Chapter 4 | Pertemuan

Malam ini, Natashya dipaksa memakai dress pilihan Riana. Dress warna putih elegan dengan model tanpa lengan ditambah pernak-pernik yang menempel memberi kesan kelip-kelip di gaun tersebut. Riana juga ngotot untuk memberi make up tipis dan menata rambut bergelombang milik Natashya menjadi sanggul dengan juntaian beberapa helai ke bawah.

Setelah teriakan Heru kemarin, Natashya langsung tidak diperkenankan berbicara lagi dan tidak boleh menolak perjodohan.

Hei, itu pemaksaan namanya!

Hari ini gadis itu juga dipaksa mengambil cuti kuliah dan diajak pergi berbelanja oleh Riana. Wanita beranak dua itu membeli berbagai macam dress yang menurutnya bagus. Padahal, Natashya sudah berusaha menghentikan aksi pemborosan itu, tapi tak didengar.

Pulang berbelanja, Natashya dibawa ke salon untuk mendapat perawatan terbaik. Hampir saja gadis itu menyemburkan kata-kata mutiara jika saja ia tidak ingat bahwa wanita yang membawanya ke sana kemari adalah bundanya sendiri.

Dan, sekarang, Natashya dipaksa lagi.

“Nah, cantik!” ucap Riana yang merasa puas dengan hasil kerja tangannya. “Pasti calon suami kamu suka,” katanya.

Natashya ingin menyahut, tapi diurungkan. Melihat wajah Riana yang berbinar bahagia seperti ini, ia jadi tak tega untuk menolak lebih lanjut. Namun, jika diteruskan, semua yang terjadi ke depannya akan bertentangan dengan kondisi hatinya.

Jadi, kawan, apa yang harus Natashya lakukan?

“Bun,” panggil Natashya tiba-tiba.

“Hm?” Riana menjawab tanpa menoleh dari tatanan rambut putrinya.

“Kenapa Bunda sama Ayah mau jodohin Tashya?”

Gerakan tangan Riana berhenti. Wanita itu tertegun sejenak. Kemudian sebuah senyum lembut khas seorang ibu muncul di paras Riana. Wanita itu duduk di sebelah Natashya sambil mengusap bahu sang anak.

“Bunda sama Ayah nggak akan selamanya dampingin kamu, Sayang. Maka dari itu, sebelum itu terjadi, Bunda sama Ayah mau ngasih kamu pasangan yang akan nemenin kamu sebagai pengganti Ayah dan Bunda nantinya,” ucap Riana menjelaskan. Suaranya khas sekali.

Lembut dan hangat.

Natashya menghela napas. “Tashya juga nggak pernah maksa Bunda sama Ayah tetep ada di samping Tashya, Bun.”

Riana kembali tertegun.

“Manusia hidup untuk pulang, Bun. Pulang ke rumah Tuhan. Tahsya tau itu. Tapi, kita nggak tau sampai kapan umur kita akan berjalan. Nggak selamanya orang yang udah berumur akan dipanggil lebih dulu. Bisa aja Tashya duluan, atau Bang Randy, atau laki-laki yang mau dijodohin sama Tahsya. Kita nggak tau, Bun.”

“Apa karna alesan itu, Bunda mau renggut masa depan yang Tashya rancang? Tashya punya beberapa rencana untuk masa depan, termasuk menikah. Tahsya mau di sisa umur Tashya yang Tahsya sendiri nggak tau sampai kapan, semua berwarna dan sesuai ekspektasi. Jadi, apa Tashya salah kalau Tashya mau punya pendamping sesuai yang Tahsya mau, Bun?”

Deg!

Mendengar ucapan putrinya, Riana menangis tanpa sadar. Untaian kata yang terlontar dari bibir Natashya menusuk hatinya hingga titik terdalam. Ada banyak pertanyaan di benaknya yang sedang berputar-putar.

Apa perjodohan ini benar?

Apa yang ia lakukan sudah benar?

Apa Tashya, putrinya, akan bahagia kalau menikah dengan lelaki pilihannya?

“Bunda...” Natashya mengusap kedua pipi Riana dengan ibu jarinya. Kemudian menarik tubuh wanita itu ke dalam rengkuhan. “Kenapa malah nangis, sih?” tanya gadis itu dengan suara yang lembut.

