Pagi hari yang sejuk di sebuah taman yang di tumbuhi banyak bunga mawar. Sakti duduk di kursi kayu di bawah pohon jambu air yang besar. Sambil menikmati secangkir kopi. Ia menghidupkan mancis dan mulai membakar rokoknya.
"Selamat pagi Tuan Sakti", sapa Dikky menghampiri Sakti.
" Bagaimana persiapannya Dikky?" tanya Sakti.
"Semuanya sudah di atur Tuan. Kami akan melatih Ama di dalam hutan yang tidak jauh dari lokasi tempat tinggalnya."
"Atur saja, yang penting jangan sampai ada yang tau tentang Ama. Jika di perlukan penyamaran kalian lakukan saja."
"Baik Tuan".
" Bagaimana sekolahnya Ama?"
"Saya mau bilang kepada Tuan. Tidak lama ini Faisal yang di tugaskan berjaga di lokasi sekolah beberapa kali melihat anak buah Burhan ada disana. Ia seperti mengintai sesuatu", Dikky menjelaskan.
"Apakah ada yang mencurigakan di sana?"
"Kami sudah menyelidiki setiap siswa dan guru yang ada di sana. Semua data sudah kami serahkan kepada Ama. Dari hasil penyelidikan tidak ada yang mencurigakan".
"Kau yakin?"
Dikky diam berfikir sejenak. Ia ragu menjawabnya.
"Kenapa Dikky? Kenapa kau diam?" tanya Sakti.
"Tuan, menurut saya ada dua kemungkinan. Yang pertama, Burhan sudah tau ada orang kita di sekolah itu atau yang kedua mereka juga mempunyai anak buah di sekolah itu. Apa kita batalkan saja Ama sekolah di sana Tuan?"
"Tidak Dikky biarkan saja. Ini adalah pelajar untuknya agar ia tau siapa kawan dan siapa lawan. Lagi pula dia juga harus bisa merahasiakan identitasnya. Kalian harus menjaga jarak agar tidak ada yang curiga itu akan membuatnya tetap aman. Tapi, tetap harus kalian pantau".
"Baik tuan. Emm, Tuan saya mendapat informasi PT. Sinar Cemerlang dan PT. Burhan Property sedang bersaing secara tidak sehat."
"Biarkan saja, batu di adu dengan batu. Kita lihat siapa yang hancur lebih dahulu. Aku yang akan tertawa lebih dahulu pastinya. Ha ha ha".
" Dan satu lagi Tuan, anak perempuan Burhan akan kembali ke Medan sepekan lagi".
Sakti tersenyum kecil, "Nilam".
.
.
.
.
Plak...!
Ama meliat seorang siswa laki-laki sedang di pukili oleh sekelompok siswa laki-laki lainnya. Ama berhenti dan mengamati mereka.
"Tinggi, putih, wajah ke barat-baratan, memakai kacamata bulat, Andra Purnomo. Ck, kenapa nama kami harus sama sih?" keluh Ama dalam hati.
Ia merasa bahwa Andra bukanlah lelaki kuat karena ia tidak melawan hanya bisa berkata maaf.
Ama kembali mengamati mereka kembali.
"Riski, Nanda dan tentu saja Raja anak pemilik sekolah ini", gumam Ama lagi.
Tanpa disadari Raja melihat kearah Ama yang sedang memperhatikan mereka.
" Hei! Kau anak baru ya? Rasanya baru ini aku melihatmu", tanya Raja sambil mengangkat alis kirinya.
Ama melirik ke Raja dengan wajah datarnya.
"Kenapa gak suka? Kamu mau bantui anak aneh ini? ".
Ama menarik napas tanpa memperdulikan perkataan Raja ia pergi meninggalkan lokasi tersebut. Raja menyerngitkan matanya melihat Ama.
.
.
.
.
