Anak Angkat Untuk Di Jadikan Istri KeDua
Aku Riana seorang yatim piatu, ayah dan ibu meninggal karena mengalami kecelakaan sepulang dari bekerja
kini aku tinggal bersama pamanku di desa.
Aku menjalani hari yang hampa setiap harinya
dan aku akan menghabiskan waktu dengan bermain
bersama teman-teman di desa.
Entah kenapa mata ku tertuju pada sosok anak laki-laki yang sedang menyendiri dan aku pun
menghampiri nya.
"Eheem.. eheem, hai aku Riana nama kamu siapa?"
Dia terdiam tanpa menjawab sapaan ku
"hai.... nama kamu siapa?" mengulang pertanyaan yang sama
"Urus saja urusan mu sendiri."
"Jangan sok akrab, aku ga kenal kamu."
Astagaa sombong sekali kamu, siapa yang peduli aku pun tidak peduli.
aku pun berlalu meninggalkan teman-teman karena dia merusak hari ku, padahal niat ku hanya ingin mempunyai banyak teman.
Keesokan pagi paman mengajak ku untuk ke rumah pak Opik,orang terkenal di kampung itu.
paman mengajak ku ke sana karena ingin meminta ijin, mungkin paman akan sering membawaku ke tempat kerjanya yaitu rumah pak Opik.
"Tok.. tok.. Assalamm'ualaikum"
"Wa'alaikum salam.. eh iya pak ada apa?"
Suara seorang anak lelaki membuka pintu dan menjawab salam pamanku,aku tertegun melihat anak itu.
"Kamu...kan anak sombong itu."
"Oh kalian sudah saling kenal, bagus dong jadi paman tidak usah memperkenal kan kalian".
" eem gini nak Yesa, bapak ada?"
"Ada pak Dedi, silahkan masuk duduk dulu pak"
"Ayah ada pak Dedi,.. " ucap Yesa berlalu begitu saja
"Pak Dedi?"tumben ke sini pak.
" Ada apa pak?" seingat saya bapak cuti sampai besok.
"Turut berduka cita ya pak atas meninggalnya Kaka pak Dedi."
"Terima kasih pak,maaf pak sudah mengganggu,saya ke sini ingin meminta ijin pak."
"Ini keponakan saya baru datang dari desa sebelah, sekarang tinggal bersama saya karena ayah dan ibu nya sudah meninggal dunia".
" Nama saya Riana pak."keponakan paman Dedi
"Pak saya ingin meminta ijin, apakah boleh saya bekerja membawa Riana? " karena di rumah Riana akan sendirian pak.
"Oh iya ga apa-apa ko pak Dedi,saya tidak akan mempersulit pekerja."
"Dek Riana umur berapa?"
"6 Tahun pak."
"Oh sama dengan anak bapak dong Yesa, dia juga umur 6 Tahun."
"Dek Riana cantik ya, wajahnya manis."
"Terima kasih pak atas pujian nya." duuh malunya aku masa masih kecil begini udah di bilang cantik
"Gini saja pak Dedi, Dek Riana ajak ke sini saja setiap hari, sembari belajar mengaji di sini bersama Yesa setiap sore. Biar ibu nya Yesa yang mengajarkan mengaji."
" Terima kasih pak, kalau begitu kami pamit pulang."
"Wassalam mu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."hati-hati di jalan pak Dedi
Dalam perjalan pulang ke rumah kami terdiam hening,aku tahu kesedihan paman.
paman tidak punya pekerjaan tetap dan sekarang harus membiayai hidup ku
"Paman.. kalau paman tidak punya uang untuk biaya sekolah Riana, Riana ga usah sekolah juga gak apa-apa paman
Riana bantu-bantu pekerjaan paman saja ya?.
" Hemm.. jangan Riana, sebentar lagi kan pembukaan pendaftaran sekolah dan paman sudah janji pada Almarhum Ayah kamu, kalau paman akan menggantikan peran Almarhum. "
"Coba nanti paman tanya ke pak Opik siapa tau beliau bisa bantu, istri beliau Dosen di universitas Kota dan beliau aktif dalam yayasan yatim piatu."
"Baiklah paman, semoga ada rejeki nya Riana ya.. Aamiin."
Tanpa terasa kita sampai rumah sore hari karena rumah pak Opik cukup jauh dan kami hanya berjalan kaki.
