nyari rumah sewa tapi belum ada yang cocok".
"Emm, di dekat rumahku ada tuh rumah sewa. Pertahunnya agak mahal sih 8 juta. Tapi menurut aku rumahnya bagus. Gimana kamu mau gak?"
"Gimana ya? Aku juga harus cari lokasi yang nyaman dan aman juga".
" Tenang, di kampungku tuh lokasinya aman, damai, tentram dan setiap malam minggu itu ada pengajian sama ustadz ganteng namanya Ridwan. Entar aku ajakin kamu deh kalau kamu jadi nyewa di sana".
"Ngajakin ngaji atau ngajakin kenalan sama ustadznya nih?" ledek Ama.
"Ya.. ya ngaji lah. Ih kamu apaan sih".
.
.
.
.
" Ya, ada apa?" Sakti menjawab telfon dari anak buahnya.
"Tadi Ama di kroyok sama 3 orang bos. Tapi saat kami mau membantunya dia memberi kode agar kami tetap diam. Sepertinya gadis itu serius dengan ucapannya bos", jawab anak buahnya.
" Hebat juga dia melawan sendirian. Kau tau siapa 3 orang itu?" tanya Sakti lagi.
"Mereka itu anak Marcel bos, Jimmy dan 2 temannya", jawab anak buahnya.
"Oke, aku suka dengan keseriusannya menjadi mata-mataku", jawab Sakti dan langsung mengakhiri panggilannya.
"Dikky, segera persiapkan pelatihan untuk Ama. Ajarkan dia bela diri dan juga menahan rasa sakit", perintah Sakti. " Oh, ya kalau dia belum juga menemukan tempat tinggal yang cocok, kamu bantu carikan".
"Baik Tuan", jawab Dikky sambil menundukkan kepalanya.
Dikky adalah asisten Sakti sekaligus orang kepercayanya.
Tut.. tut...
Hp Sakti berdering lagi. Dilihatnya panggilan dari Ama.
" Ya ada apa?" jawab Sakti.
"Tuan saya sudah mendapatkan rumah sewanya. Lokasinya dikampung XXX. Saya sudah mengamati tempat dan penduduknya sepertinya aman Tuan. Tuan Sakti bisa mengecek lokasinya sendiri", ucap Ama dengan suara yang pelan.
Ama sedang berada di balik pohon. Ia menggunakan jam tangan khusus yang di berikan Sakti padanya untuk berhubungan. Jam tangan itu dirancang khusus untuk menelfon, menerima telfon dan untuk memfoto. Di bagian bawahnya apabila di tekan akan keluar sebuah headset.
Sedangkan Nisa masih membeli es krim di seberang jalan.
"Tidak perlu, saya percayakan sepenuhnya denganmu. Kau harus bisa mandiri", ucap Sakti.
" Baiklah Tuan, dan terima kasih atas kepercayaannya", jawab Ama.
Panggilan pun di akhiri.
Ama keluar dari balik pohon tepat saat Nisa selesai membeli es krim. Nisa berlari ke seberang menemui Ama.
"Nih, es krim kamu. Eh, nama kamu siapa sih? dari tadi belum kenalan. Hehehe", kata Nisa sambil memberikan es krimnya.
" Purnama, panggil aja Ama".
"Kalau kau Khairunisa, panggil aja Nisa".
" Nggak nanya tuh", ledek Ama.
"Ih, kok kamu gitu sih", ucap Nisa cemberut.
Ama hanya mengangkat bahunya cuek.
.
.
.
.
Tok.. tok.. tok...
Terdengar suara ketukan pintu. Ama yang sedang berbaring merasa sangat malas untuk membukanya.
Tok... tok.. tok...
Suara itu terdengar lagi. Tapi, Ama tetap mengabaikannya.
"Ama, nih aku Nisa. Nggak baik loh tamu di anggurin", kata Nisa kesal.
Hufft ... Ama merasa tubuhnya sangat berat untuk di gerakan.
" Ya udah deh, aku trobos aja".
Nisa membuka pintu rumah Ama yang tidak terkunci. Ia mencari Ama ke dalam kamar.
"Ih, Ama kamu tuh ya buat aku kesal mulu deh".
" Sam... ma".
"Ha? Maksudnya?"
"Kamu tuh ngapain ke sini?"
"Pertama aku mau tanya, orang tua kamu kemana? Kenapa kamu di biarin tinggal di rumah sewa sendirian?
" Aku yatim piatu".
"Ouh, kamu wanita hebat ya. Udah bisa mandiri. Btw, udah ada kerjaan belum untuk bayar sewa rumahnya?" tanya Nisa sambil memainkan alisnya.
"Pekerjaan? Benar juga. Kalau aku nggak bekerja pasti orang-orang akan curiga aku bisa bayar rumah sewa dan bulanan sekolah", gumam Ama.
"Gimana?" tanya Nisa lagi.
"Belum, kenapa?"
"Nah, kebetulan kata Mamaku di warung mie ayam lagi butuh karyawan lagi. Kamu mau gak?"
"Mie ayamnya?"
"Ih, Ama bercanda mulu deh, jadi karyawannya dong", Nisa kesal.
" Terus, kamu jadi bos aku gitu?"
"Iya dong", ucap Nisa bangga.
" Males ah".
"Ih, Ama kok gitu sih?" Rengek Nisa sambil mengguncang-guncangkan tubuh Ama.
"Iya iya. Tapi, aku cuma bisa sore sampai jam 10 aja ya gak lebih".
" Bisa di atur. Eh, tapi pagi emangnya kamu kemana?"
"Sekolah".
" Oh iya, emang kamu sekolahnya dimana dan kelas berapa?"
"Ck.. nanya mulu. Di sekolah XXX kelas sepuluh".
" Idih sama dong tapi, aku kelas sebelas."
"Bodo amat, jadi kapan aku mulai kerja?"
"Emm, besok aja deh. Gimana?"
"Hmm".
**Tunggu kelanjutannya ya
Jangan lupa Vote dan Like nya**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Fira Ummu Arfi
tetap semangattt 👍👍
2022-08-18
0
Rini Antika
Ama saya jg boleh,🤭 aku lempar sekuntum bunga untuk Ama, tdinya mau sekebon, tp belum panen, semangat terus ya Up nya..💪💪
2022-08-09
1
Narubi
Ayo, lanjutkan
2022-08-03
0