Carikan Aku Wanita Dalam 1 Minggu

...🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁...

"Dasar anak nakal, bisa-bisanya kau pergi tanpa memberitahu ku." Kesal nenek Artha dengan bersidekap dan membelakangi cucunya itu seperti anak kecil yang sedang merajuk.

"Hehhe, nenek ayolah.. Aku kan pergi karena ada pekerjaan yang mendadak." William bergelayut manja di lengan neneknya seraya mengeluarkan ekspresi tanpa dosanya.

"Setidaknya telpon nenekmu ini, kalau kau mau pergi. Atau jangan-jangan kau sengaja menghindariku?" Selidik nenek Artha, karena tak biasanya cucu manjanya itu pergi tanpa memberitahunya.

"E.. Tidak! Mana mungkin? Mana berani cucu kesayangan mu ini menghindari nenek." Ujarnya dengan nada yang manja, berakting semeyakinkan mungkin agar neneknya itu percaya dengan kata-katanya, padahal kenyataannya dia memang sengaja menghindari neneknya itu.

"Benarkah?" Ucap nenek Artha yang masih meragukan perkataan cucunya itu.

"Benar neeekkk! Mana berani cucumu ini membohongimu?"

"Tidak benar nyonya!" Brian yang sejak tadi hanya diam, tiba-tiba mengeluarkan kata-katanya.

Dengan spontan nenek Artha dan William menatap kaget ke arah sumber suara, sebelum pukulan sempurna mendarat tepat di bagian kepala William.

"Kau berani membohongiku?"

Bug..

"Ah!" Pekik William merasakan sakit karena pukulan neneknya yang cukup kuat.

"Tidak nek!" Ucap William yang masih tidak mengakui kebohongannya.

"Bray, Lo ngomong apaan sih? Lo sengaja ya, biar nenek mukul gue?" Kesal William.

"Tentu tidak bos, saya hanya mengatakan yang sebenarnya!" Ucap Brian dengan wajah tanpa dosanya.

"Nek, itu tidak benar. Bray memfitnahku!" Tunjuk William, ia masih berusaha membela dirinya.

Brian hanya menggeleng tanpa ekspresi melihat tingkah bosnya yang seperti anak-anak itu.

Wanita memang banyak yang menggilainya, iya! Karena mereka hanya melihat dari luarnya saja. Coba saja mereka melihat sisinya yang seperti ini, apa mereka masih bisa tergila-gila? Batin Brian.

"Terserahlah! Yang jelas, keputusan nenek sudah bulat. Kau harus menikah minggu depan! Jadi jangan pernah berpikir bisa menghindarinya lagi." Tegas nenek Artha seraya melangkahkan kakinya masuk ke dalam mansion mewah milik William.

"Apa? Minggu depan? Yang benar saja nek, bukankah nenek bilang akan memberiku waktu 1 bulan?"

"Iya, tapi itu sebelum kau berulah dan membohongiku!" Seru nenek Artha yang kemudian duduk di sofa besar yang ada di ruang tengah.

"Nek, aku benar-benar tidak ingin menikah. Bukankah nenek sudah tau bahwa aku..."

"Mau tidak mau kau harus menikah!" Potong nenek Artha, ia terlihat sangat serius dengan ucapannya.

"Nek!"

"Apa kau mau perusahaan kita bangkrut? Mereka (pemegang saham) setiap hari mengeluh pada nenekmu ini soal skandalmu itu, dan kau tau berapa persen saham perusahaan kita yang turun gara-gara berita sampah itu?" Tegas nenek Artha.

"Nenek tau kan pada dasarnya semua berita itu tidak benar, apa nenek tidak percaya sama sekali dengan cucumu ini? Jangankan tidur dengan beberapa wanita, dekat dengan seorang wanita saja aku tidak sudi." Ucap William, bahkan memikirkan ia harus dekat dengan seorang wanita saja membuatnya jijik.

Tidak ada asap jika tidak ada api, tentu saja tidak akan ada akibat jika tidak ada sebab. Dan itulah yang menjadi titik trauma dalam kehidupan seorang William Riandra. Ia sangat membenci wanita kecuali neneknya yang merawatnya dengan tulus dari kecil hingga sekarang.

