"Jadi kedua orangtuaku sudah meninggal? Selama ini aku menghormati dan memanggil ayah pada orang yang bukan ayah kandungku? Kenapa ibu tidak pernah mengatakan itu padaku sebelumnya?"
Akh... Akh... Plak plak plak....
Lidah Alya terjulur kedepan, dia sudah hampir kehabisan nafas, pukulannya sudah mulai melemas.
"Siapapun, tolong aku! Tolong.... "
Mata Alya mulai terpejam, dia sudah tak tahan lagi.
Tok. Tok. Tok....
Ada seseorang yang mengetuk pintu, Ayah Alya kaget, "Shutt.. Jangan bersuara!"
"Ayyyahhh.... Leppassskan akkuuu...."
Alya tidak bisa lagi bicara dengan normal, tangannya bergerak mencari sesuatu, hingga ada mangkok yang ada di belakangnya berhasil ia pegang dan jatuhkan dengan cepat berharap orang yang mengetuk tadi segera masuk menolongnya.
Clang... Clang....
"Alya! Apa kau di dalam?" suara ibu-ibu memanggil namanya, "Dasar kau! Cepatlah mati!!" geram ayahnya semakin memperkencang mencekik Alya membuat putrinya seketika tak sadarkan diri.
"Arhh... Astaga, pak Rahmat, apa yang bapak lakukan?" Ibu-ibu yang memanggil Alya tadi segera masuk setelah tak mendapat respon, Dan terkejut saat melihat tubuh Alya terjatuh ke lantai setelah ayahnya melepaskan tangan di leher Alya.
"Memangnya kenap.... " ia menoleh dan seketika ucapannya terhenti saat melihat ada dua orang polisi berdiri di belakang ibu-ibu tersebut.
"Ini... Kenapa ada polisi?" wajah bapak Rahmat, ayah Alya berubah pucat pasi, "Dengan bapak Rahmat? Kami dari kepolisian mendapat laporam bahwa saudara bapak Rahmat adalah pelaku pencurian motor di jln saudurman, dan juga seringkali melakukan perjudian!" ucap polisi memperlihatkan surat penangkapannya.
"Apa? Itu fitnah, saya tidak pernah melakukannya!" elak pak Rahmat.
"Tangkap dia!" suruh pak polisi tersebut kepada partnernya.
"Silahkan Ikut kami pak, bapak bisa jelaskan di kantor!"
Tangan bapak Rahmat kini terborgol, sementara Alya tidak sadarkan diri terkapar di lantai.
"Bawa saja dia pak, dia memang orang yang tidak benar!" ucap Ibu-ibu tersebut yang merupakan tetangga rumah Alya.
"Tidak, saya ini orang baik pak, bapak mungkin salah tangkap orang!" pak Rahmat memberontak dia tidak mau di bawa ke kantor polisi tetapi kedua polisi tersebut memaksa dan menyeret ayah Alya untuk segera di bawa pergi.
"Al... Alya... Bangun! Kau kenapa? Apa yang ayahmu lakukan padamu tadi? Al... Bangunlah!"
Awalnya Alya sama sekali tak bergerak, membuat tetangganya itu khawatir.
"Al... Bangun! Apa kau tidak apa-apa?" ibu-ibu itu memukul-mukul pipi Alya untuk membangunkannya.
Uhhuhkkk uhhukkk
Untung saja Alya tersadar dia merasa tenggorokannya sangat sakit dan kering.
"Kau kenapa Al? Kau haus? Ingin minum?" tanya tetangganya.
Alya mengangguk cepat, segera ibu itu mengambil segelas air, "Ini minumlah.... Tenangkan dulu fikiranmu!"
Gluk gluk gluk....
Alya meneguk air tersebut dengan rakus karena sangat haus, nafasnya memburu setelah air di gelas itu masuk kedalam tengggorokannya.
"Sebenarnya apa yang terjadi Al? Tadi ibu masuk dan melihatmu jatuh pingsan, apa yang ayahmu lakukan padamu lagi? Apa dia memukulmu? Katakan saja, katakan semuanya sama ibu!"
Alya menundukkan kepalanya, ia ingin mengatakan semuanya tapi dia tidak ingin aib keluarganya di ketahui orang luar.
"Tidak bu, saya tidak apa-apa, mungkin karena kelelahan jadi tadi saya jatuh pingsan!"
"Kamu yakin?" ujar ibu itu di anggukkan olehnya.
"Kalau begitu berdirilah, ibu akan mengantarmu masuk kekamar, istirahatlah... Kamu juga sudah jarang keluar rumah, kata bapakmu kamu sakit!"
Diam-diam Alya menghela nafasnya, dia sudah menduga kalau ayahnya akan berbohong demi melarangnya keluar rumah.
"Ohh iya bu, ayah saya di mana?" timpal Alya mengalihkan pembicaraan kala tak menyadari kehadiran ayahnya.
"Begini Al... Tadi polisi datang mencari ayahmu!"
"Polisi?"
"Iya, kamu yang sabar ya, ayahmu di tangkap karena di tuduh mencuri motor!"
Alya terdiam, berjalan masuk di papah oleh tetangganya.
Dia berbaring, lehernya masih terasa sakit, "Kamu istirahat saja, setelah merasa lebih baik kamu bisa pergi menemui ayahmu!" ucap ibu itu.
Alya sama sekali tidak panik karena penangkapan ayahnya, ia tau betul hukuman apa yang pantas ayahnya dapatkan setelah perbuatannya.
"Terimakasih bu!"
"Iya, kalau begitu ibu pulang dulu yah... Kalau kamu butuh bantuan, kamu bisa memanggil ibu!"
Alya mengangguk paham, membalasnya dengan senyuman.
Dia memaksakan diri untuk memejamkan matanya dalam-dalam namun hanya air mata yang mengalir dari ekor matanya.
Entah ia harus sedih atau bahagia karena sudah terbebas dari ayahnya, Alya kini dilema meratapi nasibnya
***
Alya menenangkan dirinya lebih dulu, kemudian pergi ke kantor polisi.
Ia sudah bersiap-siap, tinggal mengoleskan lipstick di bibirnya.
Mmmbk... Mbbkkk....
Tiba-tiba ia mual, ada yang aneh dengan dirinya, dengan cepat ia berlari masuk kedalam kamar mandi, tetapi tak ada yang ia muntahkan.
"Ada apa denganku? Kenapa kepalaku juga sedikit pusing?" Alya memijit-mijit pelipisnya yang terasa berdenyut.
Ia tak mengerti hingga kembali berjalan keluar menatap lurus ke arah cermin.
Di lihatnya pantulan wajah dan tubuhnya dari pantulan cermin tersebut, "Aku kurusan mungkin karena dikurung oleh ayah! Tapi kenapa aku bisa mual-mual? Sebelumnya aku tidak memiliki penyakit maag! Apa Jangan-jangan!"
Alya mulai berfikiran aneh, dia bukanlah orang bodoh, "Tidak, ini tidak mungkin! Aku tidak mungkin hamil kan? Hahah.... Tidak mungkin!!" ia bergumam menertawakan dugaannya.
Namun tetap saja, meskipun ia menyangkal fikirannya tetapi tidak ada yang tidak mungkin, apalagi dia sudah bercinta dengan lawan jenis.
Demi memastikan itu, Alya pergi ke apotik dekat rumahnya, dengan perasaan malu sambil memakai masker ia membeli tespeck kemudian kembali ke rumah.
Buru-buru ia masuk kedalam kamar mandi, sampai beberapa menit ia menunggu dan BAMMKK.... sungguh hasil yang mencengangkan baginya.
"Ga-garis dua? Aku... Hamil?"
Ditatapnya dengan linangan air mata garis merah itu di tangannya, bibir bawahnya sampai bergetar karena menangis.
Alya meraba perutnya yang masih datar, "Aku benar-benar hamil? Kenapa ini terjadi padaku? Aku harus bagaimana sekarang?"
Rasanya frustasi memikirkan kehidupan kedepannya, ia sudah tak memiliki siapa-siapa di dunia ini, bahkan tak punya pekerjaan, lalu bagaiamana ia bisa menghidupi anaknya nanti?
"Ini semua gara-gara ayah dan Rio, aku membencinya! Mereka berdua menghancurkan hidupku! Arhh aaaa aaak.... " Alya menangis keras dalam kamar mandi, ia meluapkan semua emosinya dalam tangisnya itu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Just Rara
syukurlah ayah tiri alya ditangkap polisi juga
2021-11-21
0
July Kecil
paling juga ketemu sm laki2 nya
2021-09-25
0