📲 "Oma akan bantu kamu, tapi ada syaratnya," tukas Oma Alima kemudian.
📲 "Ha" Al melongo. "kok pakek syarat sih Oma, Oma mau aku dipenjara?" rayu Al lagi dengan nada yang terdengar sedih.
📲 "Bodo' amat, kali ini Oma gak akan bantu kamu sebelum kamu berjanji untuk rajin kuliah dan belajar bekerja di kantor."
Oma berusaha kembali mengancam agar Al patuh dengan aturan-aturannya. Karena Ini lah jalan satu-satunya supaya Al merubah sifat nya yang suka semena-mena.
📲 "Oma, aku itu masih muda, Oma. Masak disuruh menguras otak untuk bekerja dan belajar, orang seusia aku itu, masih suka main Oma," tolak Al merasa keberatan sambil kembali mengerucut.
📲 "Terserah, Mau ikut aturan Oma atau cari sendiri uangnya," kekeh sang Oma dengan tegas.
Tut!
Oma memutuskan percakapan mereka.
"Astaga, Oma! Oma! kenapa di putus sih?" teriak Al yang berusaha mencegah Oma nya mematikan Sambungan mereka.
"Is, Oma, tega sekali sama Al!" sungut Al kemudian. Bu
Dekha dan yang lainya terkekeh melihat Al yang tampak sangat panik.
"Ni, ponselnya!" Al pun menyerahkan kembali ponsel milik Dekha sambil berlalu meninggalkan mereka yang masih menertawakannya.
Ia tiba di kelas diikuti Tomky dan Ilyas yang sudah berpamitan pada Dekha.
Seperti biasa, dua bangku kosong itu hanya di borong oleh Al, Ia tak mengijinkan siapa pun duduk disampingnya.
"Siang anak-anak!" sapa Dosen pembimbing mereka hari ini yang datang bersama Cinta.
"Siang Pak!" jawab mereka serempak.
Al sedikit mengernyit mengetahuinya Cinta yang bersama Dosen.
"ternyata dia masuk ke kelas ini," batin Al dalam hati.
"Ih, cewek lusuh itu masuk sini lagi, bikin kelas ini bauk bangkai aja," decak Mikhaila dengan tatapan sinis.
"Oke, hari ini kita kedatangan siswa baru dikelas ini, dia adalah Cinta Kania Almaira, salah satu siswa terbaik yang menjuarai Kejuaraan Matematika di tingkat di provinsi, maka dengan sangat membanggakan Dia akan kuliah disini bergabung bersama kita, saya harap kalian bisa berteman dengan nya, ada yang ingin kalian tanyakan?" tanya Sang Dosen yang mengedarkan pandangan kearah semua siswa di kelas itu.
Bara anak salah satu seorang pengusaha mengangkat tangan.
"Ya Bara, ada apa?" Dosen itu menatap kearah Bara.
"Katanya dia menjuarai Pelajaran Matematika Pak, kenapa ikut kelas Ekonomi, teknologi dan Akutansi?" tanya Bara yang ingin mengetahui alasannya.
Dosen tersenyum akan pertanyaan Bara.
"Silakan Cinta, apa alasan mu memilih Jurusan ini?"
"Baik Pak," jawab Cinta.
"Oke, saya akan menjawab pertanyaan mas ini," Cinta mengarahkan tanganya pada Bara. Sedang yang lainya tampak memperhatikan dengan raut wajah yang berbeda-beda. ada yang penasaran, ada juga yang menghina akan penampilanya. "Alasan ini saya ambil, karena saya ingin bekerja di perkantoran, makanya saya memilih untuk belajar tentang masalah yang sering di gunakan di perkantoran terutama teknologi, bukankah perkantoran akan sering berbaur dengan alat teknologi seperti, laptop, CPU atau proyektor dan semacamnya," terang Cinta dengan tenang.
"Alah, anak kampung kayak kamu, emang ada yang merekrut di kantor besar jadi pengawai hanya modal kecerdasan, paling juga lamaran nya langsung ditolak!" seru Mikhaila dengan tatapan sinis.