Sekitar 23 tahun yang lalu ketika William masih berusia 10 tahun tepat di hari ulang tahunnya, ia harus melihat adegan yang sangat tidak pantas yang membuat hatinya sakit sampai sekarang dan karena kejadian itu juga ia harus kehilangan orang yang sangat ia hormati dan cintai, dan ia rasa mungkin selamanya rasa itu tidak akan pernah hilang, setiap detail kejadian hari itu masih tercetak dengan jelas di ingatannya. Rasa kecewa, marah, benci, muak dan jijik, rasa yang tidak akan pernah bisa ia lupakan.

Terlihat tulang pipi William yang mengeras, serta guratan amarah yang sangat terlihat jelas di wajahnya, ia mencengkram jari jemarinya sendiri dengan kuat, sudah bisa dipastikan, kenangan buruk itu kembali membuatnya marah.

Nenek Artha yang melihat perubahan ekspresi cucunya itupun, dengan serta merta menggenggam erat tangannya. Ia tau betul dengan rasa sakit yang pernah di alami cucunya itu. Tapi di lain sisi, ia juga tidak ingin melihat cucunya sengsara dengan kesendiriannya seumur hidup, ia ingin melihat cucunya itu bahagia.

"Will, kau tau kan? Kau adalah satu-satunya harta nenek yang paling berharga di dunia ini?" Ucap nenek Artha pelan, seraya mengusap-usap pelan punggung tangan cucunya itu.

"Nenek ingin melihat kau bahagia! Nenek yakin, rasa sakit itu akan sirna saat kau menemukan seseorang yang dengan tulus mencintaimu, menerimamu apa adanya, selalu ada di saat kau susah maupun senang."

"Apa menurut nenek akan ada seseorang seperti itu?" Tanya William dengan tatapan nanarnya, menelisik jauh kedalam netra pekat milik neneknya, seolah mencari jawaban atas keraguan hatinya di dalam sana.

"Tentu! Lihatlah nenek?"

"Heh, jangan bandingkan siapapun dengan nenek, di dunia ini tidak akan pernah ada wanita sebaik dan setulus nenek." Ucap William seraya menenggelamkan kepalanya yang besar pada pundak neneknya yang terlihat kecil dibanding dirinya.

Brian yang tak jauh duduk dari nenek serta cucu yang saling mengasihi itupun hanya bisa tersenyum lega melihat keduanya.

Sesekali terlihat ia menyeka hidungnya yang berair, karena terharu melihat adegan yang sangat menyentuh di depannya saat ini.

____________________

Siang ini William dan Brian sudah berada di kantor. Mereka berdua memang sangat mirip, benar-benar penggila kerja, bahkan ketika baru saja pulang dari penerbangan yang cukup jauh tak membuat mereka bermalas-malasan dirumah. Hanya saja sifat mereka yang berbeda, William yang terkenal dengan kenarsisan serta ke aktifannya, sedangkan Brian terkenal pendiam dan juga cool. Perpaduan yang sangat sempurna bukan? 😂

William terlihat masih sibuk dengan segudang dokumennya, begitu pun dengan Brian.

Di tengah-tengah kesibukannya, William menekan tombol otomatis pada telepon yang ada di atas meja kerjanya untuk memanggil Brian.

"Keruangan saya sekarang!" Perintah William.

Ketika di luar dan di dalam kantor, William benar-benar terlihat berbeda. Meskipun ia sama-sama menggunakan pakaian yang mencolok, bisa di bilang nyentrik di luar maupun di dalam kantor, tapi sikapnya benar-benar berbeda, ia akan terlihat aktif dan santai di luar kantor, tapi kalau sudah memasuki arena kantor atau perusahaan sikapnya akan berubah 360°, terlihat tegas dan dingin, seperti seseorang yang tidak akan pernah bisa di gapai. Ya, begitulah pemikiran orang-orang yang ada di kantor nya, bahkan saat rapat jika karyawan melakukan kesalahan, ia tak akan segan-segan membentaknya di hadapan semua orang, sekecil apapun kesalahan mereka. Karena itulah kebanyakan orang menyebutnya dengan orang yang berkepribadian ganda.

Tok.. tok.. tok..

Brian mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam ruangan bosnya.

"Carikan aku wanita dalam 1 minggu!" Ucap William tanpa basa-basi.

"Bos yakin?" Tanya Brian ragu.

"Bukankah itu yang di inginkan nenek ku, dan itu juga satu-satunya cara untuk membantah rumor miring tentang ku beberapa minggu ini." Tegasnya.

"Bos! Menurut bos, apakah semua ini ada sangkut pautnya dengan bibi dan juga paman bos?" Tanya Brian ragu-ragu.