Kelas X adalah kelas yang akan Ama masuki. Suasana dikelas itu sangat ricuh. Anak-anak yang pintar membentuk kelompoknya sendiri. Mereka lebih di kenal sombong dan tukang mengadu. Ada juga kelompok penggosip, mereka suka bergosip, pamer, suara paling keras dan suka menyindir. Kelompok pria keren tapi sombong. Kelompok anak band. Selebihnya ada yang menyendiri ada juga yang bisa berbaur dengan siapa saja.
"Eh, tugas dari bu Erna udah selesai belum?" tanya Rere pada teman sekelompoknya.
Bu Erna adalah guru mate-matika yang terkenal kejam. Dan Rere termasuk dalam kelompok anak-anak pintar.
"Aku sih udah. Gampang-gampak kok", jawab Nuri.
Keempat teman mereka yang lainnya menganggukkan kepala setuju dengan Nuri.
" Yuk, kita samain jawaban kita", ajak Rere.
Mereka pun mengeluarkan buku mereka untuk menyamakan jawaban.
"Woy, bagi-bagi dong jawabannya pelit amat sih", teriak Veronika dari tempat duduknya.
Veronika orangnya sangat fashionable dan berwajah sangat cantik dia termasuk dalam kelompok suka bergosip.
"Suka hati kami lah!" jawab Rere.
"Oh tuhan.. ku cinta dia... ku sayang dia.. rindu dia.. inginkan dia... ", Abin dari grup band sedang menyanyi.
" Aku baru putusin cewekku, biar tau rasa dia. Dasar cewek matre", Boy dari kelompok laki-laki tampan sedang bercerita kepada 3 sahabatnya.
"DI.. AM SEMUA... NYA...!!!" teriak bu Daniar kepala sekolah.
Semua terdiam sesaat lalu bergegas kembali ke tempat duduk masing-masing.
"Kalian ini, berisik banget! Suara kalian sampai terdengar ke ruangan saya!"
Semua memasang wajah cemberut, jutek dan malas untuk mendengarkan. Mereka melihat anak perempuan yang hadir bersama bu Daniar dan bu Faridah wali kelas mereka.
"Perkenalkan ini teman baru kalian. Ayo perkenalkan diri kamu", ucap bu Daniar.
" Perkenalkan nama saya Purnama Larasati, panggil saja Ama", ucap Ama singkat.
Yang lain menunggu Ama untuk berbicara lagi. Tetapi, Ama hanya diam.
"Udah gitu doang? Umur, makes, mikes gitu kek", ucap Veronika seperti mengejek.
" Ha ha ha... Gagu kali dia", sambung Boy.
"Ha.. ha.. ha.. ", semua siswa ikut menertawakan Ama.
" Diam semua...!" teriak bu Daniar sambil memukul meja.
"Saya rasa tidak perlu", jawab Ama setelah semuanya diam.
Semua terkejut mendengar jawaban Ama. Dia begitu jutek. Bu daniar dan bu Faridah saling memandang.
" Em, baik lah kalau begitu saya permisi. Dan Ama selamat belajar", ucap Bu Daniar.
"Ama, yang tersisa hanya ada bangku di belakang gimana? Kamu keberatan?"
"Nggak bu", jawab Ama sambil berjalan ke arah tempat duduknya.
Semua mata memandang Ama yang cuek sampai ia duduk.
"Kenapa sih, nggak di kelas khusus aja yang siswa cuma 10 orang. Kalau disini merepotkan banget. pasti banyak interaksinya dengan mereka", gumam Ama sedikit kesal dengan pilihan Dikky.
**Di tunggu ya Bab selanjutnya
jangan lupa vote dan like nya**....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Rini Antika
Aku hadir sesuai janjiku d FB, semangat terus ya nanti nyicil lg bacanya..💪💪
2022-08-17
1
Indah MB
good
2021-10-18
0
Karya Mulia Teralis Chanel
👍😊
2021-10-05
0