"Iya, tampang nya juga pas-pasan, bukanya di kantor itu gak cukup cerdas, tapi juga cantik dan berwawasan luas," timpal Kalina.
"Hahaha...."semua siswa tampak menertawakannya.
"Cocok nya jadi tukas sapu, Pak!' timpal Albert salah seorang mahasiswa lainnya.
"Hus, ngomong Apa kalian!" sentak Pak Dosen membuat mereka langsung terdiam. "Nasib orang emang ada yang tahu, banyak orang dari kalangan bawah, bisa mendapat kedudukan bagus setelah berusaha dan belajar dengan gigih bahkan dari mereka ada yang jadi Dokter, Menteri, Tentara dan sebagainya, Apa kalian gak sadar, banyak diantara mereka yang justru mengendalikan kita saat ini termasuk kantor yang kalian punya, kantor itu tidak akan berdiri tampak ijin dari pemerintah yang mungkin mereka adalah salah satu dari kalangan bawah yang berhasil," jelas Pak Dosen memberi pengertian. " Kalian paham?"
"Paham Pak!" jawab mereka serempak.
Al hanya milih diam menatap kearah Cinta yang menunduk.
"Cinta!"
"Iya Pak." Cinta kembali menegakkan kepalanya.
"Duduk disana!" tunjuk Pak Dosen pada bangku disamping Al.
Al melengos menatap kursinya.
"Kok harus disini sih Pak, cari yang lain saja!" decak Al tak terima.
"Jangan bantah Al, ini adalah tempat belajar bukan tempatnya berkuasa!" delik Pak Dosen.
"Tapi Pak_." Al berusaha Protes.
"Apa perlu aku mengadu pada Oma Alima!" gertak Pak Dosen mengancam.
Al langsung menciut, mendengar nama Omanya.
"Iya iya, semua orang kok jadi suka ngadu sih sama nenek peyot itu," gumam Al kesal.
Cinta pun akhirnya mendaratkan bokongnya disamping Al, dan disambut tatapan sinis dari Al.
"Hati-hati ya!" desis Al pada Cinta.
"Ih, bayar saja hutang mu," balas Cinta tak mau kalah.
Dua jam telah berlalu, semua siswa berhamburan keluar termasuk Cinta. Namun saat hendak beranjak, Al justru menarik tanganya hingga Cinta hilang keseimbangan dan tak sengaja mencium pipi Al. Al dan Cinta terkejut sama-sama saat keduanya mengadu pandang.
Al replek mendorong tubuh mungil milik Cinta dengan kasar.
"Jangan cari kesempatan ya!" Al melotot karena pipinya telah ternodai oleh bibir Cinta sambil mengelap bekas ciuman basah di pipinya.
"Maaf, aku gak sengaja," timpal Cinta yang menunduk malu.
Aku tahu kamu itu sama kayak cewek lain, caper dan murahan, apalagi kamu udah tahu kalau aku kaya, pasti cari-cari alasan dapat perhatian dari aku, dasar matrek!" Kecam Al sambil memasukan semua bukunya kedalam tas dan hendak meninggalkan Cinta setelah merendahkannya.
Cinta yang notabennya bukan anak orang kaya merasa tersinggung akan ucapan Al. Cinta langsung mengejar Al dan menarik tas yang baru saja Al sampaikan di pundak Kanannya.
"Hey tikus got!" Cinta mengepal dan melayangkan tinjuan kewajah Al. Al tak sempat menghindar dan menikmati dogeman mentah dari Cinta.
"Oma, cucu mu di aniaya sama cewek kunti," kelu Al yang memegangi pipinya.
Cinta berkaca pinggang dan melotot menatap geram. "Apa maksud mu, ha? aku bukan wanita seperti itu, aku kan gak sengaja tadi, bukankah kau yang menarik ku, dasar tikus got!" Maki Cinta yang tersulut emosi. Bukan Cinta namanya kalau gak melawan orang yang menghinanya.
