Lelaki Penebus Hutang
"Deka Brahnama Priostio," Panggil seorang sipir menghampiri sebuah ruangan sel yang dilindungi oleh baja setebal 30 cm. Tidak ada sahutan apapun dari dalam sel. Ruangan sebesar 5x5 meter itu terlihat seperti kosong.
Tok, tok, tok
Ketuk sipir itu memastikan apakah yang di dalam masih hidup. "Ku ulangi, Deka Brahnama Priostio."
Namun masih tidak ada tanggapan dari dalam ruangan tersebut. Sang sipir membuka sebuah celah yang ada di pintu untuk melihat kondisi di dalam. Dia melirik ke segala arah ruangan kecil dengan satu jendela baja, tapi dia tidak menemukan siapa pun. Ruangan dengan cahaya redup itu terlihat begitu sunyi. "Atau jangan-jangan dia kabur?"
Sipir menerka melalui apa yang ia lihat. Dengan panik dia bergegas membuka pintu ruangan itu. Karena ketebalan dan pengamanan kunci tingkat tinggi, dia membutuhkan waktu 2 menit hingga bisa membuka kunci pintu itu. Setelah itu, dengan bertenaga ia mendorong pintu baja itu.
"Hai, penjaga." Sapa orang yang mengenankan pakaian tahanan mengangetkan sipir ketika pintu sudah terbuka.
"Aaa,,," Kaget sipir itu ketika tiba-tiba melihat seseorang di depannya yang entah datang dari mana. Karena begitu terkejut, sipir itu sampai sulit menyeimbangkan tubuhnya. Dia terjatuh sambil menunjuk pria di depannya. "Ha, hantu!"
"Hahahaha,,, lihatlah wajahmu itu. Hei, kau pikir aku ini hantu?" Tawa pria yang menggenakan Pakaian tahanan. Tapi seketika tawanya berhenti. Dia mendekati sipir tersebut, tak lupa dengan tatapan maut yang membuat sipir itu ketakutan. "Kalau aku hantu, berarti orang pertama yang harus ku hantui adalah...?"
Pria itu semakin mendekat, tapi sipir semakin menjauh. Dia begitu ketakutan melihat perangai pria di depannya. Bahkan tanpa sadar celananya sudah basah karena ketakutannya. Melihat kejahilannya berhasil, pria itu memegangi pundak si sipir agar tidak bisa menjauh darinya. Dengan smirk yang menakutkan dia melanjutkan perkataannya. "orang itu tentu saja, kamu."
Bam, sekujur tubuh sipir itu bergelidik akibat pria itu. Keringatnya mengucur deras. Satu kata yang bisa ia keluarkan. "Aaaaaaa....."
Sipir itu mencoba kabur, tapi badannya ditahan oleh pria itu. Dan karena tidak bisa kabur, ia berteriak dengan keras sampai pria itu kewalahan dibuatnya.
"Woi, bodoh. Aku masih hidup, lihat!" Teriak pria itu melepaskan cengkramannya. "Dasar aneh. Katanya penjaga penjara terhebat. Tapi sama hantu saja takut."
Sang sipir yang mendengar perkataan pria itu menjadi tersadar. Dengan cepat ia segera berdiri dan membersihkan dirimya agar tidak terlihat memalukan, meski sudah begitu terlihat ditatapan pria itu.
"Ja, jaga ucapanmu. Aku ini petugas. Kalau kau berani macam-macam, awas kau!" Ancam sipir itu sambil membenarkan pakaiannya yang berantakan.
"Hhooam, membosankan. Sudahlah, aku tidak tertarik dengan itu. Langsung ke intinya, kenapa kamu kemari?" tanya pria itu membelakangi sang sipir. Tak langsung menjawab, sipir itu mengambil tongkatnya terlebih dahulu karena terlempar cukup jauh tadi.
"Ehem, baiklah kita langsung ke inti. Masalah ini aku biarkan," Jawab Sipir dengan mantap. Namun bukan berarti dia sudah berani dengan pria itu. Dalam pikirannya terlintas betapa kekarnya pria di depannya. Dia melihat punggung pria itu, begitu lebar dan dia yakin punggung itu di penuhi dengan otot. Rasanya seperti melihat jawara tinju yang ada di televisi secara langsung. "Jadi, maksud kedatanganku untuk membawamu menemui seseorang. Singkatnya, ada seseorang yang menjengukmu."
Begitu menyelesaikan ucapannya, dia langsung menunduk karena melihat pria itu berbalik ke arahnya. Pria itu mendekatinya, membuat suasana semakin mencekam. Dan sipir hanya bisa diam membeku menahan rasa takutnya. Bagaimana bisa dia tidak ketakutan melihat pria di depannya. Dengan semua penampilannya, pria itu nampak seperti manusia purba. Di mulai dari rambut panjang tak terurus, brewok yang menutupi mulutnya, dan terakhir postur tubuh yang begitu kekar membuat seseorang yang melihatnya pasti lari ketakutan.
"Siapa dia?" Tanya pria itu setelah jarak di antara keduanya hilang.
"itu, anu, em, di, dia adalah pamanmu." jawab sang sipir dengan gugup. Ditatap oleh pria itu membuat dirinya menjadi tremor.