"Menurutmu? Siapa lagi yang bisa mendesak ku, dan yang sangat menginginkan ku turun dari posisi ku sekarang?" Tanya balik William, dengan membalik tubuhnya menatap lurus keluar pada luar jendela kantornya.

Brian tau betul apa yang dipikirkan bosnya saat ini, ia tau ada begitu banyak beban yang harus di pikulnya.

"Bagaimana dengan nona Laras bos? Sepertinya dia terlihat sangat menginginkan bos." Tanya Brian lagi. Larasati Putri, anak angkat dari kakak ibunya.

"Menginginkan ku atau hartaku?" Gumam William seraya tersenyum sinis.

Setelah mereka kehabisan akal untuk menurunkanku dari posisiku, sekarang mereka menggunakan putri mereka sendiri untuk menjebak ku. Menjijikkan! Batin William.

"Baiklah bos, saya akan mencarinya dalam kurun waktu yang dekat." Ucap Brian yang memecah keheningan di antara mereka.

"Carilah seseorang yang menurutmu sangat mustahil untuk ku sukai. Ya meskipun itu tidak akan pernah terjadi. Karena aku tidak akan pernah bisa menyukai orang lain melebihi diriku yang sempurna ini." Ucap William dengan percaya dirinya.

Brian yang mendengar penuturan bosnya itu, hanya bisa mengernyitkan dahinya bingung.

Kalau begitu nikahi monyet saja, sangat cocok untukmu! Batin Brian kesal.

"Oiya, kalau bisa cari yang jelek." Tambahnya.

Sekali lagi Brian mengernyitkan dahinya bingung.

"Tapi bos, kalau seperti itu. Apa nyonya besar akan menerimanya?" Tanya Brian ragu. Bagaimana dia bisa mencarikan calon istri yang seperti itu untuk bosnya sendiri.

"Nenek kan sudah memberikan wewenang penuh untukku, jadi itu semua terserah padaku. Toh, pernikahan ini tidak akan lama. Dan perlu di garis bawahi, pernikahan ini hanya untuk mengahalau berita yang tidak benar tentang ku." Sahut William, yang kembali sibuk dengan dokumen-dokumennya.

"Pokoknya cari lah wanita yang menurutmu sangat mustahil untuk kau sukai." Tambah William.

"Saya?" Tanya Brian bingung sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, kalau kau saja bisa mustahil menyukainya apalagi aku!" Ucap enteng William.

"Jadi sebenarnya aku ini teman atau kambing percobaannya?" Gumam Brian.

"Apa katamu?" Tanya William seakan mendengar gumaman sahabat sekaligus sekretarisnya itu.

"Tidak ada bos! Kalau begitu, saya permisi!" Ucap Brian, yang bergegas menundukkan kepalanya lalu keluar dari hadapan bos yang menurutnya menyebalkan itu.

"Kalau saja dia tidak memberiku gaji yang tinggi, aku sudah pasti akan mengundurkan diri sekarang juga!" Gerutu pelan Brian ketika sudah keluar dari ruangan William.

____________________

Hari ini matahari nampak gemar mengeluarkan sinarnya hingga sore hari. Lita tak punya pilihan lain, selain keluar sore ini, karena makanan yang sudah habis tak tersisa di kulkasnya. Biasanya ia menunggu hingga malam untuk membeli beberapa keperluan di minimarket, tapi karena perutnya yang sudah sangat keroncongan, Lita tak bisa menunggu lebih lama lagi.

Dengan memakai jaket hitam yang biasa di pakainya serta topi sebagai tempat bernaung kepalanya, sudah cukup membuat lita tidak merasakan panasnya sengatan matahari sore ini. Lita berjalan melewati beberapa gang yang lumayan sempit, saat ia berjalan tak sedikit orang yang menatap padanya. Ia terlihat berjalan tanpa ekspresi, seperti memikul beban yang sangat berat di pundaknya. Bahkan ada orang sebagian yang mempertanyakan gendernya. Wajahnya memang terlihat seperti perempuan, tapi rambut pendek membuatnya terlihat seperti laki-laki. Bahkan siapa saja yang melihatnya berjalan tanpa ekspresi seperti itu ditambah lagi ia tidak mengeluarkan suara, benar-benar nampak seperti seorang laki-laki.

Kurang lebih ia berjalan 15 menit, akhirnya Lita sampai di mini market yang biasa ia datangi hampir setiap malam.