"Apa?" Al ternganga mendengar Cinta yang telah berani kepadanya. "Berani sekali kau, kau tidak tahu siapa aku?"
"Apa peduliku, aku gak takut sama siapa pun," timpal Cinta.
Cinta bergegas meraih tasnya dimeja dan meninggalkan Al yang tertegun menatapnya. "Ck, dasar Kunti, berani sekali dia."
Cinta yang baru saja keluar langsung menemui Yudha sahabatnya. "Hai Yud!" sapanya.
"Woy, Cinta jadi juga kamu kuliah disini." mata Yudha menyipit menatap Cinta.
"Huh, Iya Alhamdulilah, suatu keajaiban bisa kuliah disini." Cinta langsung menghela nafas dengan lega dan mengamati gedung-gedung mewah yang berdiri mengitari taman kampus itu.
"Tapi hati-hati ya, anak-anak di sini suka bully." Yudha mendahului Cinta melangkah setelah memberi tahu.
"Oya? apa mereka semua kejam?" Cinta segera mengimbangi langkah Yudha dan ingin tahu maksud omongan Yudha.
"Iya, intinya apa pun yang mereka omongin, jangan ditanggepin, tapi gak semua kayak gitu kok," Jawab Yudha tersenyum.
Yudha pun menarik tangan Cinta menuju kantin.
Mereka memesan beberapa makanan ringan.
"Gak mau makan bakso, Cin, enak lo, harganya tiga puluh ribu aja kok?" tanya Yudha.
Cinta terdiam, Ia bukan tak ingin beli bakso enak itu, tapi uang disakunya hanya cukup membeli beberapa bungkus roti. "Enggak Yud, kamu beli aja aku masih kenyang kok."
"Yakin? aku traktir?" Yudha berusaha meyakinkan.
"Enggak, ini aja," jawabnya. Ia segera membuka bungkus roti dan melahap penuh di mulud nya hingga mengembung. Sebenarnya Ia sangat lapar karna dari kemaren hanya makan satu bungkus roti, tapi Ia mengingat Ibunya yang tengah sakit, sebisa mungkin Ia harus menghemat uang agar dapat membeli obat yang lumayan mahal agar Ibunya bisa segera sembuh.
Yudha yang memesan satu mangkok bakso dan dua mineral kemasan kembali duduk bersama Cinta. Cinta meneguk liur, saat bau bakso yang diletakkan Yudha diatas meja itu memasuki rongga penciumannya.
"Oh Tuhan, enak sekali bakso itu," pikirnya dalam hati.
Yudha menyeruput Bakso itu dengan sangat nikmat. "Apa Yudha tidak tahu, bahwa kelakuannya sudah membuat Ia tersiksa karena menahan lapar sejak kemaren hingga cacing-cacing diperutnya memberontak." begitulah pikiran Cinta menatap Yudha.
"Cin, Ibu mu sudah sehat?" tanya Yudha sesaat setelah meneguk air botol mineral itu . Ia sudah mengetahui keadaan Ibu Cinta.
"Ha? Iya masih seperti biasa, Yud," timpalnya dengat perasaan sedih atas pertanyaan Yudha.
Sluruuup!
Yudha meneguk tandas kuah bakso itu kembali.
"Sayang kalau di sisain," ucapnya cengengesan kearah Cinta.
"Ih kau ini, kenapa gak sekalian mangkoknya tu," dengus cinta setelah meminum air mineral di tanganya sambil melirik ke arah mangkok Yudha yang sudah kosong.
🤟🤟🤟🤟🤟🙏🙏🙏🙏 jangan lupa tinggalin jejak ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
kosong
💪💪💪💪💪💪💪💪
2022-03-07
1
Miracle Tree
semangat ya kak
aku mampir 🥰
2021-11-26
1
KINOSANN
"mana ada kantor gede yg mau rekrut modal kecerdasan doang" 💔 bener bgt sekarang kerja di kantor gede bukan butuh otak pinter tapi butuh orang dalem 🤣
2021-11-17
2