...M.Y.C.H.O.S.E.N.M.A.N...
...Salahkah jika gue berpikir loe suka sama gue, Erlang?...
...~Elena...
***
Sesampai di sekolah Elena dengan cepat membayar taxi dan berlari menuju kelasnya dan sopir taxi pun merasa lega.
Saat hendak ke kelasnya, Elena bertemu dengan Erlang dan teman segenknya. Elena tersenyum dan berharap Erlang juga menyapanya. Tapi anehnya Erlang sama sekali tak meliriknya.
Ada apa dengan Erlang? apa ada yang salah dari gue?
Elena melangkahkan kaki menuju kelasnya yang berada di lantai atas sambil terus menyimpulkan jika Erlang tak melihat keberadaannya tadi.
Sesampai di kelas Elena melihat Dean yang sedang duduk di kursinya dengan senyum-senyum melihat layar handphonenya. Sedangkan Jihan sedang mengerjakan pr dikursi belakang.
"Kayaknya ada yang lagi senang nih." sindir Elena sambil duduk di samping kursi Dean.
"Apaan sih Len, sok tau deh." ucap Dean sambil mencoba menahan senyum.
"Senyum-senyum sambil lihat layar handphone, ya jelas lah gue tau kalau loe lagi senang." ucap Elena sambil mencubit pipi Dean.
"Awwww... Sakit tau Len." Dean mengusap pipi bekas cubitan Elena sambil mengerucutkan bibirnya. Elena yang melihatnya hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.
"Jangan cemberut dong nanti cantiknya hilang hahaha." Elena mengacak-acak rambut sahabatnya.
"Sekarang cerita apa yang membuat sahabat gue ini bisa senyum-senyum sendiri?" Dean yang masih merasa kesal karena Elena mencubitnya membalas menatap Elena dengan melototkan matanya.
"Hmmmm, enggak usah ngambek."
“Ikut gabung dong” Jihan mendekat dan meninggalkan pr, eh bukan pr ya, kalau pr kan pekerjaan rumah. Jihan mendekat dan meninggalkan tugas sebagai murid yang rajin.
"Jadi tadi Arvel chat gue katanya dia enggak dikeluarin dari sekolah." ucap Dean sambil menampilkan senyum lebar nya.
"Erlang juga kan?"
"Ya jelaslah." Serobot Jihan saat Dean mulai membuka mulut.
Elena mesem-mesem kesenengan. Ada tersirat rasa bahagia di hati Elena saat mendengar bahwa Erlang tidak keluar dari sekolahnya.
“Ciyeee uhuyy uhuyy slebew” Dean menyikut bahu Elena hingga hamper terjungkal.
"Tapi kenapa enggak dikeluarin De, kata loe kemarin itu kesempatan terkhir buat mereka?" tanya Elena dengan penuh selidik.
"Kata Arvel sih karena papanya Erlang. Loe sendiri kan tau kalau papanya Erlang adalah orang yang mensponsori sekolah kita. Mungkin gara-gara itu." Elena dan Jihan hanya menganggukkan kepalanya.
"Loe senang kan Erlang ngga dikeluarin?" goda Jihan kepada Elena.
"Apasih, biasa aja kok." Pipi Elena langsung memerah.
Biasa aja tapi kok pipi merah kaya udang rebus.
"Sekarang giliran loe yang cerita, kenapa bisa loe tadi malam di rumah Erlang, Loe enggak macam-macam kan?" tanya Dean sambil tersenyum sinis kepada Elena.
“Wah bahaya nih?” Jihan ikut menimpali.
“Jurus jual mahal, ha ha ha”
“Beneran berhasil?” Tanya Dean dan Jihan bersamaan.
Elena mengangguk dan menceritakan awal dari Erlang membantu nya sampai mengantarkannya pulang seusai les pada malam itu secara rinci.
"Bagus dong Len, ini bisa jadi awal pendekatan yang bagus buat loe." Dean menepuk-nepuk bahu Elena.
"Tapi Len, kok tiba-tiba Erlang mau loe jadi guru lesnya ya?" Jihan masih saja tak percaya
"Entahlah."
“lo ga curiga gitu. Tiba-tiba Erlang baik sama lo?”
Elena juga berpikir ada yang aneh dengan Erlang. Karena dulu Erlang tidak pernah berbicara dengannya walaupun Erlang tahu bahwa Elena menyukainya.
