Chapter 2 | Lelaki Es

“Nton, perusahaan JG Group ngirim berkas penawaran kerja sama ke perusahaan kita. Gimana menurut lo? Terima apa nggak?” tanya Rio—sahabat sekaligus sekretaris Antonio di perusahaan AG Groups.

Jadi, kalau lagi berdua seperti ini, Rio akan berbicara non-formal pada Anton.

Tanpa menjawab pertanyaan sekretarisnya, Anton menjulurkan tangan, bermaksud ingin mengambil dokumen kerja sama yang Rio bawa. Dengan sigap, Rio menyerahkannya.

Usai membaca keseluruhan dengan teliti, lelaki itu tampak bergumam kecil. “Atur pertemuan gue sama mereka. Gue mau diskusi dulu sebelum ngambil keputusan.”

“Oke.”

Selepas mendapat jawaban, Rio bergegas keluar dari ruangan CEO menuju ruangannya sendiri. Percayalah, atmosfer di ruangan CEO dengan ruangan lain sangatlah berbeda rasanya.

Di sana... sangat dingin.

Anton menyandarkan tubuhnya ke kursi kebesaran selepas menandatangani beberapa dokumen. Bekerja semacam ini memang melelahkan, tapi ini adalah tanggung jawab Anton sebagai anak tunggal dari papa dan mamanya.

Ingin kabur, tapi masa depannya terancam. Gawat bin darurat ini mah.

Mata Anton melirik ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangan sekilas. Menyadari bahwa kuliahnya akan dimulai beberapa jam lagi, ia bergegas keluar dari ruangan. “Gue duluan, Yo,” ucap Anton sewaktu melewati Rio.

Rio mendongak, menatap Anton yang sudah berjalan duluan tanpa menunggu balasan darinya. Ia pun ikut melihat jam di tangannya.

“Anjir, gue telat!”

...❄️❄️❄️...

Anton sedang memakan makanannya dengan khidmat. Sebelum datang ke kampus, ia pulang untuk mengganti pakaian lebih dulu. Tio dan Nia—orang tua Anton—sudah menanti kehadiran putra tunggal mereka di meja makan.

“Gimana pekerjaan kamu di kantor, Nio?” tanya Tio di sela acara makan mereka.

Antonio—dengan panggilan kecil Nio—mendongak, menatap papanya intens. “Biasa aja, Pa.”

Mengerti dengan ucapan sang anak, Tio mengangguk paham. Putranya memang bisa diandalkan.

“Terus, kapan kamu menikah, Yo?”

Arrgghh... pertanyaan ini lagi!

Semenjak umur Anton menginjak angka 27, Nia selalu menjejali kehidupannya dengan pertanyaan serupa.

Entah seputar menantu atau cucu.

Hei, Anton, kan, masih ingin bebas, Ma.

Anton meletakkan sendok dan garpunya ke piring, menatap Nia dengan ekspresi termalas yang ia punya. “Mungkin tiga tahun lagi?” ucap Anton asal.

Hei, bukan itu yang gue mau bilang tadi!

Mampus, Mama marah!

Nia melotot kesal. “Tiga tahun kamu bilang?! Kamu mau Mama sama Papa mleyot sama keriput dulu baru kamu menikah?! Terus kapan Mama gendong cucunya? Mama tuh pengen rumah kita jadi rame, Yo.”

Anton menghela napas. “Ya udah, Mama sama Papa buat adik lagi nggak pa pa.”

Sekarang giliran Tio yang melotot. “Kamu pikir umur Mama-mu masih semuda itu buat melahirkan?”

Nia ikut melotot. “Jadi, Papa mau bilang kalo Mama udah tua, gitu?!”

Tio cengengesan. Ia segera menyatukan tangan di depan dada. “Ampun, Ma. Bukan gitu maksud Papa.”

Anton berubah menjadi penonton dadakan pertengkaran orang tuanya. Yah, seperti inilah keadaan rumah keluarga Anton. Berisik dan ramai walaupun tanpa kehadiran anak kecil. Orang tuanya saja sudah cukup untuk membuat rumah bising.

“Nio berangkat dulu, Pa, Ma.”

Sudahlah, lebih baik kabur saja.

...❄️❄️❄️...

Anton tiba di universitas tempatnya mengimba ilmu dengan mobil H***a B**o putih miliknya. Turun dari mobil dengan gaya yang cool sangat mencerminkan siapa Antonio. Idola kampus tentu saja.

