Kebohongan Olivia

Selamat membaca!

Setelah berpikir dengan cepat, pada akhirnya Olivia yang tak punya pilihan lain langsung mengiyakan perkataan Alena. Ia terpaksa mengatakan hal itu, agar Alena tak berpikir bahwa yang semalam datang ke kamarnya adalah Adams, kekasihnya.

"Aku malu mengatakannya, tapi memang benar Arnold semalam datang dan memberikan kenikmatan yang membuat aku begitu melayang," jawab Olivia berakting agar Alena mau mempercayainya. Wanita itu pun dengan cepat mengambil bra miliknya dari tangan Alena dan mulai mengenakannya.

"Ya Tuhan, ternyata benar tebakan aku. Memangnya sejak kapan kalian pacaran? Pantas saja ya, aku sering menangkap gelagat mencurigakan Arnold apalagi dia itu emang sering curi-curi pandang lho, ngelihatin kamu."

"Maafkan aku Alena, aku harus berbohong padamu," batin Olivia dengan rasa bersalahnya.

"Ya paling sekitar 3 atau 4 hari, seingat aku sih itu. Pokoknya sekitaran segitu deh," jawab Olivia yang sangat paham bahwa Alena tidak akan menanyakan hal ini kepada Arnold karena wanita itu bukanlah tipe orang yang suka ikut campur atau pun terlalu ingin tahu dengan permasalah pribadi orang lain, termasuk kisah cinta Olivia. Alena memang mudah mempercayai orang lain, apalagi jika itu perkataan Olivia yang bukan hanya sebagai manager untuknya, tetapi juga sudah dianggapnya seperti sahabatnya sendiri.

"Ya sudahlah kalau begitu, tapi hati-hati jangan sampai hamil sebelum kamu tahu Arnold serius atau tidak dengan kamu. Ya, kamu tahu sendirilah dunia entertainment! Oh ya, aku datang ke sini untuk minta perubahan schedule sama kamu, kira-kira bisa enggak ya?"

"Jangan sampai aku hamil, ya Tuhan. Kalau aku hamil, berarti anak itu adalah anak Adams. Tidak, aku tidak mau masa depanku rusak dan harus mengurus anak dari pria sialan itu!" gerutu Olivia di dalam hatinya.

"Memangnya kamu mau ke mana, Len?" tanya Olivia kembali fokus dengan percakapannya dengan Alena.

"Ya aku mau belanja dulu buat oleh-oleh pulang, soalnya mager banget kalau belanjanya itu malam karena malam hari itu adalah waktunya aku bersenang-senang dengan Adams." Alena memang terlihat begitu liar saat membicarakan tentang kekasihnya yang sudah 3 tahun ini dipacarinya. Bahkan hubungan mereka pun berawal dari Alena yang memberanikan diri untuk mengutarakan perasaannya terlebih dulu kepada Adams.

"Ya sebentar ya aku cek dulu, memangnya kamu mau dirubah jadi jam berapa?" tanya sang manager dengan mengangkat kedua alisnya.

"Jam 11 siang saja, jangan jam 4 sore bisa tidak." Alena melingkarkan tangannya pada leher Olivia sambil menampilkan raut manjanya. Ya, seperti itulah tingkah Alena saat meminta perubahan schedule atau pergantian hari pada Olivia, ia selalu menggunakan rayuannya agar sang manager mau menurutinya.

"Baiklah, aku hubungi dulu pihak brandnya ya. Semoga saja bisa, nanti aku ke kamar kamu deh. Sekarang kamu tunggu saja di kamar!" Olivia pun langsung meraih ponsel yang berada di atas nakas dan kebetulan masih berada dalam jangkauan tangannya.

"Oke deh, pokoknya kalau kamu berhasil merubah schedule-nya, nanti aku beliin kamu jam tangan yang kemarin di mall itu." Sembari melangkah pergi Alena melancarkan rayuannya, agar Olivia mau berusaha keras untuk membuat permintaan terwujud.

"Yang benar Len, jam tangan yang kemarin kita lihat di mall itu 'kan, tapi itu mahal lho!" Olivia tak percaya jika Alena mau membelikan jam tangan itu untuknya karena harganya yang memang sangatlah mahal.

"Benarlah Liv, masa iya aku bohong. Kamu itu sudah aku anggap seperti saudaraku sendiri jadi anggap saja itu kenang-kenangan kita datang ke sini. Pokoknya kamu tenang saja, jam tangan itu enggak sampai motong gaji kamu kok!" Alena pun beranjak keluar dari kamar Olivia, setelah selesai mengatakan hal itu pada sang manager. Sebuah cara yang memang selalu berhasil untuk dapat mewujudkan segala keinginannya.

Setelah kepergian Alena, Olivia yang sejak tadi hanya menatap nanar sahabatnya itu. Seketika terduduk lemah di tepi ranjang dan menyesali semua yang telah dilakukannya. Selain membohongi Alena dengan nominal kontrak yang tidak seharusnya, Olivia juga mengkhianatinya dengan menjadi pemuas ***** Adams yang merupakan kekasih Alena.

"Maafkan aku Alena, aku begitu jahat telah melakukan semua ini padamu. Tidak sepantasnya aku membalas semua kebaikanmu dengan kejahatan, apalagi sebuah pengkhianatan. Mungkin sekarang ini akan menjadi kebersamaan kita yang terakhir karena setelah kita kembali ke Sydney, aku akan menghilang dari hidupmu untuk selamanya." Olivia menghela napas beratnya dengan air mata yang saat ini telah menetes hingga membasahi kedua tangannya yang saat ini berada di pangkuannya.

...🌺🌺🌺...

Bersambung✍️

Berikan komentar positif kalian ya!

Terima kasih banyak.

Terpopuler

Comments

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

napa gk jujur aja liv ntar law ketahuan alena akan benci bnget ma kamu

2022-10-31

0

pisces¹

pisces¹

kok nyesek ya kalo di posisi Olivia di satu sisi dia ga mau menghinati Alana di sisi lain nya dia harus mikir kan keadaan ibunya dan adiknya🥺😌

2022-10-31

2

Ernhy Ahza II

Ernhy Ahza II

Andai kamu tdk membutuhkan uang bnyak buat pengobatan ibumu Liv,, pasti saat ini kmu tdk harus jdi pemuas nafsu dari adams🤧🤧

2022-10-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!