Bab 3: Pelukan hangat

Afsheen keluar dari kamar dan memperhatikan ketiganya.

Wafi terus memeluk pinggang uminya erat, Raihanah mengelus rambut tebal putranya sambil terus menangis.

”Bangun a, bangun sayang.”

”Hiks." Wafi terus menangis dan kedua kakinya terasa lumpuh di hadapan uminya, akhirnya dia bisa memeluk uminya erat dan sepuasnya, seorang anak yang terhalang oleh jeruji besi, dijenguk dengan waktu yang sudah ditentukan, sendirian di penjara dengan merindu yang menyiksa. Tubuhnya memang tinggi, kekar dan gagah. Tapi sejatinya dia sangat lemah dan rapuh.

"Maafin aku umi," ucap Wafi terus-menerus. Selalu itu yang Raihanah dengar ketiga menjenguk putranya.” Maaf,” ucap nya kembali dengan tangisan yang lebih histeris.

”Bangun a, kenapa aa gak ngomong sama umi? Aa pulang sendirian?” lirih Raihanah, dia tarik bahu putranya agar bangun dan Wafi tetap duduk, sudah lama Raihanah tidak datang menjenguk putranya, dan sekarang tahu-tahu putranya datang.” Aa gak aneh-aneh kan?” Raihanah khawatir, dia takut putranya itu kabur dan Wafi menggeleng kepala.

”Ya udah aa bangun ayo, Masya Allah anak umi udah pulang.” Raihanah terus menangis, Wafi akhirnya bangkit dan Raihanah memeluknya erat, dia ciumi seluruh wajah putranya tanpa celah. Wafi membalas pelukan uminya erat dan keduanya menangis bersama, Bayyinah menarik tangan Afsheen, dan saat keduanya dekat, Wafi memeluk kedua adiknya itu hangat. Keempatnya sudah berkumpul bersama kembali, setelah sekian lama berpisah.

Keesokan paginya, semua kerabat datang, Fahira yang jauh pun langsung berangkat ke Bandung untuk melihat keponakannya tersayang. Saat ini, Raihanah sedang mengambil pakaian suaminya, yang masih tersimpan baik, selalu dia cuci walaupun tidak pernah dipakai. Selalu wangi, dan bersih. Wafi diam, dia hanya memakai handuk yang melilit pinggang kokohnya, dia tidak memiliki pakaian yang bagus karena dia hanya memiliki dua potong pakaian tahanan, dan kaos dan celana yang dia pakai semalam, sudah lusuh dan usang. Baju Koko dan kain sarungnya dia berikan kepada temannya dipenjara sebagai kenang-kenangan.

”Pakai ini, nanti umi belikan yang baru. Ini untuk sementara." Raihanah menyodorkan pakaian suaminya kepada putranya, Wafi mengangguk dan meraih peci ayahnya terlebih dahulu, dia tersenyum, dia yang dulu sering memainkan peci ayahnya saat kecil." Umi tunggu di luar," ucap Raihanah dan Wafi mengangguk. Raihanah pun keluar dari kamar tersebut dan menunggu sampai Wafi selesai.

Raihanah diam mendengarkan suara semua orang di lantai satu sedang membicarakan putranya, dia menoleh, menatap pigura foto pernikahannya dengan gus Fashan yang semakin terlihat usang. Bibirnya tersenyum manis, wajah cantik Raihanah yang kini semakin kurus dan pipinya begitu cekung, kehidupan tidak mudah baginya, mencari nafkah untuk kedua putrinya, dan belum lagi memikirkan putra yang dipenjara. Tubuhnya semakin terkikis karena berat dan sulitnya kehidupan, dia tidak pernah menadahkan tangan kepada siapapun, kecuali hanya kepada Allah SWT dalam keadaan sesulit apapun. Raihanah malah sering mengingat pesan suaminya, memberi lebih baik daripada meminta, dia masih mampu untuk memberikan sedikit rezekinya untuk orang lain yang kehidupannya jauh lebih sulit darinya.

Suara pintu dibuka membuat Raihanah menoleh, dia diam melihat potret putranya yang begitu rapih, dan tampan tidak lusuh seperti semalam.

”Masya Allah, anak lelaki umi sama abi. Sini." Raihanah merentangkan kedua tangannya, dia peluk tubuh putranya itu erat dan Wafi tersenyum. Setelah merasa cukup, Raihanah melepaskan pelukannya, Wafi mengusap air mata uminya lembut.

”Aku udah pulang, kenapa umi masih nangis begini?"

”Umi takut ini semua mimpi," ucap Raihanah serak. Wafi tersenyum dan menggeleng kepala, dia raih tangan keriput uminya lalu dia tempelkan di pipinya.

"Ini aku, Wafi. Putranya umi." Wafi tersenyum lebar, Raihanah menarik bahu putranya itu dan Wafi mencondongkan tubuhnya, membiarkan bibir uminya mendarat di keningnya.

”Alhamdulillah." Raihanah tak henti-hentinya mengucap syukur, dia tarik lengan putranya itu, dan begitu bersemangat untuk memperlihatkan kepada semua orang jika putranya sudah kembali.

Sabila tersenyum saat melihat Wafi, Wafi dan uminya menuruni tangga perlahan-lahan. Faiza dan Fahira menangis, sekelebat keduanya merasa melihat bayangan Gus Fashan dalam aura tubuh keponakan mereka. Fara dan Nafis yang baru datang langsung masuk, Fara mengusap air matanya. Dia pandangi keponakannya dengan seksama.

”Wafi," lirih Fara seraya mendekat.” Kenapa gak bilang sama bibi, bibi bisa jemput kamu. Bibi pangling banget hiks." Tangis Fara pecah dan langsung memeluk Wafi erat, wafi tersenyum dan memperhatikan dua anak perempuan yaitu Hasna dan Husna, putri kembarnya Nafis dan Faradila.

Tatapan Wafi beralih kepada Afsheen yang langsung keluar, memperlihatkan bagaimana dia tidak suka dengan kembalinya Gus Mu. Kakaknya sendiri. Afsheen memilih pergi untuk bekerja, tanpa berpamitan kepada siapapun.

Semua santriwati berkumpul di balkon, belum lagi di depan asrama, memperhatikan dimana Gus mereka yang sudah kembali, dan sepertinya tidak akan mudah untuk melihatnya.

”Seperti apa Gus Mu, apa ada yang tahu?" Tanya Shafiyah begitu penasaran.

”Ganteng, tinggi, berkarisma seperti almarhum abinya." Sahut ustadzah Zaenab, istrinya Ilham ( masih ingatkan kalian?).

Shafiyah menunduk dan merasa malu karena pertanyaannya sendiri.

”Khalisah harus tahu, dia yang paling penasaran seperti apa Gus Mu." Gumam Salwa dan berharap sepupunya khalisah segera kembali ke pesantren.

Zaenab terus tersenyum, kedua matanya berair, sosok gus Fashan begitu tidak bisa lepas dari bayangannya, dia sangat mencintai suaminya, tapi dia juga pernah mencintai sosok abinya Gus Mu. Dia bahagia, Raihanah sudah kembali berkumpul dengan anak lelakinya.

Kembali di rumah Bu nyai, Wafi bersalaman dengan para lelaki, diam-diam Salsabila memperhatikannya. Wafi duduk diantara ikhsan dan Ahmad. Ahmad merangkul, memukul bahu kuat Wafi. Kenapa bisa bahunya kini lebih tinggi Wafi, Ahmad terus menggerutu dan Wafi hanya tersenyum.

”Masya Allah Wafi, kok kamu ganteng banget si." Puji Sabilla dalam hatinya.

Dia yang mendapatkan lirikan sekilas dari Wafi merasa grogi dan akhirnya ke dapur, Raihanah begitu sibuk memasak dibantu yang lain, Bayyinah melangkah menuju ke kamar dan Wafi yang melihat adiknya kesulitan langsung bangkit, membukakan pintu yang memang macet itu.

”Nanti aku perbaiki, mau apa?" Tanya Wafi dan Bayyinah menariknya ke dalam kamar. Dia peluk tubuh kakaknya itu erat. Wafi tersenyum dan membalas pelukan nya.

”Aa udah pulang hiks, jangan tinggalin Bayyin ya a. Jangan jauh-jauh dari Bayyin lagi." Suara Bayyin serak dan Wafi mengangguk.