Elena menyukai Erlang sejak pertama kali melihatnya pada saat tanding basket antar kelas. Kelas Elena yang saat itu bertanding basket dengan kelas Erlang.
Mata Elena tertuju pada seorang cowok yang dengan gesitnya selalu memasukkan bola kedalam ring. Cowok tersebut adalah Erlang dan sejak itulah Elena menyukai Erlang.
Elena pun akhirnya memberitahu Dean kalau dia menyukai Erlang. Dean dengan ceplas-ceplosnya memberitahu Arvel yang saat itu sudah menjadi kekasihnya bahwa Elena menyukai Erlang.
Erlang yang mengetahui hal itu hanya menganggapnya sebagai hal yang biasa. Karena sudah biasa bagi Erlang disukai oleh siwi-siswi di sekolahnya.
***
Selesai jam terakhir Elena tidak langsung pulang. Elena merasa saki perut dan segera lari ke arah toilet.
Selesai dari toilet, Elena melangkahkan kaki keluar dari sekolah. Tidak ada lagi siswa-siswi yang berkeliaran karena Elena terlalu lama di toilet. Ketika melewati parkiran, Elena melihat sosok yang ia kenali.
"Loe lama banget sih, sampai jamuran gue nunggunya!" ucap Erlang dengan tangan berlipat di dadanya sambil bersandar di pintu mobil.
"Loe nungguin gue?" tanya Elena yang masih tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi.
"Enggak, gue nungguin tu pak satpam sampai lahiran. Puas loe, ya jelas lah gue nungguin loe, Bocil!" sambil menunjuk satpam yang sedang makan dipos rondanya.
"Cepat masuk." Erlang membuka pintu mobil dan menyuruh Elena untuk masuk.
Elena langsung mengangguk dan masuk kedalam mobil. Mobil Erlang pun beranjak meninggalkan sekolah.
"Motor loe sudah diantar kerumah loe, jadi loe besok nggak perlu lagi naik taxi." jelas Erlang.
Elena tak mendengarkan perkataan Erlang. Pikirannya sibuk memikirkan perkataan Jihan tentang perubahan sikap Erlang yang berubah drastis.
Aneh memang, Karena dulu ketika Elena dengan terang-terangan menyatakan perasaannya seperti memberi minuman seusai Erlang tanding basket, menyiapkan bekal makanan untuk Erlang dan banyak lagi usahanya untuk mendekati Erlang.
Namun semua usahanya selalu saja diabaikan oleh Erlang. Hingga Elena memutuskan untuk menyukai Erlang dalam diam. Tapi disaat Elena memendam perasaannya Erlang malah mencoba mendekatinya.
ERLANG SADAR DAN MENYESAL TELAH MENGABAIKAN ELENA. ERLANG SUKA ELENA. Ya, jurus jual mahal yang membuat Erlang menyesal. Elena terus saja membuang pikiran buruk yang mulai menggerogoti.
Salahkah jika gue berpikir loe suka sama gue, Erlang?
"Cil, loe kok bengong sih!"
"I-iya apa Lang, loe ngomong apa tadi?" tanya Elena sambil menatap Erlang yang terlihat sedang kesal.
"Tau ah, males gue ngomong sama loe." ucap Erlang tanpa melihat ke arah Elena. Elena mengerucutkan bibirnya dan mengalihkan pandangannya keluar kaca mobil.
Sesampai di depan rumah Elena mengucapkan terima kasih kepada Erlang dan segera turun dari mobil.
"Eh Bocil, jangan lupa malam ini kerumah gue lagi. Awas lo kalau nggak kerumah gue." ancam Erlang sebelum Elena menutup pintu mobil.
"Iya bawel." Elena menutup pintu dan membiarkan mobil Erlang menjauh dari pandangannya.
***
Erlang merebahkan tubuh di kasur kamarnya sambil memejamkan matanya sejenak. Tiba-tiba dering handphone berbunyi.
Hallo
Bagaimana? tanya seseorang diseberang sana.
Sesuai perintah ucap Erlang
Bagus, sesuai kesepakatan kita
Hmmmm.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
aqu mulai was was nih....
jangan... jangan....
dijadikan taruhan..???
ato jebakan?
a
2023-08-27
0