...4. Love at first sight?...
Barid.
“Ck!” Barid berdecak sebal. Kegiatan kumpul bersama klub pecinta alam terusik gara-gara notifikasi pada ponselnya. Mama Senja sampai mengulang tiga kali pesan dengan nada yang sama. Intinya meminta dirinya untuk membantu Abang Biru berbenah di studio.
Hubungannya dengan Biru selayaknya hubungan adik abang pada umumnya. Sesekali memang ada terjadi percekcokan diantara mereka, sekedar memperebutkan barang atau kasih sayang dari orang tuanya. Tapi keadaan mendadak berubah ketika Barid duduk dibangku menengah pertama. Saat dimana Barid menyadari nama Ibu dari Biru yang tertera pada kartu keluarga bukanlah nama Senja Nahesswari melainkan Jihan Audya Atkhan.
Sejak saat itulah Barid mengetahui jika dirinya dan Abang Biru adalah anak dari satu Ayah tapi lain Ibu. Belakangan ia juga menemukan fakta bahwa nama yang tersemat sebagai Ibu kadung Biru merupakan seorang model.
Pantas saja setiap weekend Biru tidak pernah dirumah, selama ini Barid pikir Abangnya itu pergi menginap dirumah Oma atau Iyang, ternyata kerumah Ibu kandungnya.
Muncullah rasa iri hati dalam diri, mendapati Biru lebih dominan diantara dirinya dan Barsha. Ia pikir seharusnya yang mendapat perhatian lebih dari Mama ya mereka anak-anak kandungnya. Tapi tidak, Mama terlalu mementingkan Biru, selalu mendahulukan dan mengedepankan Biru. Hal tersebut pula yang secara tidak langsung memberi jarak antara Barid dengan Biru.
“Mau kemana lu, Rid?” tanya Vega teman kuliah yang sama-sama tergabung dalam klub pecinta alam.
“Balik dulu gue.” Barid meraih ransel lalu pamitan dengan teman lainnya.
Barid memarkirkan mobil tepat disebelah motor Biru. Lalu masuk kedalam studio yang ternyata sedang ada tamu didalam.
Netranya melihat dua orang perempuan dan satu laki-laki tengah mengobrol dengan Biru. Saat langkahnya semakin maju, salah satu perempuan dengan hijab menjuntai kebawah berbalik badan dan menoleh kearahnya.
Cantik!
Mata bulat berhias bulu mata lentik, hidung runcing dan senyumnya... Seperti melihat bidadari tapi tak bersayap, gadis itu terlihat sangat anggun nan manis meski dengan pakaian tertutup. Jujur ini kali pertama bagi dirinya terkesiap melihat seorang gadis. Padahal kalau dipikir-pikir, semenjak masih menjadi Maba, Ia sudah mendapat julukan adibintang kampus, hampir tiap hari ada saja cewek-cewek yang tebar pesona padanya. Tapi tak ada satu pun yang mampu mengalihkan pandangannya.
Apakah ini yang namanya, Love at first sight?
Barid beralih duduk bersama Gentar yang juga tak mau ketinggalan menikmati pemandangan indah.
“Kedip Bang Gentar. Itu mata udah mau copot” bisiknya pada Gentar.
Gentar terkekeh pelan sembari menjawab, “Gue insecure sama yang model begini, tapi dilihatnya adem kayak ubin masjid, sayang kalo dilewatkan.” seloroh Gentar.
Barid mendengar pria itu menggoda nama Biru. “Bukan Pak, nama saya Barid. Bukan merah, hijau, apalagi Hulk.” balasnya sembari tersenyum kearah gadis cantik itu.
Dari obrolan Biru sama pria itu, Barid menerka jika gadis itu juga sedang mempersiapkan untuk membuka toko bunga di ruko sebelah. Waahh mesti rajin rajin kesini....
...🌼🌼🌼🌼🌼...
Biru.
Sekarang Biru ingat. Perempuan bernama Kha adalah gadis kecil yang dulu sempat ia tabrak di sebuah supermarket. Ingatan itu tiba-tiba muncul saat pertanyaan yang serupa dilontarkan oleh Om Abyaz.
Kha...
Gadis cilik itu masih setia dengan hijabnya sampai sekarang.
Selang dua hari, persiapan untuk pembukaan studio rampung seluruhnya. Mama Senja datang membawa kotak makanan yang akan dibagikan ke deretan ruko-ruko di daerah tersebut.
“Bi, sebelah sudah ada yang ngisi juga ya??” Ia mengangguk membenarkan pertanyaan Mama Senja. “Kamu anterin kotak makan siang ke sebelah ya.”