Natashya, gadis jurusan kedokteran yang sekarang sedang mengambil spesialis psikologi. Tentu ia tahu apa yang sedang terjadi dengan bundanya. Ia bisa mengerti perasaan orang hanya dengan melihat gerak-gerik orang tersebut.

“Maafin Bunda, Sayang. Bunda pikir, ini yang terbaik buat kamu. Bunda pikir, ini bisa buat kamu bahagia. Bunda nggak bermaksud buat hancurin masa depan yang udah kamu rencanain. Maafin Bunda, Shya.” Riana tergugu. Tangannya melingkar erat di tubuh sang anak.

Natashya terkekeh mendengarnya. “Nggak pa pa, Bun. Bunda cuma mau yang terbaik buat Tashya. Makanya, Bunda lakuin ini.” Gadis itu melepas pelukan dan mengusap pipi basah sang bunda. “Ayo, nanti Ayah marah kalo lama-lama.”

“Biar Bunda yang bicara sama Ayah. Perjodohan ini kita batalin aja, ya.” Riana meninggalkan Natashya yang terdiam di kamarnya. Gadis itu hanya mengedikkan bahu lalu duduk bersandar di bahu ranjang sambil memainkan ponsel.

Ting! Ting!

Ngapain, sih, nih, anak?

..._________________________________...

...Laily...

...online...

• Shya?

• Lo ke mana hari ini? Kok ijin?🙄

• Jangan² lo ke mall tanpa gw😤

..._________________________________...

Natashya menyeringai sebentar sebelum membalas chat Laily.

..._________________________________...

...Laily...

...online...

^^^Bkn ursn lo!😏 ✓^^^

..._________________________________...

Setelah terkirim, gadis itu segera menyimpan ponsel di tas selempang. Yakin, deh, Laily pasti ngamuk-ngamuk di seberang sana. Kemudian ia keluar dari kamar menemui Heru, Riana, dan Randy yang terdiam di ruang keluarga. Raut muka mereka nampak sendu.

“Apa?” tanya Natashya menyadari ketiga manusia itu menatapnya tanpa henti.

Heru menghela napas sejenak. “Maafin Ay—”

“Nanti telat, Yah. Kasian cowoknya. Ayo berangkat.” Natashya memotong kalimat Heru dan segera keluar dari rumah. Tanpa menunggu orang tuanya, gadis itu masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan.

Tak lama kemudian, Heru, Riana, dan Randy menyusul masuk. Sang kepala keluarga yang duduk di balik kemudi agak ragu untuk menjalankan mobil.

“Lo yakin, Shya?” tanya Randy mewakili orang tuanya.

“Hm.”

“Lo bakalan bahagia, kan?”

Natashya mengedikkan bahu. “Nggak tau.”

Randy mengusap dadanya sebentar. Sabar, Dy. Sebelah lo ini emang cewek asal Kutub. Rileks, jangan emosi.

“Gue serius. Lo bakalan bahagia nggak? Ayah sama Bunda mau batalin kalo lo nggak mau, Shya.” Randy menyampaikan diskusi mereka tadi.

Riana menjelaskan semua yang Natashya ucapkan di kamar. Heru yang mengerti pun merasa bersalah karena sudah memaksakan kehendak.

Ia mungkin berpikir kalau ini akan membuat putrinya bahagia. Tapi, apa Natashya juga akan berpikir hal yang sama?

“Gue liat cowoknya dulu,” jawab Natashya malas. Perut gadis itu sudah keroncongan. Ia ingin makan secepatnya.

Bersyukur tempat pertemuan mereka ada di restoran mahal.

Natashya mau memanjakan perutnya malam ini.

Pada akhirnya, Heru menyalakan mesin dan mulai melajukan mobil. Mungkin Natashya benar. Biar gadis itu melihat dulu calon suami yang ia pilihkan, baru keputusan akan dibuat.

Setibanya di restoran, Natashya segera turun dan masuk ke dalam restoran bersama Randy. Lelaki itu merangkul bahunya dengan sedikit elusan di lengan.

Mungkin niatnya ingin menenangkan Natashya.

Tapi, Natashya sendiri nggak gugup sama sekali.

“Hei, Tio!” sapa Heru ketika melihat sosok pria paruh baya sudah duduk di meja yang telah mereka reservasi.

“Hai, Her! Ck, telat kamu.”

Heru tertawa kecil. “Maaflah, ada insiden kecil di rumah.”

Tio mengangguk mengerti. Pandangannya jatuh pada sosok gadis yang berdiri di sebelah Riana. “Natashya, kan?”

Natashya sebenarnya bingung. Kenapa pria itu bisa mengenalnya? Ia, kan, tidak kenal. Walaupun begitu, Natashya tetap tersenyum tipis lalu menyalami Tio dan Nia.

“Ya ampun, kamu cantik banget, Sayang!” pekik Nia seraya mengusap pipi Natashya. “Kamu ingat, kan, sama Tante?”

Natashya menggeleng dengan polosnya.

“Hahaha.. mungkin Tashya lupa dengan kami. Waktu itu dia masih sangat kecil.” Tio tertawa melihat tingkah Natashya. “Ayo duduk dulu.”

“Putramu mana?” tanya Heru selepas duduk di kursi yang tersedia. Matanya celingukan ke sekeliling.

“Dia tadi angkat telepon sebentar. Tunggu, ya,” ucap Nia dengan suara yang lembut. Heru dan Riana tersenyum mengerti.

Kedua pasang orang tua itu berbincang hangat selayaknya sahabat. Seakan mereka sudah tidak bertemu cukup lama dan ingin memuaskan diri dengan membicarakan banyak hal. Randy dan Natashya sibuk dengan ponsel masing-masing.

“Maaf, Ma, Pa, Nio lama karna tadi harus kasih instruksi dulu sama Rio buat meeting malam ini.”

Semua pasang mata menoleh pada sumber suara. Lelaki berperawakan sempurna dengan garis wajah yang tegas dan rahang kokoh. Mata khas Asia, hidung mancung, dan bibir tipis yang menggoda. Proporsi tubuh lelaki itu juga sangat... pas. Kuat dan perkasa.

“Iya, Yo. Her, ini Antonio. Masih ingat, kan?” kata Tio memperkenalkan.

Anton menyalami Riana dan Heru bergantian. Lalu melakukan tos ala laki-laki dengan Randy. “Apa kabar, Bang?”

“Kayak yang lo liat. Masih jones, haha.” Randy tertawa ramah.

Manik Anton bertemu dengan sepasang mata Natashya. Kedua orang itu saling bertatapan, tenggelam dalam pesona binar masing-masing.

Dia, kan... Natashya! Si bunga kampus. Pantesan gue kayak kenal. Tenyata, anaknya Tante Riana, toh.

“Ehm, hai, Shya?” Anton menjulurkan tangan kanannya pada Natashya. Gadis itu masih diam, terus memperhatikan lekuk wajah Anton yang terasa tak asing di otaknya.

“Eh?” kaget Natashya ketika Randy menyenggol lengannya. “Hai.” Gadis itu membalas jabatan Anton.

Anton duduk di depan Natashya. Lelaki itu hanya diam mendengarkan pembicaraan orang tuanya dengan orang tua Natashya. Sesekali menimpali jika ditanyai.

“Nio sekarang udah kerja, ya?” tanya Riana akrab.

Lelaki itu tersenyum tipis. “Iya, Tan.”

“Nio sekarang jadi CEO di perusahaan keluarga, Na, sambil lanjutin S2-nya,” ucap Nia memberitahu.

“Wah, sama kayak Tashya dong. Dia juga lagi kuliah S2. S1 ambil jurusan kedokteran, sekarang dia ambil spesialis psikologi.” Riana menjelaskan. Kedua ibu itu saling bercerita segala macam.

Memang, ya, ibu-ibu itu paling jago bergosip atau mengobrol begini. Cipika-cipikinya kuat sekali.

Pembicaraan mereka terhenti sejenak ketika pelayan datang membawa makanan. Usai pelayan itu pergi, semua orang mulai memakan makanan masing-masing, kecuali Natashya.

“Shya?” panggil Randy yang sedari tadi memperhatikan kelakuan sang adik.

Natashya menoleh. “Hm?”

“Lo ngapain liatin Anton terus, sih? Kesengsem, ya?”

Semua pasang mata beralih pada gadis itu. Mereka tersenyum penuh arti melihat Natashya yang masih menatapi Anton.

Natashya menghela napas sejenak. “Gue cuma mau mastiin, Bang.”

“Mastiin? Mastiin apa?”

“Dia...” Natashya menunjuk Anton. “Manusia atau bukan.”

Randy membelalak kaget. Begitupun dengan yang lain. “Maksud lo, Anton setan gitu?” tanya Randy spontan.

Natashya menggeleng lirih. “Bukan,” balasnya. “Gue nggak yakin aja dia manusia. Ganteng soalnya.”

Randy cengo mendengarnya. Apalagi Heru dan Riana yang sudah tergelak mendengar kalimat bernada kepolosan dari putri mereka. Tio dan Nia juga tersenyum mendengarnya.

Sedangkan Anton yang dipuji hanya tersenyum tipis.

“Tashya bilang, kamu ganteng, lho, Yo.” Nia menggoda sang anak yang hanya bisa tersenyum salah tingkah. Lelaki itu mengusap tengkuk sebagai pengalihan.

Mereka pun melanjutkan makan dengan khidmat. Selepas menyelesaikan hidangan miliknya, Natashya pamit ke toilet. Sebelum benar-benar pergi, ia menepuk bahu Randy dramatis. “Sorry, ya, Bang.”

“Buat apa? Lo nggak salah apa-apa, Shya.”

“Gue cuma mau tarik balik ucapan gue selama ini.” Gadis itu merapikan dress-nya yang sedikit tertekuk. “Predikat cowok ganteng nomor dua, ternyata bukan elo. Muka lo kalah telak, Bang.” Natashya pergi dari sana secepatnya sebelum Randy mengamuk.

“NATASHYA!! AWAS, YA, LO!”

...❄️❄️❄️...

Suasana di restoran mulai serius sekembalinya Natashya dari toilet. Tio dan Nia telah menyampaikan tujuan dari pertemuan keluarga ini—melamar Natashya untuk Anton.

“Jadi, gimana? Kalian terima, kan, lamaran ini?” tanya Tio mengakhiri ucapannya.

Heru tersenyum tipis. Maniknya dialihkan pada Riana dan Natashya bergantian. “Maaf, Yo. Keputusan kami serahkan pada putri kami. Kalau dia menolak, kami tidak bisa memaksa. Hari ini, Tashya buat aku sadar, kalau nggak selamanya apa yang kita pikirkan, akan selalu benar di mata orang lain.”

Tio dan Nia saling berpandangan. Masih tak mengerti maksud ucapan Heru.

“Mungkin, di mata kita, anak-anak kita akan bahagia jika disatukan. Tapi, di mata mereka, apa mereka juga berpikir hal yang sama? Tashya dan Nio yang menjalani pernikahan ini. Jadi, aku rasa, biar mereka yang memutuskan. Yang bisa mengukur kebahagiaan seseorang adalah orang itu sendiri, Yo. Aku harap, kamu ngerti yang aku maksud,” sambung Heru.

Tio dan Nia tersenyum penuh arti. Pemikiran Heru sangat terbuka. Dan, Natashya-lah penyebabnya. Mereka berdua jadi kagum dengan gadis cantik itu.

“Aku ngerti, Her. Jadi, gimana? Nio, kamu terima atau nggak? Papa nggak akan maksa kamu lagi.” Tio tersenyum lembut. Mendadak rasa bersalah menggerogoti relung hatinya. Kemarin ia bertindak cukup kasar pada putranya.

Anton hanya diam sambil menatap Natashya lekat. Gadis di hadapannya ini memang menarik. Tentu, seorang psikolog selalu mengerti banyak hal tentang perasaan manusia yang sebenarnya.

Jadi, Anton tersenyum tipis seraya melipat tangan di depan dada. “Kalo dia setuju, Nio juga setuju.”

Oh, wow. Kenapa jadi gue?

Natashya berdeham singkat. “Maaf, Om, Tante. Tashya...”

“Nggak bisa nolak.”

^^^To be continue...^^^

...❄️❄️❄️...

Nggak bisa nolak dong kalo calonnya macem Antonio, haha. Udah ganteng, sukses, kaya, hmm.. tipe perempuan banget, kan, ya.

Tapi, ya, tiap perempuan beda-beda dong. Kalo tipe Ay, cowok dingin gitu. Sebenernya mereka sayang, tapi malu-malu mau nunjukin.

Gemesin banget, hihi.

See you di chapter selanjutnya!

Terpopuler

Comments

nacita

nacita

anjayyyy ga pake embel2 jaim ya sya lgsg k intinya 😂😂😂

2022-11-04

1

nacita

nacita

parah banget s tasyaaaaaa 😂😂😂😂

2022-11-04

1

Icha Santana

Icha Santana

asli.....savage bgt jawaban2 natasya ...bkin ngakak..tp dia lempeng aja...dia ga pnya emosi ato apa ya ampun... sumpah langka bgt

2022-04-14

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 | Gadis Kutub?
2 Chapter 2 | Lelaki Es
3 Chapter 3 | Perjodohan
4 Chapter 4 | Pertemuan
5 Chapter 5 | Berangkat Bersama
6 Chapter 6 | Gara-Gara Baju Pengantin
7 Chapter 7 | Undangan Pernikahan
8 Chapter 8 | Acara Barbeque
9 Chapter 9 | Bukan Cinta (Spesial Hafi & Laily)
10 Chapter 10 | Wedding Day
11 Chapter 11 | Wedding Day (2)
12 Chapter 12 | Malam Pertama?
13 Chapter 13 | Insiden Bangun Tidur
14 Chapter 14 | Jalan-Jalan
15 Chapter 15 | Rumah Baru
16 Chapter 16 | PDKT Lagi
17 Chapter 17 | Dosen Baru
18 Chapter 18 | Makan Malam Keluarga
19 Chapter 19 | Anton Marah
20 Chapter 20 | Usaha Minta Maaf
21 Chapter 21 | Anton Marah, Lagi?
22 Chapter 22 | Akhirnya Tahu, Berakhir Malu
23 Chapter 23 | Hadiah Spesial
24 Chapter 24 | Satu Kamar
25 Chapter 25 | Senyum Antonio
26 Chapter 26 | Belanja Bulanan
27 Chapter 27 | Natashya Ngidam?
28 Chapter 28 | Alfira Imelda
29 Chapter 29 | Teman vs Istri
30 Chapter 30 | ‘Tamu’ Natashya
31 Chapter 31 | Cewek dengan Segala Hormonnya
32 Chapter 32 | Pertemuan Fira dan Natashya
33 Chapter 33 | Natashya Sakit
34 Chapter 34 | Natashya Sakit (2)
35 Chapter 35 | Rencana Bunda dan Mama
36 Chapter 36 | Hampir Lepas Kendali
37 Chapter 37 | Akibat dari Rencana
38 Chapter 38 | Dimaafkan
39 Chapter 39 | Si Nyamuk Tampan
40 Chapter 40 | Mata-Mata Rumah
41 Chapter 41 | Welcome in Paris
42 Chapter 42 | Jalan-Jalan di Paris
43 Chapter 43 | Suara Hati
44 Chapter 44 | I Love You
45 Chapter 45 | First Night
46 Chapter 46 | Pertemuan Tak Diinginkan
47 Chapter 47 | Natashya Tidak Suka
48 Chapter 48 | Oleh-Oleh untuk Randy
49 Chapter 49 | Dokter vs Ulet Bulu
50 Chapter 50 | Ambil Saja
51 Chapter 51 | Macan Betina Anton
52 Chapter 52 | Panggilan Darurat
53 Chapter 53 | Hadiah Apa?
54 Chapter 54 | Rencana Mereka
55 Chapter 55 | Kamu Kenapa?
56 Chapter 56 | Natashya Hilang!
57 I’m Sorry:(
58 Chapter 57 | Selamat Ulang Tahun, Antonio
59 Chapter 58 | Selamat Ulang Tahun, Antonio (2)
60 Chapter 59 | Jogging Berdua
61 Chapter 60 | Kedatangan Fira
62 Chapter 61 | Merasa Familiar
63 Chapter 62 | Kabar Gembira
64 Chapter 63 | Perhatian Berlebih
65 Chapter 64 | Tingkah Natashya
66 Chapter 65 | Mood si Bumil
67 Chapter 66 | Sosok Gadis
68 Chapter 67 | Azlan, Azizah, dan Naufal
69 Chapter 68 | Salah Paham
70 Chapter 69 | Dia Pergi...
71 Chapter 70 | Kecewa
72 Chapter 71 | Menyesal
73 Chapter 72 | Harus Bangkit
74 Chapter 73 | Maafkan Aku
75 Chapter 74 | Bertemu Azlan
76 Chapter 75 | Fakta Baru
77 Chapter 76 | Suara Hati Anton
78 Chapter 77 | Pulang
79 Chapter 78 | Pulang (2)
80 Chapter 79 | Nasihat Sahabat
81 Chapter 80 | Masih Berlanjut
82 Chapter 81 | Kedatangan Randy
83 Chapter 82 | Perpisahan
84 Chapter 83 | Kehadiran Sahabat
85 Chapter 84 | Mulai Bekerja
86 Chapter 85 | Siapa Pengirimnya?
87 Chapter 86 | Petunjuk Baru
88 Chapter 87 | Natashya Pulang
89 Chapter 88 | Waktu Berdua
90 Chapter 89 | Gadis Misterius
91 Chapter 90 | Masa Lalu Natashya
92 Chapter 91 | Bertemu Alka
93 Chapter 92 | Nomor Aisha
94 Chapter 93 | Kakak Kesayangan Natashya
95 Chapter 94 | Liburan
96 Chapter 95 | Bertemu Aisha
97 Chapter 96 | Berusaha Menjelaskan
98 Chapter 97 | Tawaran Natashya
99 Chapter 98 | Rencana Kejutan
100 Chapter 99 | Rencana Kejutan (2)
101 Chapter 100 | Hampir Ketahuan
102 Chapter 101 | Selamat Ulang Tahun, Natashya
103 Chapter 102 | Aisha Datang
104 Chapter 103 | Apa Penyebabnya?
105 Chapter 104 | Lahirnya Sang Adik
106 Chapter 105 | Calon Kembaran Natashya
107 Chapter 106 | Perjalanan Cinta (Spesial Hafi & Laily)
108 Chapter 107 | Tentang Yosua
109 Chapter 108 | Kedatangan Yosua
110 Chapter 109 | OLD?
111 Chapter 110 | Asumsi Baru + Side Story Special
112 Chapter 111 | Dialah Pelakunya
113 Chapter 112 | Masa Lalu Yosua
114 Chapter 113 | Aku...
115 Chapter 114 | Butuh Bantuan
116 Chapter 115 | Bujukan
117 Chapter 116 | Bertemu Dokter
118 Chapter 117 | Harus Merasa Beruntung
119 Chapter 118 | Harapan Ayah Heru
120 Chapter 119 | Kelahiran Sang Anak
121 Chapter 120 | The Last: Welcome Baby K
122 Bonus Chapter 1
123 Bonus Chapter 2
124 Bonus Chapter 3
125 Promosi [Cruel Mafia vs Cool Mafia]
Episodes

Updated 125 Episodes

1
Chapter 1 | Gadis Kutub?
2
Chapter 2 | Lelaki Es
3
Chapter 3 | Perjodohan
4
Chapter 4 | Pertemuan
5
Chapter 5 | Berangkat Bersama
6
Chapter 6 | Gara-Gara Baju Pengantin
7
Chapter 7 | Undangan Pernikahan
8
Chapter 8 | Acara Barbeque
9
Chapter 9 | Bukan Cinta (Spesial Hafi & Laily)
10
Chapter 10 | Wedding Day
11
Chapter 11 | Wedding Day (2)
12
Chapter 12 | Malam Pertama?
13
Chapter 13 | Insiden Bangun Tidur
14
Chapter 14 | Jalan-Jalan
15
Chapter 15 | Rumah Baru
16
Chapter 16 | PDKT Lagi
17
Chapter 17 | Dosen Baru
18
Chapter 18 | Makan Malam Keluarga
19
Chapter 19 | Anton Marah
20
Chapter 20 | Usaha Minta Maaf
21
Chapter 21 | Anton Marah, Lagi?
22
Chapter 22 | Akhirnya Tahu, Berakhir Malu
23
Chapter 23 | Hadiah Spesial
24
Chapter 24 | Satu Kamar
25
Chapter 25 | Senyum Antonio
26
Chapter 26 | Belanja Bulanan
27
Chapter 27 | Natashya Ngidam?
28
Chapter 28 | Alfira Imelda
29
Chapter 29 | Teman vs Istri
30
Chapter 30 | ‘Tamu’ Natashya
31
Chapter 31 | Cewek dengan Segala Hormonnya
32
Chapter 32 | Pertemuan Fira dan Natashya
33
Chapter 33 | Natashya Sakit
34
Chapter 34 | Natashya Sakit (2)
35
Chapter 35 | Rencana Bunda dan Mama
36
Chapter 36 | Hampir Lepas Kendali
37
Chapter 37 | Akibat dari Rencana
38
Chapter 38 | Dimaafkan
39
Chapter 39 | Si Nyamuk Tampan
40
Chapter 40 | Mata-Mata Rumah
41
Chapter 41 | Welcome in Paris
42
Chapter 42 | Jalan-Jalan di Paris
43
Chapter 43 | Suara Hati
44
Chapter 44 | I Love You
45
Chapter 45 | First Night
46
Chapter 46 | Pertemuan Tak Diinginkan
47
Chapter 47 | Natashya Tidak Suka
48
Chapter 48 | Oleh-Oleh untuk Randy
49
Chapter 49 | Dokter vs Ulet Bulu
50
Chapter 50 | Ambil Saja
51
Chapter 51 | Macan Betina Anton
52
Chapter 52 | Panggilan Darurat
53
Chapter 53 | Hadiah Apa?
54
Chapter 54 | Rencana Mereka
55
Chapter 55 | Kamu Kenapa?
56
Chapter 56 | Natashya Hilang!
57
I’m Sorry:(
58
Chapter 57 | Selamat Ulang Tahun, Antonio
59
Chapter 58 | Selamat Ulang Tahun, Antonio (2)
60
Chapter 59 | Jogging Berdua
61
Chapter 60 | Kedatangan Fira
62
Chapter 61 | Merasa Familiar
63
Chapter 62 | Kabar Gembira
64
Chapter 63 | Perhatian Berlebih
65
Chapter 64 | Tingkah Natashya
66
Chapter 65 | Mood si Bumil
67
Chapter 66 | Sosok Gadis
68
Chapter 67 | Azlan, Azizah, dan Naufal
69
Chapter 68 | Salah Paham
70
Chapter 69 | Dia Pergi...
71
Chapter 70 | Kecewa
72
Chapter 71 | Menyesal
73
Chapter 72 | Harus Bangkit
74
Chapter 73 | Maafkan Aku
75
Chapter 74 | Bertemu Azlan
76
Chapter 75 | Fakta Baru
77
Chapter 76 | Suara Hati Anton
78
Chapter 77 | Pulang
79
Chapter 78 | Pulang (2)
80
Chapter 79 | Nasihat Sahabat
81
Chapter 80 | Masih Berlanjut
82
Chapter 81 | Kedatangan Randy
83
Chapter 82 | Perpisahan
84
Chapter 83 | Kehadiran Sahabat
85
Chapter 84 | Mulai Bekerja
86
Chapter 85 | Siapa Pengirimnya?
87
Chapter 86 | Petunjuk Baru
88
Chapter 87 | Natashya Pulang
89
Chapter 88 | Waktu Berdua
90
Chapter 89 | Gadis Misterius
91
Chapter 90 | Masa Lalu Natashya
92
Chapter 91 | Bertemu Alka
93
Chapter 92 | Nomor Aisha
94
Chapter 93 | Kakak Kesayangan Natashya
95
Chapter 94 | Liburan
96
Chapter 95 | Bertemu Aisha
97
Chapter 96 | Berusaha Menjelaskan
98
Chapter 97 | Tawaran Natashya
99
Chapter 98 | Rencana Kejutan
100
Chapter 99 | Rencana Kejutan (2)
101
Chapter 100 | Hampir Ketahuan
102
Chapter 101 | Selamat Ulang Tahun, Natashya
103
Chapter 102 | Aisha Datang
104
Chapter 103 | Apa Penyebabnya?
105
Chapter 104 | Lahirnya Sang Adik
106
Chapter 105 | Calon Kembaran Natashya
107
Chapter 106 | Perjalanan Cinta (Spesial Hafi & Laily)
108
Chapter 107 | Tentang Yosua
109
Chapter 108 | Kedatangan Yosua
110
Chapter 109 | OLD?
111
Chapter 110 | Asumsi Baru + Side Story Special
112
Chapter 111 | Dialah Pelakunya
113
Chapter 112 | Masa Lalu Yosua
114
Chapter 113 | Aku...
115
Chapter 114 | Butuh Bantuan
116
Chapter 115 | Bujukan
117
Chapter 116 | Bertemu Dokter
118
Chapter 117 | Harus Merasa Beruntung
119
Chapter 118 | Harapan Ayah Heru
120
Chapter 119 | Kelahiran Sang Anak
121
Chapter 120 | The Last: Welcome Baby K
122
Bonus Chapter 1
123
Bonus Chapter 2
124
Bonus Chapter 3
125
Promosi [Cruel Mafia vs Cool Mafia]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!