"huh, pamanku?" tanya pria itu dalam benaknya. Dia begitu tidak percaya kalau pamannya datang menjenguknya. Pasalnya, selama bersama pamannya tak pernah sekalipun pamannya mau bertemu bila tidak ada keuntungannya. Jadi dia tidak bisa percaya begitu saja dengan ucapan sang sipir. "Apakah kamu yakin itu pamanku?"
"Begitulah yang diperintahkan padaku," dengan takut-takut ia menatap pria itu. Ketakutan memang hal yang wajar bagi setiap manusia. Terlebih untuk takut kepada penjahat, itu hal yang sangat wajar. Itulah yang dirasakan oleh sipir itu. Dia ketakutan bersama dengan pria itu sekaligus penjahat yang bernama Deka. Mungkin tak hanya dia yang akan ketakutan bersama Deka, melainkan semua rekan sipirnya juga akan ketakutan bersama pria itu.
Sebuah sel yang terletak paling ujung bagian penjara, di sanalah sel Deka berada. Keamanannya pun di jaga dengan sangat ketat. Dimulai dari penjaga khusus sel Deka yang berjarak sekitar 20 meter dari sana. Hingga pintu baja setebal 30 cm. Jadi, tahanan bernama Deka memang ditakuti oleh para sipir. Terlepas dari kasus apa yang dilakukannya, mereka paham bahwa ada alasan kenapa Deka di tempatkan di sana. Bahkan sipir satu lagi yang menjaga Deka hanya bisa diam di tempatnya. Meski ingin menolong temannya ketika teriakan terdengar, tapi dia tidak bisa. Karena dia pun juga takut. Inilah yang mereka sebut dengan resiko pekerjaan, mereka berdua bahkan sempat melakukan pengundian untuk memanggil Deka. Dan temannya yang mendapat kesempatan untuk melakukan pekerjaan itu, jadi memang harus menanggung resiko sendiri.
Deka terlihat keluar dari selnya. Sipir itu segera membuat sebuah kuda-kuda sebagai pertahanan. Tapi bukannya mencoba menahan Deka, dia justru langsung memberikan jalan seluas-luasnya kepada Deka. Bahkan ia memberikan hormat pada Deka seolah Deka begitu penting, dan tentu Deka merasa binggung dengan sipir itu. Namun karena merasa itu tak penting, dia melanjutkan langkahnya menuju ruangan kepala sipir. Sedangkan di belakangnya, teman sipir tadi melangkah lesu mengikuti Deka.
"Apa yang terjadi?" tanya sipir satunya yang melihat temannya begitu lesu. Baru hendak menjawab, sebuah deheman terdengar di telinga mereka berdua. Tak ingin menambah masalah, sipir yang di awal tadi segera berlari menyusul Deka. Namun sebelum pergi menjauh, temannya membisikkan sesuatu kepadanya. "Tenanglah, kawan. Ini terakhir kalinya kita mengurusnya."
Sipir itu menyetujuinya dan melanjutkan langkahnya karena tak mau membuat Deka marah. Kini mereka berdua sampai di ruangan sel tahanan lainnya. Semua tahanan dalam sel itu hanya bisa melihat keduanya berjalan pergi. Tapi mereka baru sadar bahwa tahanan yang dibawa adalah tahanan sel ujung yang tidak pernah bisa mereka temui.
"Hei, bukankah dia tahanan sel expert yang ada di ujung sana?" tanya salah satu tahanan melihat Deka dan sipir melewati selnya.
"Hush, hati-hati kau jika berbicara." Balas teman satu selnya.
"heh, apa salahku? Lagipula apa yang bisa dilakukan pria besar di sana? Membunuhku dengan satu tangan?" Ledek tahanan itu menghiraukan peringatan teman selnya.
"Dasar bocah ingusan," ucap teman satu selnya sambil memberikan sebuah pukulan di belakang kepala tahanan itu. Sontak tahanan itu ingin membalas, tapi ia urungkan. Dia tahu bahwa teman satu selnya adalah penjahat kelas kakap yang bukan tandingannya.
"ah, sialan kau. Memangnya siapa dia?" Tanya tahanan itu memegangi bagian belakang kepalanya.
"heh, bocah tengik macam mana kau bisa tahu siapa dia. Kau itu hanya penjahat kacang. kejahatan kecil yang kau perbuat bisa dengan mudah dihilangkan hanya dengan menyogok beberapa uang. Tapi berbeda dengannya. Bagi penjahat kelas atas, semuanya pasti tahu dia siapa. Seseorang yang begitu disegani oleh musuhnya. Memiliki bawahan yang setia dan patuh. Dan yang terpenting, dia adalah penjahat yang telah melakukan semua tindak kejahatan. Bahkan bila ia tertangkap, suap tidak akan bisa membantunya." terang teman satu selnya bergidik ngeri ketika mengingat orang yang ia ceritakan.
"ceritamu memang hebat, tapi pada akhirnya dia ditahan disini." kata tahanan itu meremehkan Deka.
Teman satu selnya malah tertawa mendengar perkataannya dan merangkulnya. "Hahahaha, beginilah manusia. Tidak akan paham sampai kau rasakan itu sendiri. Kuberitahu kau, dia dipenjara bukan karena ditangkap. Melainkan karena dia menyerahkan diri. Jika kau masih tak percaya, sebutkan nama ini pada bosmu, Rey del desierto."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments