Kabut semakin tebal, ke tujuh pemuda dusun Selip itu terus menyusuri sungai. Sesekali mereka berhenti sekedar melihat keadaan.
Binatang yang dapat di jadikan santapan tidak juga kunjung terlihat meskipun hari sudah mulai di sapa kegelapan.
“Piye do?” Warno menjajari langkah Paiman. Wajahnya terlihat gusar.
Kedua pemuda ini menata nafas, pandangannya mengitari hutan yang di penuhi pohon-pohon menjulang.
“Kita istirahat di perbatasan! Itu lebih aman."
Menanggapi Paiman Warno hanya bergumam kecil dan terus melangkahkan kaki untuk mengikuti arahan Paiman sebagai pemimpin.
“Jangan terlihat gusar itu akan memancing kekhawatiran mereka?” bisik Paiman pelan.
Perjalanan mulai sedikit menanjak. Tidak jauh dari keduanya berdiri terlihat lahan yang sedikit luas. “Sepertinya di sini cocok untuk beristirahat.”
Hmmm...
Paiman melemparkan tasnya di atas berbatuan. Dia langsung mengitari hutan kecil itu bersama Warno sahabatnya yang memang memiliki tugas sebagai penjaga.
Warno dan jass memiliki perangai yang keras dan pemberani. Keduanya selalu menjadi ujung tombak dalam setiap situasi.
Setelah keduanya memastikan tempat aman untuk mereka beristirahat. Warno langsung memberikan aba-aba kepada teman yang lain.
“Ini sudah mulai gelap, akan berbahaya jika kita memaksa untuk berjalan di tempat yang baru.” Ucap jass menghampiri Paiman dan Warno.
Paiman mengangguk, memberikan isyarat pada ke lima sahabat nya untuk segera mempersiapkan segalanya.
“Jass...!” Warno menghampiri jass yang duduk kelelahan. “Tidak ada waktu untuk istirahat, ini sudah hampir malam.” Warno mempersiapkan parang dan tali yang sudah di persiapkan dari rumah.
Jass berdiri dengan lesu tetapi tetap bersemangat. Dia menyusul Warno langsung mengambil perlengkapan untuk mencari apa saja yang bias di gunakan untuk membuat gubuk sederhana tempat mereka bernaung malam ini.
Seperti biasa, semua sudah ter koordinir dengan baik. Saian dan saion langsung menghampiri Paiman untuk mencari bahan makan. Bertiga Paiman mereka langsung menyisir anak sungai mencari ikan dan apapun yang bisa mengenyangkan.
Pairin memilih untuk membantu Warno dan jass, sementara mami membuat api untuk memasak.
Ke tujuh pemuda dusun Selip itu memang tidak di ragukan dalam hal kerja sama.
Paiman menyisir sungai ke hulu terus menerus merayap mencari bahan makanan. Sungai mengalir kecil gemericik semakin ke atas semakin menampakkan isi dari sungai yang penuh dengan udang galah.
Aduh! Paiman berteriak kencang.
“Ada apa?” tanya Saian menghampiri Paiman. Warna merah langsung terlihat di permukaan air.
“Kejepit batu.” Ucap Paiman pelan sembari mengangkat kakinya yang terlihat menganga luka cukup serius.
Saian melepaskan kaos oblong nya dan mengikat kaki Paiman.
Ssssssttt...
Paiman berhenti menajamkan pendengaran. “Ada apa?” bisik Saian.
Paiman masih menempelkan telunjuknya di bibir.
Beberapa udang dan ikan sudah mengisi tas mereka yang terbuat dari karung.
“Mendengar suara orang ngobrol nggak?” masih dengan berbisik-bisik Paiman bertanya pada kedua temannya yang langsung menggeleng meskipun sudah ikut menajamkan pendengarannya.
“Tidak ada apapun,” ucap saion tegas.
Paiman merasa aneh, suara wanita mengobrol dengan asyik begitu jelas.
Masih dengan aba-aba agar sahabatnya diam sementara Paiman mencari tempat yang sedikit tersembunyi berjalan pelan menuju sumber suara.
Di ujung mata memandang di antara riak air terjun yang tidak seberapa besar, ada telaga dengan luas kurang lebih tiga meter di kelilingi berbatuan besar.
Airnya mengalir sangat jernih. Ada beberapa wanita sedang mencuci pakaian, layaknya para gadis yang sedang bercanda gurau.
“Munduuur...” bisik Paiman pelan sepelan hembusan angin yang dingin menggigilkan tulang belulang.
Melihat aba-aba Paiman, tanpa pertanyaan ke-tiga mereka mundur dengan teratur.
Cukup jauh menurut perkiraan, “ada apa do?”
Paiman masih menempelkan telunjuknya memberikan isyarat. “Kita masuk ke kali urang.” Tak kalah pelannya Paiman menjawab pertanyaan Saian.
Saian langsung merasa ketakutan. “Piye do?”
Ketiga pemuda dusun Selip itu terus mundur.
“Yang kita dapat sudah cukup untuk mengganjal perut, kita istirahat dulu.” Ketiganya mengangguk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Arjuna'Bayu
seven life of Walter
2021-11-01
1