"Aku disini, sama umi, kamu sama Afsheen. Kita bareng-bareng lagi sekarang, aku janji. Aku akan mencari kerja, dan berusaha mencari pengobatan terbaik untuk kaki kamu." Wafi menunduk, memperhatikan kaki adiknya dan Bayyin menggeleng kepala.

"Bayyin udah pasrah, udah menerima apapun kondisi Bayyin sekarang. Aa pikirkan aja, kehidupan aa, masa depan apa yang tertunda. Jangan pikirin Bayyin ya."

”Bagaimana bisa begitu." Protes Wafi dan Bayyin menggeleng kepala, tidak mau dibantah.

Terpopuler

Comments

shakila

shakila

q nangis trs klau inget gus fashan trs nasib anknya skrg gni

2022-06-07

1

Sofie Ilyas Ilyas

Sofie Ilyas Ilyas

Gus mu mirip abinya gus fashan

2022-02-25

0

Inaqn Sofie

Inaqn Sofie

itu si daniyyah/ afsen knp g senag kknya pulng...

2022-01-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Bebas!
2 Bab 2: Umi Raihanah
3 Bab 3: Pelukan hangat
4 Bab 4: Makan bersama
5 Bab 5: Ketabahan
6 Bab 6: Berpisah kembali
7 Bab 7: Persaudaraan
8 Bab 8: Niat Fatur
9 Bab 9: (Semoga cepat sehat)
10 Bab 10: Dua gadis cantik
11 Bab 11: Pulang
12 Bab 12: Enggan pergi
13 Bab 13: Khawatir
14 Bab 14: Habibah
15 Bab 15: Terserah saya
16 Bab 16: Shafiyah celaka.
17 Bab 17: Bekerja
18 Bab 18: Kang Bucin
19 Bab 19: Pulang lagi
20 Bab 20: Salah paham
21 Bab 21: Wafi Shafiyah.
22 Bab 22: Kang Bucin tiada kabar
23 Bab 23: Ketemu kang lebay
24 Bab 24: Patah hati
25 Bab 25: Di suruh pulang
26 Bab 26: Jahil nya Gus Mu
27 Bab 27: Kenyataan masa lalu
28 Bab 28: Berhenti kerja
29 Bab 29: Caper banget
30 Bab 30: Tanggung jawab
31 Bab 31: Minta izin
32 Bab 32: Menyerah?
33 Bab 33: Perpisahan membuat luka
34 Bab 34: Sama-sama dilema
35 Bab 35: Pertemuan
36 Bab 36: Teman makan teman
37 Bab 37: Ayah khawatir
38 Bab 38: Kemarahan Muzammil
39 Bab 39: Tetap Usaha apapun hasilnya
40 Bab 40: Kecelakaan
41 Bab 41: Masuk Rs
42 Bab 42: Buta karena Dunia
43 Bab 43: Memohon
44 Bab 44: Menyerah atau mundur
45 Bab 45: Galau
46 Bab 46: Di blokir
47 Bab 47: Ngamen buat mas kawin
48 Bab 48: Berontak
49 Bab 49: Capek
50 Bab 50: Malu-malu
51 Bab 51: Pernikahan
52 Bab 52: Malam pertama
53 Bab 53: Menjenguk
54 Bab 54: Olahraga malam nya Mumu
55 Bab 55: Merindukan yang sudah berpulang
56 Bab 56: Berbahagia
57 Bab 57: Diusir
58 Bab 58: Benci
59 Bab 59: Keluarga Majdi
60 Bab 60: Piknik
61 Bab 61: Mengajak bertemu
62 Bab 62: Kelelahan
63 Bab 63: Sedih
64 Bab 64: Pengunduran diri
65 Bab 65: Flashback
66 Bab 66: Asal celup
67 Bab 67: Masih marah?
68 Bab 68: Cemberut
69 Bab 69: Matjar HH
70 Bab 70: Bukan tidak bahagia.
71 Bab 71: Dunia dan akhirat
72 Bab 72: Matjar buka
73 Bab 73: Spesial untuk Umi Utun
74 Bab 74: Gak doyan
75 Bab 75: Merajuk
76 Bab 76: Lupa
77 Bab 77: Acara