Ia terlihat mengambil beberapa mie instan dan juga telur, dan tak lupa membeli beberapa soda. Saat sudah mengambil semua keperluannya, Lita berjalan kearah kasir untuk membayar tagihan belanjaannya.

"Ada kartu membernya mbak?" Tanya kasir minimarket itu ramah.

"Tidak!" Sahut Lita singkat padat dan jelas.

Setiap kali Lita membayar tagihan belanjaannya di kasir, ia sering kali membuat para kasir yang melayaninya agak takut melihatnya, karena aura dingin dan tanpa ekspresinya.

Segera setelah selesai membayar Lita bergegas berjalan keluar. Saat baru beberapa langkah keluar dari minimarket, ia merasakan ada seseorang yang sedang menguntitnya sekarang.

Lita yang menyadari itu pun dengar serta merta langsung melemparkan barang belanjaannya ke arah 2 pria bertubuh besar yang sedang mengejarnya sekarang.

Lalu tanpa membuang waktu lagi, Lita berlari sekencang-kencangnya menghindari tangkapan mereka.

Lita terus berlari tanpa memperdulikan banyaknya kerumunan orang yang menghadang di depannya, dengan cepat Lita menerobos di tengah-tengah mereka untuk menghindari kejaran 2 laki-laki berbadan besar yang saat ini tengah memburunya.

Hingga tiba di sebuah gang, Lita berhenti sebentar untuk menghirup udara yang sudah mulai habis di paru-parunya. Dan 2 laki-laki yang mengejarnya tadi masih belum tampak di belakangnya.

Lalu tak jauh dari tempat Lita berdiri, ia melihat seseorang yang sepertinya sedang di rampok di ujung gang yang buntu. Terlihat 7 orang laki-laki yang melawan 1 orang laki-laki, dan 1 orang itu terlihat tersungkur karena dia di keroyok.

Lita terlihat kebingungan, ia bingung antara harus menolong pria yang sedang di keroyok itu atau pergi berlari untuk menyelamatkan dirinya dari 2 orang yang mengejarnya tadi, bahkan mungkin tidak akan lama lagi 2 orang itu akan muncul dan menangkap Lita.

Lita meyakinkan dirinya sendiri untuk egois. Untuk apa menolongnya? Karena keselamatan ku lah yang paling utama sekarang. Pikir Lita, ia kembali melanjutkan pelariannya.

Namun tindakannya tidak pernah mendengarkan apa kata hatinya. Baru beberapa langkah Lita berlari, kemudian kakinya itu dengan cepat berbalik dan berlari ke arah laki-laki yang sedang di keroyok di ujung gang buntu itu.

"Aish, merepotkan saja!" Gumam Lita.

-

"Saya mohon, lepaskan saya! Kalian kan sudah mendapatkan semua barang-barang saya. Jadi tolong lepaskan saya sekarang!" Ucap laki-laki itu berlutut serta memohon pada 7 laki-laki dihadapannya.

"Apa katanya? Bro dia minta di lepaskan?" Seru laki-laki yang terlihat menyeramkan itu dengan tato yang memenuhi tubuhnya.

"Hahahahahha..." Kelakar teman-temannya yang seakan mengejek laki-laki yang sedang berlutut di hadapan mereka sekarang ini.

"Jangan ha..."

Bug..

Seketika laki-laki yang menyeramkan itu terpental akibat tendangan-tendangan yang begitu kuat menghantam pada pipi kirinya.

Kawan-kawannya yang melihat adegan itu pun terkejut dan menjadi sedikit takut.

"Ah, si*l*n!" Pekik laki-laki yang tersungkur itu seraya menyapu darah segar yang mengucur pada ujung bibirnya.

"Kenapa kalian diam saja?" Pekik laki-laki itu lagi yang melihat ke enam temannya terdiam mematung.

Mereka berenam ingin menghajarnya, terlihat dari kaki mereka yang sudah memasang kuda-kuda, tapi mereka juga merasa takut melihat tatapan tajam Lita yang menyeramkan, alhasil membuat mereka kembali ragu untuk melayangkan tinjunya.

"B*d*h, habisi dia!" Pekik laki-laki itu yang sudah sangat marah sekarang.

Hiyaaaaa....

Ciaaaattttt...

...🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁...

Terpopuler

Comments

Quora_youtixs🖋️

Quora_youtixs🖋️

semangat kak 👍

2021-10-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!