Biru bangkit dari kursi dan mengambil kotak makan yang Mama berikan. Tapi urung dilakukan ketika Barid tiba-tiba menyela dan mengambil beberapa kotak makan itu. “Ke sebelah 'kan, Ma? Biar Barid saja.” ucap adiknya. Biru kembali duduk dan melanjutkan bersih-bersih kamera.
“Bi, ini kok ada tempat pasir disini? si Aming Mau dibawa kesini?” tanya Mama.
Aming adalah kucing Persia yang Biru adopsi dari pet shop beberapa bulan lalu. Kini usia Aming hampir satu tahun. Ia berniat membawa Aming ke ruko untuk sekedar membunuh sepi.
“Amingnya mana?”
Biru baru sadar, jika kucing yang dibawa dari rumah menghilang sejak beberapa saat lalu. Dicarinya ke lantai atas namun tak ditemukan.
“Meow... Meow...”
Langkah kakinya otomatis memutar dan berjalan keluar pintu begitu mendengar suara Aming. Ia celingukan mencari sumber suara, lalu datang Barid dari ruko sebelah. “Nyari Aming? Tuh disebelah.” ucap Barid.
Biru melangkah perlahan masuk kedalam toko. Hanya ada Kha disana, dan Ia tak melihat Aming.
“meow... meow....”
Kha mengangkat Aming kedalam dekapannya. “Apa sih, kamu mau apa? Makan? Laper ya?” ujar Kha berbicara dengan Aming.
“Kha...” panggil Biru.
Kha menoleh dan melemparkan senyum. “Nyari kucingnya ya, Mas?”
“I-iya.”
Kha mengembalikan Aming pada Biru. Perempuan itu bilang jika Aming datang dan langsung bergelayut manja diujung gamisnya. Ia melihat-lihat sekitar saat Kha sedang berbicara tentang Aming dan berterima kasih atas pemberian makanan. Biru melihat bunga tulip berbagai macam warna berada disalah satu pot. Bunga kesukaan Mama Jihan pikirnya.
“Kha, bikinin aku buket bunga tulip pink ya.”
“Sekarang, Mas?”
Biru menggeleng tanpa menoleh. “Nanti sore saja pas aku mau balik.” Biru memberi sejumlah uang untuk membayar bunga. Lalu menggendong Aming dan keluar dari toko bunga Kha. Yang diberi nama, Kha de'florist.
Dug!
“Au!” keluh seorang wanita.
Keningnya mengernyit. “Kamu!”
“Kenapa sih setiap ketemu lu, gue jadi sial!” cetus perempuan yang Biru tabrak.
Ia masih berdiri mematung melihat orang yang tempo hari tertangkap karena aksi nyopetnya gagal. Perempuan itu masuk dengan santai kedalam toko Kha membawa bunga bunga ditangannya. Kha terlihat tersenyum kearahnya.
“Masih saja nabrakin orang.” Kha terkekeh tanpa melihat.
Sejenak Ia melupakan tentang perempuan itu. Lalu menghampiri Kha. “Kamu ingat?” tanyanya. “Padahal udah 17 emmm atau 18 tahun?”
“Ingat... Aku ingat orang yang bikin siku aku tergores karena terjerembab mengenai rak gondola di supermarket,” ucap Kha. “Terus minta maaf tapi sambil menghina namaku.”
“Aku nggak menghina ya! Cuma bilang aneh!”
“Sama, 'kan?”
“Beda dong!” mereka berdua sama-sama tersenyum mengingat kejadian di masa lalu.
Biru menarik kursi plastik disudut dekat pintu masuk. Menanyakan perihal keberadaan perempuan pencopet kenapa bisa disini.
“Aku butuh bantuan, dan dia butuh pekerjaan untuk menafkahi adiknya.” alasan Kha membuat sipencopet bekerja di tempatnya. “Allah saja maha pemaaf. Kenapa kita yang hanya umatnya tidak?” sambung Kha.
Luar biasa sekali makhluk yang bernama wanita. Seperti apapun mereka tersakiti, tetap saja ujung-ujungnya bisa dengan mudah memaafkan.
To be continue.
makasih ya udah mampir dan menyempatkan membaca 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
тαуσηg
hem jadi baris ma biru sama sama suka khadijah
2022-07-22
0
♣Ayick➿Junlioᵉᶜ✿☕✅
ini si abang sama si adik bakalan terjebak cinta segitiga ya
2022-04-15
1
@𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺Idha
jgn2 ada persaingan antar kaka dan adik nih .jd tambah seru
2022-04-15
1