“Ciee.. udah nggak jomblo lagi, nih,” goda Randy seraya menyenggol lengan Natashya yang duduk di sebelahnya. Riana dan Heru yang duduk di depan tersenyum melihat tingkah kedua anak mereka.
Perjodohan tidak jadi dibatalkan. Natashya sendiri menerima dengan sukarela hubungan yang mereka rancang. Berharap dalam hati, semoga hubungan mereka bisa berlanjut hingga maut memisahkan tentunya.
Natashya merotasikan bola matanya malas. “Diem lo.”
Randy terbahak melihat sikap Natashya. Adiknya kenapa semenyebalkan ini, sih? Randy, kan, jadi pengen buang ke Laut Hitam.
Tapi, ya, Natashya itu kalau lagi sebal, tingkat kegemasannya meningkat drastis. Randy hobi sekali mengganggu adik perempuannya ini.
“Kamu yakin, kan, sama keputusan kamu, Shya?” tanya Riana ingin memastikan.
“Hm.”
“Kamu nggak akan nyesel, kan?”
“Hm.”
“Ini bener-bener kamu yang mutusin, kan? Bukan karna Ayah atau Bunda?”
“Hm.”
Ckiittt..
Heru membalikkan tubuh ke belakang usai menginjak rem, menatap tajam si bungsu yang terlihat tidak acuh padanya. “Hm, hm, hm terus. Ini bukan konser Nissa Sabyan, Shya. Kalo ditanya tuh dijawab.”
Natashya menoleh sebentar. Lalu mengangguk sambil mengangkat ibu jari. “Oke.”
Heru, Riana, dan Randy mengusap dada bersamaan. Mereka jadi agak menyesal menjodohkan Natashya dengan Anton. Bagaimana kalau lelaki itu terserang tekanan darah tinggi karena tidak sanggup menghadapi putri mereka?
Wah, Heru dan Riana jadi ingin mencuci otak Natashya sekali saja.
“Dikurangin dinginnya, Shya. Nanti kalo suami lo kena hipertensi, gimana?” ucap Randy memberi saran. Mobil pun kembali dilajukan oleh Heru.
Natashya mengedikkan bahu. “Takdir,” jawabnya enteng.
“Innalilahi! BUNDA CUCI OTAK KAMU PAKE DETERJEN, YA, LAMA-LAMA.”
...❄️❄️❄️...
Anton bangun agak kesiangan pagi ini. Untung hari ini jadwal kelasnya agak siang. Jadi, nggak pa pa dong.
Sebenernya, sih, Anton udah bangun pagi untuk salat Subuh. Tapi, habis itu tidur lagi karena mengantuk. Percayalah, sedingin apa pun Antonio Riko Alfiansyah, dia akan tetap menjalankan tugasnya sebagai umat agama Islam.
“Morning, Yo!” sapa Nia ketika melihat Anton turun dari lantai dua. Lelaki itu hanya mengangguk kecil. Mengambil posisi duduk di kursi ruang makan dan mengambil sandwich untuk sarapan. “Kelas kamu siang, ya?”
“Iya.”
“Wah, pas dong! Tashya juga kelas siang hari ini. Kamu jemput sekalian, ya.” Nia berkata antusias.
Anton menaikkan sebelah alisnya bingung. “Mama tau dari mana?”
Nia tersenyum lebar. “Tadi Mama telpon calon mertuamu.” Nia merapikan bekas makanan suaminya yang sedang sibuk membaca koran pagi. “Jemput, ya, nanti. Tadi Mama udah bilang.”
Anton menghela napas. “Iya, Ma.”
“Yang semangat dong, Yo. Mama tuh cuma pengen kamu lebih deket sama Tashya. Kan, kalian mau menikah.”
Tau gitu ngapain dinikahin, Ma? Kan, kita nggak kenal.
Anton manggut-manggut saja. “Iya, iya, Ma. Nanti Nio jemput.”
“Oh, ya!” Nia bergegas pergi ke dapur dan mengambil sebuah kotak makan berukuran sedang. Diangsurkannya kotak itu pada Anton. “Kasih ke Tashya, ya. Mama tadi buatin sandwich spesial buat dia.”
Gue aja nggak pernah diginiin.
“Ya udah, Nio berangkat dulu.” Anton bangkit dari kursi dan menyalami kedua orang tuanya. Lalu meraih kotak makan itu dan membawanya pergi bersama.
Anton menatap kotak makan di tangannya dengan bibir mencibir. Anak sendiri aja nggak diperhatiin. Giliran anak orang lain dimanjain. Itulah Mama.
Anton melajukan mobilnya di jalanan. Namun, belum sempat lima menit perjalanan, ia menginjak pedal rem.
“Gue, kan, nggak tau rumah Natashya di mana!”
Anton menempelkan dahinya pasrah pada kemudi. Sial! Harusnya gue tanya dulu sama Mama tadi.
...❄️❄️❄️...
Ting tong!
Natashya, Randy, Riana, dan Heru terdiam. Mereka saling berpandangan sejenak. Siapa yang datang ke rumah mereka?
Natashya yang sedang memakai sepatu beranjak ke pintu utama. Ia membuka pintu dan menemukan Anton tengah berdiri di sana. Sontak alis Natashya mengerut bingung.
“Nggak disuruh masuk?” sindir Anton dengan mata memicing.
Tanpa berkata apa pun, Natashya berbalik meninggalkan lelaki itu. Anton mendengkus, calon istrinya ini perempuan spesies apa, sih?
Anton menutup pintu sebelum masuk ke dalam rumah. Sesekali pandangannya menelisik interior rumah keluarga Natashya. Tidak sebesar rumahnya, tapi rapi dan nyaman.
“Pagi, Om, Tante, Bang,” sapa Anton seramah mungkin.
“Pagi juga. Mau jemput Tashya, ya?” tanya Riana. Ia baru ingat kalau Nia sempat menghubungi untuk memberitahu kalau Anton akan datang menjemput Natashya.
“Iya, Tan.”
“Shya, dijemput calon suami tuh.” Randy sengaja menggoda adiknya. Natashya hanya mendengkus. Ia menyambar tas lalu menyalami Heru dan Riana bergantian. Ketika melewati Randy, gadis itu menjitak kepala abangnya dengan sengaja.
“Aww..” Randy meringis sakit. “TASHYA! ADEK DURHAKA, YA, LO!”
Natashya mengangkat jempolnya sambil terus melangkah tanpa berbalik ke belakang. Randy pasti sudah seperti banteng yang akan mengamuk. Jadi, harus segera dihindari.
Selama perjalanan, sepasang calon pengantin itu hanya diam. Anton sibuk menyetir, Natashya sibuk memperhatikan jalan.
Gadis itu sedang membayangkan seperti apa kehidupannya nanti setelah menikah. Jujur saja, ia menerima perjodohan ini karena melihat raut wajah bahagia Riana dan Heru. Kedua orang tuanya begitu senang ketika Natashya tidak menolak menikah dengan Antonio.
Natashya awalnya tidak keberatan mengorbankan perasaannya sendiri untuk Heru dan Riana. Tapi, kok, sekarang agak menyesal, ya.
Anton memang tampan, Natashya tidak akan munafik dengan menampik kenyataan yang satu itu. Tapi, sikap lelaki itu tidak ada manis-manisnya.
Sepertinya, rencana memiliki calon suami romantis dan penyayang harus Natashya buang jauh-jauh dari sekarang.
“Shya?”
Natashya tersentak. Ia menoleh ke kanan-kiri, mobil sudah berhenti. Tapi, ini bukan area kampus mereka. “Apa?” balasnya seraya menatap Anton balik.
“Ehm, gue cuma mau ngasih tau peraturan buat lo dan gue setelah menikah nanti.”
Natashya mengangkat sebelah alisnya. “Apa?”
Tatapan Anton berubah serius. “Gue cuma mau menikah sekali. So, nggak ada kata perceraian buat kita nanti.”
Natashya manggut-manggut. “Tergantung.”
Dahi Anton mengerut. “Tergantung apa?”
“Seberapa ngeselinnya lo.”
Anton memicing sebal. “Lo pikir, lo nggak nyebelin, Shya?”
Natashya mengedikkan bahu. “Tiap pemikiran manusia beda-beda. Menurut gue, nggak, kok. Biasa aja.”
Ini pertama kalinya Natashya berbicara agak panjang dengan Anton. Tapi, kalimatnya sangat menyebalkan.
Kalau begini jadinya, Anton lebih memilih Natashya menjadi patung saja. Biar diam selamanya.
“Ck,” Anton berdecak. “Nggak sadar diri,” sindirnya dengan suara sangat pelan.
“Gue denger, An.”
“An?”
Natashya mengangguk. “An, Anton. ‘Nton’ itu aneh.”
“Apanya yang aneh?”
“Anton itu nama, bukan satuan berat.”
Anton terheran sekali. Wah, wah, jadi namanya disamakan dengan satuan “ton”? Hei, itu beda jauh!
“Beda, Shya,” bantah Anton.
“Gue nggak bilang sama.” Natashya membela.
Sial! Nih cewek nyebelinnya tingkat tinggi.
“Terserah.” Anton membiarkan. “Satu lagi,” ia menjeda. “Gue nggak mau hubungan kita keekspos di kampus.”
“Oke,” balas Natashya cepat. Ia melirik jam di pergelangan tangannya. “Jalanin mobilnya. Gue telat.”
Cih, sok sibuk.
Anton menjalankan mobil menuju kampus. Suasana di dalam mobil hening kembali. Hanya ada deru kendaraan yang terdengar.
Oh, ya. Dan suara dentingan ponsel Natashya yang mendapat spam chat dari Laily.
Tak butuh waktu lama, mobil berhenti sempurna di parkiran kampus X. Natashya bergerak cepat melepas seatbelt dan turun dari mobil. Kuisnya akan dimulai lima menit lagi!
Anton geleng-geleng melihat Natashya buru-buru masuk ke dalam kelas. Kayaknya dia emang telat.
Anton menepuk dahi ketika ingat dengan kotak makanan yang Nia beri pagi ini. Dia lupa memberikannya pada Natashya. Ya udahlah, kasih nanti aja.
Lelaki itu turun dari mobil dan melenggang pergi ke ruang kelasnya.
“Wah, parah! Bunga kampus sama idola kampus berangkat bareng!”
“Viral, nih!”
“Apakah ini tanda-tanda kalo hati gue bakalan potek?”
“Udah bunyi ‘krek krek’ nih, ye.”
“Pasti langsung heboh satu kampus!”
Anton yang mendengar semua bisikan itu sama sekali tak acuh. Baginya, gosip itu akan hilang ditelan waktu dengan sendirinya.
Jadi, nggak usah dipikirin.
^^^To be continue...^^^
...❄️❄️❄️...
Semoga suka dengan chapter kali ini. Masih datar-datar dulu, ya. Sambil nikmatin sikap nyebelinnya Natashya sama Anton, hihi.
See you di chapter selanjutnya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Icha Santana
hahahaha...
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-04-14
1
Icha Santana
omg hahahaha
2022-04-14
1