"Perjodohan?" tanya Deka tidak percaya dengan peryataan pamannya barusan. Dia begitu tidak tidak terima begitu mendengarnya, sampai ia menggebrak meja di depannya. "Tidak, aku tidak mau. Akan kuberikan kamu uang, berapa pun itu."
"Cih dasar sombong. Kau itu tahanan di sini. mana mungkin kamu bisa membayar kepadaku bahkan sepeserpun," Kata paman Deka mengentengkan penolakan Deka. Sebagai pamannya Deka, dia memang tidak tahu menahu masalah dan persoalan hidup keluarga Deka. Seberapa banyak warisan Ayah dan ibu Deka, sampai usaha Deka yang begitu besar pun tidak ia ketahui. Hanya satu hal yang ia ketahui, Deka adalah solusi untuknya. "Kau hanya perlu menikahinya, dan hutangmu lunas. Mudah, menyenangkan, dan kau bisa dapat beberapa uang tambahan."
Mungkin bagi tahanan lain, tawaran pamannya akan langsung disanggupi. Tapi berbeda dengan Deka yang merupakan bos dari mafia terkuat, hal seperti uang bukan persoalan baginya. Lagipula, meski ia sedang berada di penjara, bukan berarti bisnisnya tidak berjalan. Mau ada atau tidak adanya Deka, bisnisnya tetap akan terus berjalan dan menambah penghasilan setiap bulannya.
"Yang kita bicarakan adalah pernikahan. Sebuah ikatan sakral antara individu. Aku tak mau mencemari janji suci itu," Ungkap Deka masih tetap menolak tawaran pamannya.
"Jangan sok suci seperti itu. Kamu tahu, hanya aku saja yang bisa mengeluarkanmu dari sini." kata pamannya setengah berbisik. Pamannya memberikan tekanan pada kalimat terakhirnya, seolah memberitahu kepada Deka siapa yang memiliki kuasa di sini.
"Hah, tak mungkin. Kamu tidak mungkin bisa mengeluarkanku!" Deka benar-benar tidak percaya bahwa pamannya bisa mengeluarkannya.
"Hahahaha," Pamannya tertawa setelah mendengar perkataan Deka. Setelahnya, pandangannya manatap Deka tajam. "Aku bisa mengeluarkan, kau tidak percaya? Baca ini."
Pamannya mengeluarkan sebuah amplop dari balik jasnya, dan kemudian melemparkannya ke depan Deka. Rasanya enggan untuk Deka membuka amplop itu. Tapi karena rasa penasarannya lebih tinggi, ia memutuskan untuk membuka amplop itu. Di dalamnya terdapat sebuah surat. Dan kemudian ia membaca surat itu dengan seksama. Betapa terkejutnya ia ketika paham bahwa yang dikatakan pamannya adalah benar.
"Bagaimana bisa?" tanya Deka tidak percaya dengan apa yang tertulis di dalam surat itu.
"heh, tentu saja bisa. Kamu tidak tahu siapa pamanmu ini? semuanya bisa di hadapanku." Jawab pamannya seraya menunjuk dirinya sendiri. Sebagai satu family, Deka paham betul kelakuan pamannya. Dia tahu pamannya memiliki relasi dan uang, tapi itu semua tidak akan cukup untuk membebaskannya. Oleh karena itu dia tidak percaya pada surat itu. Pamannya yang menyadari ketidak percayaan Deka mendengus kesal. "anak sialan. Dari dulu kamu masih saja tidak pernah percaya padaku. Coba kamu lihat siapa yang bertanda tangan di sana."
Deka melihat kembali surat tersebut, ia membaca nama seseorang. Betapa terkejutnya dia begitu membaca nama orang itu. Nama yang begitu familiar ia dengar. Bagaimana tidak, orang itu adalah hakim sidang yang memberikan ia hukuman dalam sel terketat dalam penjara ini. "Tidak mungkin."
"Hahahaha, itulah kehebatanku. Semuanya bisa kulakukan. Jadi, apa kau terima tawaran sekaligus pembayaran hutang ini?" Tanya paman Deka setelah gelak tawa sombongnya. Sedangkan Deka, hanya terdiam menatap surat itu. Dia sangat yakin pamannya dapat bantuan dari luar. Pasalnya kejahatan Deka adalah tingkat berat, jadi tidak akan semudah itu menyogok pihak pengadilan dengan uang.
"Siapa itu?" Setelah termenung, ia melontarkan pertanyaan kepada pamannya bukan sebuah jawaban.
"Apa maksudmu? bukannya kamu jelas tahu siapa yang tanda tangan di sana." Jawab pamannya tidak mengerti maksud Deka.
"Bukan itu yang kumaksud." Deka menaruh surat itu di atas meja, kini giliran dia yang menatap pamannya instens. "Siapa dia yang menolongmu?"
Deg, pamannya begitu kaget mendengar pertanyaan Deka. Jantungnya serasa berhenti berdetak selama beberapa detik saking kagetnya. Tentu saja ia kaget, karena tidak ada yang tahu tentang itu kecuali dirinya, pengadilan, dan tentu saja orang yang menolongnya. "Aku tidak ditolong siapapun, eh, salah maksudku, aku tidak mengerti yang kau bicarakan."
"oh, ya, kau tidak mengerti? lalu, bisakah kau jelaskan, kenapa tahanan kelas kakap sepertiku bisa lolos begitu saja hanya dengan uang? perlukah ku jabarkan kejahatan yang telah kulakukan sampai aku masuk ke sini?" Deka memberikan aura yang begitu mengerikan kepada pamannya, sehingga nyali pamannya hilang seketika.
"em, em, nar, narkoba. Itu kejahatan yang kamu lakukan." jawab pamannya ketakutan. Bagi pamannya saat ini, keponakannya adalah monster. Aura yang ditampilkan dalam wajah begitu asri dan nampak membunuh. Makanya saat ini dia hanya bisa menunduk karena perubahan aura Deka.
"Heh, hanya narkoba? bukannya waktu itu kejahatan yang tertera begitu banyak? lalu kenapa semuanya hilang dan hanya tersisa narkoba saja?" Batin Deka mempertanyakan masalah ini. Dia benar-benar tidak paham apa yang terjadi. Bagaimana bisa semua kejahatan yang telah ia lakukan hilang begitu saja dan hanya tersisa penggunaan narkoba.
"Se, sebenarnya, pernikahan ini ditunjukkan bukan untukumu." Sambung pamannya. Sebelum sempat Deka memotong, dia menahan Deka agar tidak bersuara dengan maksud perkataan belum selesai.Dia menghela nafas, dan meminta Deka untuk tenang karena ia akan menjelaskan semuanya. "Biar kujelaskan padamu dari awal. Semuanya berawal sekitar satu tahun yang lalu, ketika aku hendak menjalankan sebuah proyek besar. Segalanya sudah kuperhitungkan dan kuyakini akan berjalan sesuai rencana. Hingga akhirnya kuputuskan untuk melanjutkan proyek ini."
"Dua bulan berjalan, proyek berhasil mencapai 15% dari target. Terus meningkat secara teratur setiap bulannya. Namun 2 bulan yang lalu, kejadian tak terduga terjadi. Sekretarisku sekaligus kepala lapangan proyek itu ternyata membawa kabur uang proyek tersebut. Tak hanya itu, beberapa bawahanku pun ikut andil dalam pencurian itu. Mereka mengambil 50% dana anggaran proyek, sehingga mau tak mau, aku harus menutup proyek itu." Terang paman Deka panjang lebar. Dia menunjukkan wajah sedih karena kegagalannya. Tapi seketika wajahnya berubah menjadi aneh, antara sedih dan senang.
"Kukira masalah proyek akan selesai dengan penutupan proyek, yah, meski aku rugi besar. Tapi ternyata tidak berhenti sampai di sana. Klien yang bekerja sama denganku tidak terima atas hilangnya uang mereka begitu saja. Mereka menuntut kepada perusahaanku. Bukan, mereka bukan menuntut uang mereka kembali, mereka hanya ingin aku memberikan apa yang mereka mau. Dan bisa kau tebak apa keinginan mereka, ya, mereka ingin perjodohan." Paman Deka mengakhiri ceritanya dengan nafas yang begitu berat.
"Lalu, kenapa harus aku?" Tanya Deka setelah menyimak cerita pamannya.
"Itu karena Altan sudah menikah, sedangkan Dhea, dia adalah seorang perempuan. Jadi dia tidak bisa menikahi anak orang itu. Dan yang tersisa hanya kamu, satu-satunya bagian keluarga yang bisa menolong." Jawab pamannya setengah memohon. Deka tidak tahu, apakah kesedihan di wajah pamannya itu nyata atau hanya sebuah ilusi, ia tak tahu. Tapi entah mengapa perasaan tergerak mendengarnya. "Em, setidaknya lakukanlah ini untuk tantemu."
"Hah, kenapa dengan tante Maya?" Deka langsung panik begitu kata tante terdengar olehnya. Tapi rasa kekhawatirannya menjadi semakin besar begitu melihat pamannya mengeluarkan air mata. "Kenapa dengan tante, paman?"
Dengan berat hati dan suara parau, pamannya menjawab. "Tantemu, Dia terkena kanker."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments