"Ehm,,," Deham Deka membuyarkan lamunan wanita itu.
"Eh, Maaf, Bos. Ada yang bisa saya bantu?"
"Ya, antarkan aku bertemu dengan Leo."
"Baik, bos. Silahkan ikuti saya," Terang wanita itu menunjukkan arah yang harus dilalui. Mereka berdua pun memasuki sebuah lift khusus yang sepertinya hanya orang tertentu yang boleh memasukinya. Tidak ada percakapan di antara keduanya, terlebih karena jarak antara tujuan mereka tidak terlalu jauh sehingga dalam lima menit pintu lift sudah terbuka.
"Tuan Leo ada di ruangan ini, bos." terang wanita sambil mengarahkan Deka ke sebuah pintu ruangan yang masih tertutup.
"Sedang apa dia?" Tanya Deka menyelidik.
"Tuan Leo sedang berbincang dengan beberapa klien. Apa perlu saya panggilkan atau bos mau langsung masuk?"
"Ya, aku akan masuk. Kau kembali lah."
"Baik, bos." Ucap wanita itu meninggalkan Deka di depan pintu. Tak menunggu terlalu lama, Deka segera membuka pintu ruangan tersebut. Dan jelas semua yang ada di ruangan itu menoleh ke arah Deka. Namun bukannya gugup atau takut, Deka justru terlihat santai dan terkesan cuek terhadap pandangan mereka.
"Ehm," Deham seseorang pria di depan mic yang duduk di tengah meja bundar itu, nampaknya dia adalah pimpinan rapat. "Untuk meeting kali ini saya cukupkan. Bila ada yang masih kurang jelas, bisa langsung ditanyakan kepada sekretaris saya. Sekian, saya undur diri."
Pria yang tak lain Leo itu segera menghampiri Deka dan menghiraukan pandangan semua klien rapatnya. Tepat ketika sudah di depan Deka, Leo membungkuk dan memberi salam pada Deka.
"Bienvenido jefe," Kata Leo penuh dengan hormat.(Bienvenido jefe : selamat datang bos)
"despierta y explícame," balas Deka dengan aura mematikannya.(despierta y explícame : Bangun dan jelaskan padaku)
"ok, te lo explicaré en un mejor lugar jefe." Tanpa menunggu jawaban dari Deka, Leo sudah berjalan keluar dari ruangan tersebut diikuti oleh Deka. (ok, te lo explicaré en un mejor lugar jefe : baik, saya akan jelaskan di tempat yang lebih baik bos).
Akhirnya mereka masuk ke ruangan yang begitu berbeda dengan ruangan yang lain. Jelas sekali bahwa itu adalah ruangan Leo, atau ruangan CEO.
"Silahkan duduk, bos." Kata Leo mempersilahkan Deka duduk di kursi singgasana yang ada di sana.
"Tak usah terlalu banyak drama atau apalah itu, cepat jelaskan kenapa aku bisa keluar." Ucap Deka setelah duduk dengan menatap tajam Leo.
"Sebelumnya, senang bisa bertemu denganmu lagi, bos. Bahkan secara kekeluargaan, aku sangat senang. Tapi ku tahu kau tidak ingin memainkan drama-drama pertemuan keluarga seperti itu, jadi akan kuberitahu kenapa kamu bisa lolos,"
"Ya, cepatlah."
"Santai bos, seperti bukan dirimu saja. Atau karena terlalu sering mendekam di penjara membuat sikapmu berubah bos?" Gurau Leo mencoba untuk mencaikan suasana. Dia tahu jelas bahwa bosnya ini sedang marah pada dirinya, lebih tepatnya kepada siapa saja yang bekerja sama untuk membebaskannya.
"Sudah kubilang tak perlu berdrama. Cukup ceritakan semuanya tanpa tertinggal sedikit pun," Deka masih memasang tatapan tajam pada Leo.
"Ayolah, bos. Kami semua rindu padamu. Apa tidak boleh keluarga ingin melihat keluarganya?"
"Oh ya kamu benar. Tapi nampaknya kamu melupakan satu perintah terakhir dariku!" Bentak Deka membuat Leo terperanjat. Nasi sudah menjadi bubur, itulah istilah yang bisa Leo ucapkan semenjak dia menerima rencana dari rekan-rekannya. Dia memang sudah menduga akan mendapatkan kemurkaan dari Deka karena rencana ini. Tapi mau bagaimana lagi, Deka merupakan bosnya dan bukan sesuatu yang pantas bila melihat bosnya di penjara seumur hidup.