Setelah sampai rumah kami pun mandi membersihkan diri, paman hanya akan diam di dalam kamar nya dan sesekali keluar kamar untuk mempersiapkan perkakas. karena besok paman harus sudah bekerja di rumah pak Opik sebagai tukang bersih-bersih kebun.
Aku sibuk membuka Album Foto kenangan yang masih ada, sesekali air mata ku lolos membasahi pipi.tapi aku harus tegar demi paman, aku tidak mau menjadi beban paman.
Setelah makan malam dengan menu seadanya, aku pun pergi ke kamar untuk tidur.
walau terasa sulit sekali memejamkan mata tapi aku harus bisa, esok adalah hari baru.
Walau umurku 6 tahun tapi orang-orang mengira umur ku sudah 10 tahun, karena sifat dewasa yang kumiliki dan postur tubuh yang sedikit lebih tinggi di banding anak seusia ku pada umumnya.
Alhamdulillah pagi ini cerah sekali, aku dan paman bersiap untuk ke rumah pak Opik
"Pagi pak.. " sapa paman ku yang melihat pak Opik sedang di teras depan membaca koran
"Pagi.. eh pak Dedi silahkan masuk, kalo mau ngopi dulu silahkan jangan sungkan ya."
"Terima kasih pak, saya langsung bekerja saja. "
"Riana kamu bantu paman ya cabut rumput liar kecil di sana. "
"siap...."
Lama-lama bosan karena dari pagi mencabut rumput dan ini hampir tengah hari, cuacanya sangat panas. ah tapi aku ga boleh mengeluh kasian paman, walau aku anak tunggal tapi orang tua ku tidak pernah memanjakan ku jadi pekerjaan seperti sudah biasa.
"Pak Dedi istirahat dulu makan siang. "
"Baik bu.. "
Itu bu Dian istri pak Opik, pertama kali bertemu bu Dian rasanya kagum.
Orang nya sangat agamis sekali karena beliau memang guru ngaji juga, tapi kalo liat anak nya dih amit-amit ga ada ramah-ramah nya.
"Nama kamu siapa dek?" ko ikut panas-panasan
"Main aja sama Yesa kayaknya kamu seumuran Yesa. "
"Riana bu.. "
"Ibu apa-apaan sih nyuruh kaka main sama dia, kaka kan suka menyendiri. "
"Sttt.. gak boleh gitu dek,sini kenalan dulu sama kak Riana ya. "
"Maaf ini alma adik Yesa, Riana nanti main sama alma saja ya karena benar Yesa suka menyendiri."
"Ayo masuk kita makan siang bareng, ibu sudah masak. "
Betapa baik nya keluarga pak Opik ini, walau kami pekerja di sini tapi pak Opik tidak membedakan kami
Ku lihat Yesa turun dari lantai atas menuju meja makan, ya ampun wajah nya datar sekali.
Apakah dia tidak pernah tersenyum, tanpa melihat sekeliling nya dia hanya tertuju pada meja makan saja
"Dek Riana suka makan apa?"biar pak Opik ambilkan
" Ga usah pak, Terima kasih." biar Riana ambil sendiri saja
Sesekali pak Opik memperhatikan ku,tapi tatapan ku tertuju pada Yesa. kenapa anak seumuran dia tidak pernah bermain, di saat yang lain bermain dengan riang bersama teman-teman.
lagi pula anak-anak desa sini sangat ramah sekali, aku pun yang baru datang di desa ini sudah mempunyai banyak teman
"Yesa..nama kamu kan." aku Riana kita pernah ketemu di lapangan desa dan paman ku bekerja di sini
"iya sudah tahu. " masih dengan wajah datar nya
"Riana cepat habiskan makan nya, jangan ganggu nak Yesa."
"Lebih baik kamu bantu paman menyapu rumput tadi untuk di bakar. "
Kenapa sih, aku kan hanya ingin berteman saja
banyak teman itu menurutku asyik untuk mengusir rasa kesepian dan rasa rindu bila teringat kedua orang tua ku.
Next ya 🙂🙂🙂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
nur fatimah
Terima kasih kaka atas dukungan nya
2021-11-08
0
Dinda Kirana agustina
mampir ... kayanya seru
2021-11-08
1
Dinda Kirana agustina
mampir ... kayanya seru
2021-11-08
1