Ting!
Natashya mengambil ponselnya ketika suara dentingan terdengar. Ada chat masuk dari Riana.
..._________________________________...
...Bunda...
...online...
• Shya, kamu pulang jam berapa?
^^^Biasa ✓^^^
• Nanti langsung pulang, ya
• Bunda sama Ayah mau ngomongin sesuatu sama kamu:)
^^^Ya ✓^^^
..._________________________________...
Setelah membalas, Natashya memasukkan ponselnya ke dalam tas. Lalu melanjutkan acara makannya di kantin yang tertunda. Laily yang duduk di depan Natashya merasa penasaran.
“Siapa, Shya?” tanya Laily kepo.
Natashya menaikkan sebelah alisnya. “Apanya?”
“Itu tadi chat dari siapa?” ulang Laily lebih jelas.
“Bunda.”
“Oh, bunda.” Laily manggut-manggut. “Btw, nanti jadi, kan, kita ke mall?” tanya gadis itu semangat. Bayangan sepatu baru sudah terngiang-ngiang di kepalanya.
“Nggak.”
Bushh!!
Bayangan sepatu baru di kepala Laily hilang!
“Lho? Kok, gitu? Kan, lo udah janji, Shya!” protes Laily tak terima. Rencana ke mall hari ini sudah disetujui oleh Natashya sejak tiga hari yang lalu. Masa iya harus dibatalin, sih?
“Bunda nyuruh gue pulang hari ini.”
Oke, kalau bawa-bawa nama Bunda Riana, Laily pun tak bisa memprotes lebih lanjut. Namun, tetap, ya, sebalnya masih ada. Gadis itu sudah sangat ingin membeli sepatu baru sejak seminggu yang lalu. Dan, sekarang?
Sudahlah, jangan dibahas lagi. Laily sedih.
“Besok,” ucap Natashya yang melirik Laily sekilas. Ia sangat tahu alasan gadis itu berubah murung.
“Apanya yang besok?”
“Ke mall.”
“Bener, ya?”
“Hm.” Natashya beranjak dari duduk seraya meraih tas dan diletakkan di bahu. “Tapi, nggak janji,” lanjutnya tanpa dosa. Lalu pergi dari sana untuk pulang karena memang kelas hari ini sudah selesai.
What?!
Laily syok! Hei, kenapa Natashya sangat menyebalkan, kawan?
Dia itu punya hati atau tidak, sih?
“Kenapa juga gue betah temenan sama dia dari SMA coba? Padahal, gue punya banyak temen yang lain, lho,” gumam Laily pada sendiri. “Ck, salah! Dia yang beruntung ketemu sama gue! Kan, gue temen satu-satunya buat Natashya.”
Laily manggut-manggut karena persepsi yang ia buat sendiri. Sepertinya, memang seperti itu.
Biarkan saja, ya. Yang penting Laily senang.
...❄️❄️❄️...
Suasana di ruang keluarga rumah Natashya kayaknya agak menegangkan. Riana dan Heru duduk berdampingan dengan raut serius. Lalu ada Randy yang ikut sok serius sambil menatap Natashya yang duduk di sofa tunggal. Yang jadi pusat perhatian di sini tengah duduk santai dengan menaikkan sebelah kakinya ke atas dan tangan terlipat di depan dada.
“Emm, Shya, gimana kuliah kamu hari ini?” tanya Heru, Ayah Natashya, basa-basi.
Natashya menghela napas. Ia melemaskan punggung hingga bersandar sepenuhnya di sandaran sofa. “To the point, Yah. Tashya tau, bukan itu yang mau Ayah omongin.”
Heru menghela napas. Putrinya memang persis seperti dirinya sewaktu remaja. Jadi, ia tidak akan heran dengan sikap Natashya yang seperti ini. Ia sendiri juga lebih suka bicara sesuatu tanpa basa-basi. “Ayah mau jodohin kamu sama anak sahabat Ayah, Shya,” ucap Heru langsung ke intinya.
Natashya manggut-manggut. “Terus?”
Heru dan Riana cengo sesaat. Hei, bukan seperti ini yang ada di bayangan mereka!
Sepasang orang tua itu berpikir, Natashya akan langsung menolak dengan tegas lalu akan ada situasi tegang yang terjalin di antara mereka. Tapi, kok, reaksi Natashya begini banget, sih.
“Kamu nggak marah?” tanya Heru hati-hati.
Natashya mengedikkan bahunya santai. “Nggak tau.”
Randy yang sejak tadi menyaksikan obrolan anak dan orang tua ini ikut usap-usap dada—berusaha sabar. Kenapa adiknya terlahir sedingin ini, sih?
Tapi, ya, Randy akui kalau sikap Natashya selama ini terlihat sangat cool. Kenapa bukan dirinya saja yang terlahir seperti itu, sih?
Randy, kan, iri bukan main.
Wah! Berarti si Ay yang harus disalahkan, nih!
Riana yang udah mulai kesal merasa harus segera menghentikan obrolan ini. Kalau pembicaraan ini dilanjutkan lebih lama, oksigen di ruang keluarga pasti akan tersedot habis olehnya dan sang suami. Jadi, ia menghirup napas banyak-banyak lalu melanjutkan niatan. “Jadi, kamu terima, kan, Shya?” tanyanya penuh harap.
“Nggak.”
Heru yang udah sebel banget langsung meraih bantal sofa dan melemparnya ke arah Natashya. Sayangnya, gadis itu lebih dulu menangkap bantal yang mengarah ke wajahnya dan menaruh benda tersebut di pangkuan. “Kalau Ayah masih mau awet muda, lebih baik kurangi marahnya. Nggak baik,” ucap Natashya memberi saran.
“Shya, kamu—hufftt..” Heru menarik napas dalam-dalam dan dihembuskan perlahan. Riana mengusap punggung suaminya perlahan. “Lebih baik kamu terima saja, Shya. Ini udah jadi kesepakatan dua keluarga.”
Natashya mengerutkan dahinya bingung. “Terus ngapain Bunda sama Ayah nanya tadi?”
Sungguh, ya, ucapan Natashya sedikit menohok hati Riana. Memang benar, gadis itu pintar sekali membolak-balikkan omongan orang.
“Ya udah, Bunda nggak jadi nanya. Kamu terima, ya.” Riana mengalah saja daripada urusannya makin panjang.
Natashya menggeleng lirih. Sepertinya pemikiran orang tuanya agak terkontaminasi dengan pemikiran orang zaman dulu. Ayolah, ini tahun 2021, tidak ada perjodohan lagi.
“Apa Tashya harus bacain pasal hukum tentang kebebasan berpendapat, Bun? Biar Ayah sama Bunda tau kalau yang Ayah dan Bunda lakuin sekarang melanggar hukum,” tanya Natashya masih dengan ekspresi dan tingkah yang tenang.
“Lo—parah, Shya. Tinggal bilang ‘iya’ gitu aja ribet amat, sih?!” Randy jengkel setengah mati. Adiknya sengaja ingin membuat tiga orang di depannya jadi naik pitam.
“Tashya nggak terima, ngapain harus bilang ‘iya’?” balas Natashya tak acuh.
Rotan mana rotan? Sini, sini, Heru mau gebuk anaknya dua kali aja.
“Shya.” Oke, ini cara terakhir yang Heru punya. Doakan semoga berhasil. “Ini permintaan terakhir Ayah. Ayah mohon, kamu terima, ya.”
Natashya kembali menaikkan alisnya sebelah. “Ayah punya rencana memperpendek umur, kah?”
“YA TUHAN! INI ANAK SIAPA, YA ALLAH?!! BUANG AJA DAH! SAYA IKHLAS!”
...❄️❄️❄️...
Di rumah Anton, keadaan di ruang keluarganya berbanding terbalik dengan keadaan di rumah Natashya. Lelaki itu terus bersikeras menolak perjodohan dengan berbagai upaya.
“Nio nggak mau, Pa! Dan, keputusan Nio nggak bisa diganggu gugat!” seru Anton marah. Setengah wajahnya berubah merah karena menahan emosi. Bagaimanapun juga, dua manusia yang duduk di hadapannya ini adalah orang tua kandungnya. Anton tidak bisa berbuat seenaknya.
“Keputusan Papa sudah bulat dan kamu tidak Papa perkenankan untuk menolak! Besok kita akan ketemu sama calon istri kamu, TITIK!” Tio beranjak dari ruang keluarga dengan emosi tertahan. Lalu pergi ke kamarnya tanpa menghiraukan teriakan Anton yang masih berusaha menolak.
“Ma, kenapa Mama sama Papa buat keputusan kayak gini? Nio nggak suka, Ma.”
Nia tersenyum lembut. Ia pindah posisi menjadi duduk di sebelah putranya. “Nio Sayang, Mama sama Papa tahu, mungkin ini nggak adil buat kamu. Tapi, kami juga mikirin kebahagiaan kamu di masa depan, Sayang. Kamu butuh pendamping yang bisa nuntun kamu ke jalan yang benar, yang bisa ngurusin kamu, yang bisa jagain kamu. Terutama di umur kamu yang sekarang udah lebih dari cukup buat bangun rumah tangga. Percaya sama Mama, ini takdir Tuhan yang ingin mempertemukan kamu dengan jodoh kamu lewat perjodohan yang Mama sama Papa buat.”
Anton menghela napas. Tubuhnya melemas seketika. Punggungnya disandarkan di sofa, tangan kanannya terangkat dan memijat pelan pelipisnya yang mulai berdenyut.
“Lagipula, Sayang, Mama sama Papa nggak mungkin milihin gadis yang nggak baik buat kamu. Dia gadis baik-baik, kok. Percaya sama Mama, hm.”
“Iya, Ma. Maaf, Nio udah marah-marah tadi.” Anton memilih mengalah. Orang tuanya pun akan tetap bersikukuh walaupun ia menolak seperti apa pun.
Seenggaknya, gue coba dulu.
Nia mengusap kepala Anton penuh kasih sayang. “Nggak pa pa, Sayang. Mama ngerti yang kamu rasain.” Wanita paruh baya itu berdiri dari duduknya. “Naik sana, istirahat. Besok kita ketemu sama calon istri kamu.”
“Iya, Ma.”
^^^To be continue...^^^
...❄️❄️❄️...
Gimana, gimana? Parah nggak si Natashya? Wkwkwk.. Ay bacanya ngakak sendiri😂
Btw, kalian mau cast cerita ini nggak? Kalo iya, nanti Ay cariin. Kalo nggak, ya, kalian bayangin sendiri pemeran-pemerannya.
Oke, gitu aja. Kita jumpa lagi di chapter selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
iYind Dewi
ampun deh ni anak
2023-01-07
1
Meida Atini
wkwkwkk ngakak ,,, natashya kelewat santai parah banget dh
2022-05-11
1
Ramely Fauziah
😂😂😂😂😂😂😂
2022-04-14
1