"Mau sampai kapan kamu diam?" Sambung Deka membuat Leo menatap wajahnya ketakutan.
"Iy, iya, bos." Jawab Leo asal. Entah kemana semua keberanian yang ada dalam dirinya. Rasanya seperti tidak memiliki tulang punggung hingga Leo ingin sekali memeluk lututnya saking takutnya ia pada bosnya.
"Jawab yang benar!"
"Iya, bos. Perintah terakhir bos adalah 3 tahun yang lalu, kepada seluruh anggota El Escorpión Rojo."
"Apa itu?"
"Bos bilang ingin menerima hukuman dunia ini." Jawab Leo dengan lantang. Dia paham betul bahwa bosnya tidak suka orang yang tidak tegas bahkan setengah-setengah dalam berbuat.
"Lalu, bisa kau jelaskan kenapa kalian semua melanggar perintah dariku? Apakah kalian sudah tidak menganggap diriku sebagai bos kalian, hah!" Amarah Deka begitu menggelegar. Ruangan yang aslinya cukup kedap suara itu kini lebih menjadi seperti ruangan eksekusi mati. Beberapa bawahan dan sekretaris Leo yang ada di sekitar sana pun memilih untuk menjauh karena merasakan adanya ancaman. "Oh, atau mungkin kalian berniat menggulingkan kekuasaanku, begitu?"
"Tidak, bos. Tidak. Kami tidak ada maksud sedikit pun untuk melawan bahkan menggulingkan kekuasaan bos." Jawab Leo dengan penuh pengharapan pertolongan pada siapapun meski mustahil. "Untuk alasan sudah saya sampaikan tadi bos, kurang lebihnya seperti itu. Kami ingin bos berada di luar penjara, hanya itu saja. Dan mungkin satu alasan lainnya adalah kondisi dari tante bos sendiri,"
Sejenak Deka terdiam. Dia ternyata sampai lupa rasa khawatirnya dengan tantenya karena amarah. Padahal sedaritadi saat pamannya memberi tahu penyakit tantenya, Deka sudah merasa tidak tenang dan ingin mengunjungi tantenya secepat mungkin. Namun pikirannya terlalu marah dengan tindakan anak buahnya membuat ia lupa.
"Cih, bisa-bisanya kamu menggunakan tanteku sebagai kelemahanku." Ucap Deka setelah diamnya.
"Eh, saya tidak bermaksud, bos." Gugup Leo. Bersama dengan bosnya membuat dia menjadi orang yang selalu salah.
"Sudahlah. Semuanya sudah terjadi, kita tidak bisa apa-apa." Ucap Deka membalikkan kursinya ke arah jendela ruangan itu sehingga ia bisa melihat keindahan kota karena tembok luar ruangan itu terbuat dari kaca. Dia tidak melanjutkan ucapannya. Hanya terdiam dan menikmati kepadatan kota. "Jangan terlalu senang bila aku membiarkan hal ini,"
"Iya, bos." Balas Leo sigap. Dirinya sudah cukup tenang kali ini karena mood bosnya sudah lebih baik.
"Semua yang terjadi ada konsekuensinya. Jadi yang kuperbuat ada pula konsekuensinya. Dan karena kamu beserta yang lainnya sudah melanggar perintah dariku, maka jangan salahkan aku bila memberikan hukuman pada kalian."
"Baik, bos. Apapun hukumannya, akan kami terima."
Sebelum melanjutkan omongannya, Deka memejamkan matanya seperti sedang merasakan sesuatu. satu, dua, bahkan sampai tiga menit Deka memejamkan matanya dan tidak memberikan intruksi apapun pada Leo. Hingga pada menit selanjutnya, tangan Deka terangkat ke udara.
"Ini perintah dariku sekaligus hukuman pada semua anggota El Escorpión Rojo. Kuperintahkan kalian semua untuk terus menjalankan tugas kalian dan jangan ganggu kehidupanku sampai aku sendiri yang memberikan perintah, mengerti?" Titah Deka seperti sedang memberi petuah untuk anaknya. Aura yang terpancar pada Deka begitu kuat hingga Leo tak sanggup berkata tidak.
"Baik, bos. Akan kami laksanakan dengan sungguh-sunguh." Sanggup Leo dibarengi dengan bungkukan darinya sebagai formalitas kesungguhan dari ucapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments