...M.Y.C.H.O.S.E.N.M.A.N...
...Sikapnya membuat gue menyelam terlalu dalam hingga lupa bagaimana caranya mengapung...
...~Elena...
***
"Tuan muda hebat ya, baru tadi siang Tuan muda bilang kalau Tuan besar meminta agar mencari guru les. Tiba-tiba malamnya sudah dapat guru lesnya. Kalau dilihat-lihat juga orangnya cantik Tuan." Ucap bi Sumi, pembantu sekaligus pengasuh Erlang sejak kecil.
"Bocil gitu dibilang cantik, lagian dia teman di sekolah bi, orangnya pintar daripada belajar sama Aries. Yang ada bukan belajar, malah bikin ribut karena bawa beberapa dedemit.” Erlang terkekeh saat menyebut dedemit.
"Biar bibi saja yang membuat minumannya Tuan muda. Tuan muda temui temannya nanti takut kelamaan nunggu nya." Erlang membenarkan perkataan bi Sumi dan beranjak meninggalkan bi Sumi dan menuju ke ruang tamu.
Elena melihat-lihat sekelilingnya. Foto-foto Erlang terpampang jelas di dinding ruang tamu. Dari foto kecil hingga dewasa, foto keluarga yang terdiri atas Erlang, mamanya , dan papanya. Erlang merupakan anak satu-satunya dari keluarga Dinata.
"Ngapain loe bengong di depan foto gue. Loe terpesona liat kegantengan gue yang sudah ditakdirkan dari lahir." Elena yang terkejut pun langsung berbalik dan melihat Erlang yang sudah duduk di sofa sambil memangku tangan dan menatap Elena dengan menyeringai.
Elena yang merasa malu hanya bisa menunduk dan dengan cepat menuju sofa dan duduk berseberangan dengan Erlang.
"Enggak usah malu, nanti pipi lo tambah merah kaya cabe kiloan di pasar." sindir Erlang sambil menahan tawa. Elena hanya bisa memalingkan wajahnya agar tidak terlihat oleh Erlang.
"Silahkan diminum." ucap bi Sumi sambil meletakkan minuman di atas meja.
Elena pun langsung mendongakkan kepalanya karena terkejut akan kedatangan bi Sumi yang tiba-tiba sudah di depan meja.
"I-iya bi."
"Hmmm... Lang gue sudah buatin jadwal buat les loe, nih jadwalnya." Elena menyerahkan jadwal yang telah ia buat di rumahnya sebelum ia pergi kerumah Erlang.
"Gue sih terserah loe aja maunya gimana."
"Oke." Elena memasukkan kertas tersebut ke dalam tasnya dan mengeluarkan buku matematika. "Hari ini kita belajar matematika ya Lang" menatap Erlang sambil membuka buku yang ia letakkan di atas meja.
"Kok matematika sih, gue paling males sama yang namanya menghitung !"
"Loe sendiri kan yang bilang kalau terserah gue mau ngajar apa. Kenapa sekarang loe yang sewot."
"Hmmmm..." Erlang menghembuskan napas kasar. Lalu berjalan mendekati Elena dan duduk di sampingnya.
Elena menjelaskan rumus matematika yang ia pelajari di sekolah. Karena terlalu fokus Elena sampai tidak sadar jika wajahnya dan wajah Erlang sangat dekat.
"Loe paham enggak?" Elena menoleh ke arah Erlang. Wajah mereka saling berhadapan hanya menyisakan beberapa centi dengan mata yang saling memandang.
Elena merasakan napas Erlang menghembus mengenai pipinya.
Deg, Elena segera memalingkan wajahnya agar Erlang tidak melihat pipinya yang sudah memerah. Kuatkan Elena atas segala cobaan yang diberikan.
"Coba loe kerjain soal yang sudah gue buat tadi, nanti gue periksa kalau belum benar gue suruh ulang lagi." ucap Elena yang masih belum berani menatap Erlang.
Elena merasakan kalau jantungnya berdebar sangat cepat seakan memaksa untuk keluar.
"Eh Bocil, kalau ngomong liat gue kali masa liat patung. Emang tuh patung bisa ngomong kalau di ajak bicara." Erlang menunjuk patung yang dilihat Elena yang kebetulan berada di ruang tamu.
"Gue haus, mau minum."
"Loe haus, mau minum. Nih gue ambilin apa mau sekalian gue minumin." Erlang menaikkan satu alisnya sambil menatap Elena.
Bluusshhh, pipi Elena kembali memerah. Bahkan lebih merah dari sebelumnya.
Oh tuhan, sampai kapan pertahanan jual mahal ini mampu Elena bentang. Temboknya saja mulai berlubang akibat serangan bertubi-tubi dari lawannya.
"Ngga perlu, gue bisa minum sendiri. Lagian apa guna nya tangan kalau enggak digunain." Elena mengambil gelas dari tangan Erlang dan langsung meminumnya.
Sikapnya membuat gue menyelam terlalu dalam hingga lupa bagaimana caranya mengapung
Tiba-tiba handphone Elena berbunyi tanda ada chat yang masuk.
Grup CLBK, bukan cinta lama bersemi kembali tapi cewak lugu bikin klepek hewww aslinya mah kalau jalan cuma liat beli kagak.
Dean : Woy! keluar yok temenin gue makan bakso mang mamat. Lagi pengen nih gue
Jihan : Ga bisa, gue sibuk beternak bekicot!
Elena : Bekicot mulu yang diternak, yang punya kapan hahaha
Dean : Gimana mau ternak, dighosting mulu shayyy
Jihan : Mulutnya dijaga ya, yuk bisa yuk DP duluan
Dean : Ade polos bang
Jihan : Sudah tertera dengan jelas, ANDA BERBOHONG
Dean : ah jadi ngelantur @Elena temenin gue ke warung mang mamat nanti gue traktir daun bawang
Elena : pelit amat sih, ga bisa De, gue sibuk
Jihan : lagaknya jomblo sibuk yang disibuk-sibukin
Dean : anda benar, cepetan dah gue mau otw nih
Elena : Enggak bisa De, gue lagi di rumah Erlang
JIhan : ngapain heh?
Dean : Iya woy ngapain
Jihan : @Elena
Dean :@Elena balas ngapa
Jihan :@Elena
JIhan : @Elena
Fokus Erlang yang sedari tadi mengerjakan tugas yang diberi oleh Elena pun teralihkan karena Elena yang senyum-senyum sambil melihat layar handphone nya.
"Handphone lo ngelawak?" Erlang mendekat sambil melirik sedang Elena dengan cepat menyimpan handphone nya ke dalam tas.
"Bu-bukan urusan loe, sini mana jawabannya." Elena mengadahkan tangan ke depan wajah Erlang.
"Nih, gue yakin benar semua tu jawaban." ucap Erlang dengan bangga sambil menepuk-nepuk dadanya memperlihatkan bahwa dia merasa bangga dengan Deinya.
What! Semua soal yang ia berikan kepada Erlang dapat dijawabnya dengan mudah padahal soal yang ia berikan merupakan soal yang lumayan sulit.
"Loe kenapa liat gue sambil ngotot ".
"Loe kok bisa jawab semua soal dari gue sih, gimana caranya?" tanya Elena yang masih bingung dengan apa yang dilihatnya.
"Loe lupa ya Bocil, bukannya loe tadi yang ngajarin gue caranya. Gue itu sebenarnya pintar tapi karena gue males aja belajar jadinya nilai gue anjlok."
Setelah berdebat-debat kecil dengan Erlang dan malam pun semakin larut. Elena memutuskan untuk pulang ke rumahnya.
"Loe naik apa tadi ke sini."
"Naik taxi." ucap Elena sambil membereskan buku-buku yang ada di atas meja.
"Biar gue antar."
"Enggak perlu Lang, gue naik taxi lagi aja." Elena hampr meleleh. Ia tak mampu berdekatan dengan Erlang lebih lama lagi.
"Bahaya kalau cewek pulang malam-malam sendian. Apalagi kalau ceweknya yang loe Pendek, kecil gampang banget buat diculik. Tinggal gendong terus masukin bagasi bawa kabur deh."
Elena bergidik ngeri membayangkan jika hal itu benar-benar terjadi.
"Loe tunggu disini dulu, gue ambil kunci mobil." Elena mengangguk sambil melirik ke arah Erlang yang berlari menuju lantai atas rumahnya.Tak selang berapa menit Erlang datang sambil membawa kunci mobil.
"Yuk." ajaknya kepada Elena.
Mereka pun masuk ke dalam mobil. Selama perjalanan Elena tertidur karena ngantuk yang melanda. Saat sampai dipekarangan rumah pun Elena masih tertidur.
Erlang mengamati setiap inci diwajah Elena. Tanpa disadari tangannya membelai rambut Elena dengan lembut. Bocil memang cantik. Benar kata bi Sumi.
Elena tiba-tiba terbangun karena merasakan ada sentuhan di kepalanya.
Erlang yang melihat pergerakan Elena yang hendak membuka mata pun dengan cepat menarik tangannya yang sedari tadi membelai rambut Elena. Hampir ketahuan, Eh Erlang ngapaian woy!
"Akhirnya loe bangun juga, loe kira mobil gue penginapan yang seenaknya bisa loe tidurin. Kita sudah sampai, cepat keluar dari mobil gue!"
"Maaf gue ketiduran, makasih juga sudah ngantar gue pulang." Elena segera membuka pintu dan keluar dari mobil.
"Woy bocil, jangan lupa kirim nomor rekening loe. Nanti gue transfer gajih loe setelah satu bulan pastinya."
Elena yang sudah terlalu ngantuk dan malas untuk berdebat hanya menganggukkan kepalanya dan berlalu menuju rumahnya. Sesampai di kamar Elena langsung merebahkan tubuhnya di kasur dan langsung terlelap.
***
Sinar mentari pun masuk melalui celah-celah jendela kamar Elena. Jam menunjukkan pukul 06.25 Elena segera bangkit dan bersiap menuju sekolahnya.
Elena menuju sekolah dengan memesan taxi. Selama di dalam taxi Elena tak henti-hentinya tersenyum mengingat kejadian tadi malam, bahkan sopir taxi pun merasa horror. Cantik-cantik tapi kok…
Sesampai di sekolah Elena dengan cepat membayar taxi dan berlari menuju kelasnya dan sopir taxi pun merasa lega.
Saat hendak ke kelasnya, Elena bertemu dengan Erlang dan teman segenknya. Elena tersenyum dan berharap Erlang juga menyapanya. Tapi anehnya Erlang sama sekali tak meliriknya.
Ada apa dengan Erlang? apa ada yang salah dari gue?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
Semangat, Len!!!!
hahhhh
apkh ini akan sad ending???
2023-08-27
0
Susilawati
mungkin Erlang nggak mau ada yg tahu tentang dia les sama elena, makanya bersikap cuek dia nya.
2022-09-14
0