78 Bab 78: Aa hebat ya
79 Bab 79: Luluh?
80 Bab 80: Selingkuh dan Poligami itu beda
81 Bab 81: Kebahagiaan untuk Shafiyah
82 Bab 82: Foto kenangan
83 Bab 83: dirawat
84 Bab 84: Pernikahan
85 Bab 85:
86 Bab 86: Sesal
87 Bab 87: Cembokur
88 Bab 88: Emosi
89 Bab 89:
90 Bab 90: Jalan terbaik
91 Bab 91: Hadiah dari abi
92 Bab 92: Duniaku, Habibah dan terima kasih
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Bab 1: Bebas!
2
Bab 2: Umi Raihanah
3
Bab 3: Pelukan hangat
4
Bab 4: Makan bersama
5
Bab 5: Ketabahan
6
Bab 6: Berpisah kembali
7
Bab 7: Persaudaraan
8
Bab 8: Niat Fatur
9
Bab 9: (Semoga cepat sehat)
10
Bab 10: Dua gadis cantik
11
Bab 11: Pulang
12
Bab 12: Enggan pergi
13
Bab 13: Khawatir
14
Bab 14: Habibah
15
Bab 15: Terserah saya
16
Bab 16: Shafiyah celaka.
17
Bab 17: Bekerja
18
Bab 18: Kang Bucin
19
Bab 19: Pulang lagi
20
Bab 20: Salah paham
21
Bab 21: Wafi Shafiyah.
22
Bab 22: Kang Bucin tiada kabar
23
Bab 23: Ketemu kang lebay
24
Bab 24: Patah hati
25
Bab 25: Di suruh pulang
26
Bab 26: Jahil nya Gus Mu
27
Bab 27: Kenyataan masa lalu
28
Bab 28: Berhenti kerja
29
Bab 29: Caper banget
30
Bab 30: Tanggung jawab
31
Bab 31: Minta izin
32
Bab 32: Menyerah?
33
Bab 33: Perpisahan membuat luka
34
Bab 34: Sama-sama dilema
35
Bab 35: Pertemuan
36
Bab 36: Teman makan teman
37
Bab 37: Ayah khawatir
38
Bab 38: Kemarahan Muzammil
39
Bab 39: Tetap Usaha apapun hasilnya
40
Bab 40: Kecelakaan
41
Bab 41: Masuk Rs
42
Bab 42: Buta karena Dunia
43
Bab 43: Memohon
44
Bab 44: Menyerah atau mundur
45
Bab 45: Galau
46
Bab 46: Di blokir
47
Bab 47: Ngamen buat mas kawin
48
Bab 48: Berontak
49
Bab 49: Capek
50
Bab 50: Malu-malu
51
Bab 51: Pernikahan
52
Bab 52: Malam pertama
53
Bab 53: Menjenguk
54
Bab 54: Olahraga malam nya Mumu
55
Bab 55: Merindukan yang sudah berpulang
56
Bab 56: Berbahagia
57
Bab 57: Diusir
58
Bab 58: Benci
59
Bab 59: Keluarga Majdi
60
Bab 60: Piknik
61
Bab 61: Mengajak bertemu
62
Bab 62: Kelelahan
63
Bab 63: Sedih
64
Bab 64: Pengunduran diri
65
Bab 65: Flashback
66
Bab 66: Asal celup
67
Bab 67: Masih marah?
68
Bab 68: Cemberut
69
Bab 69: Matjar HH
70
Bab 70: Bukan tidak bahagia.
71
Bab 71: Dunia dan akhirat
72
Bab 72: Matjar buka
73
Bab 73: Spesial untuk Umi Utun
74
Bab 74: Gak doyan
75
Bab 75: Merajuk
76
Bab 76: Lupa
77
Bab 77: Acara
78
Bab 78: Aa hebat ya
79
Bab 79: Luluh?
80
Bab 80: Selingkuh dan Poligami itu beda
81
Bab 81: Kebahagiaan untuk Shafiyah
82
Bab 82: Foto kenangan
83
Bab 83: dirawat
84
Bab 84: Pernikahan
85
Bab 85:
86
Bab 86: Sesal
87
Bab 87: Cembokur
88
Bab 88: Emosi
89
Bab 89:
90
Bab 90: Jalan terbaik
91
Bab 91: Hadiah dari abi
92
Bab 92: Duniaku, Habibah dan terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!