“OMG! Anton, guys!”

“Cakepnya... nggak kuat hati gue.”

“Plis, tahan gue. Mau pingsan, nih.”

“Anton, my prince!”

“Hai, Anton!” sapa seorang gadis yang datang dengan senyum secerah matahari. Sebut saja Lidia Fedora. Atau mau manggil cabe-cabean juga boleh, haha.

Make up tebal Lidia adalah ciri khas gadis itu. Pakaian mini kekurangan bahan selalu menjadi kesehariannya. Niatnya, ingin mengambil hati Anton dengan berpakaian seperti itu.

Tapi, perlu kalian ketahui, Anton membenci gadis semacam Lidia.

Ditambah, lelaki itu tidak yakin kalau gadis ini masih perawan atau tidak. Nilai minus untuk Lidia, hm.

Tak menghiraukan Lidia, Anton berjalan pergi begitu saja. Pokoknya ingin segera sampai di kelas dan duduk di sana sambil mendengarkan lagu di earphone kesayangan.

Lidia menghentakkan kakinya ke tanah dengan kesal. “Kenapa, sih, tuh cowok ademnya macem es?! Kan, jadi susah deketinnya.” Gadis itu mendengkus sebal.

Pokoknya lo harus jadi milik gue, Nton! Jadi milik Lidia seorang!

Di sisi lain, Anton sudah tiba di ruangannya. Ia duduk di bangku seperti biasa bersama kedua sahabatnya sejak SMP.

Perhatian aja, nih, mereka berdua agak bobrok. Jadi, waspada, ya.

“Lembur lo?” tanya Hafi setengah meledek. Sudah sangat hafal di luar kepala seperti apa kepribadian Anton. “Mukanya kusut amat, Bang.”

Anton mendelik tajam. “Diem!” sinis lelaki itu malas.

Rio yang duduk di sebelah Hafi hanya bisa menepuk bahu lelaki itu dramatis. “Sabar, ya. Ngobrol sama es emang meng-dingin.”

“Anjir, meng-dingin.”

“Tugas Bu Hiki udah selesai belum lo pada?” tanya Rio.

“Udah, lah!” Hafi berbangga diri dengan menepuk dadanya dramatis. Seakan hal tadi merupakan sesuatu yang patut dibanggakan dan sangat langka.

Ehm, memang iya, sih. Kan, Hafi lebih suka nyontek daripada ngerjain, haha.

“Nton, lo udah, kan?” tanya Rio.

Anton yang sedang memasang earphone jadi menghentikan aktivitasnya sejenak. Menoleh pada sahabatnya dengan tampang datar. “Menurut lo?” desis lelaki itu tajam.

Mendapat balasan seperti itu dari Anton, Rio tersadar bahwa pertanyaan tadi seperti sedang meledek si lulusan terbaik. Ia lupa, Antonio, kan, lulusan terbaik angkatan sebelumnya. Lelaki itu sedang menjalani studi S2-nya sekarang.

“Sorry, Bro.”

Sekarang giliran Hafi yang menepuk-nepuk bahu Rio dramatis. Mengundang kerutan bingung di dahi Rio karena tak mengerti dengan ekspresi memelas pada wajah Hafi. “Kenapa lo?”

“Yang sabar, Bro. Ngobrol sama manusia es emang meng-nohok.”

“Anjir lo!”

...❄️❄️❄️...

“Bentar, guys. Gue mau ke toilet dulu, hehe.” Usai mengatakannya, Hafi melesat keluar ruangan. Kelas baru saja selesai dan dosen sudah keluar. Ketiga lelaki tampan itu memutuskan untuk pergi ke kantin sebelum kelas selanjutnya dimulai.

“Nton, lo tau nggak—”

“Nggak.”

“Gue belom selesai ngomong, Anton!” Rio berdecak.

“Oh.”

Rio menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan kalimatnya. Semacam persiapan jika Anton ingin membuat emosinya membuncah lagi. “Gue tadi liat si bunga kampus di parkiran. Dia cuanntiikk parah, Bro!”

“Oh.”

“Oh doang?” tanya Rio tak percaya. “Dia bunga kampus, lho. Dan, reaksi lo cuma ‘oh’?”

Anton menaikkan sebelah alisnya. “Terus?”

Sudahlah! Rio melambaikan tangan pada kamera sekarang.

“Nggak pa pa. Ayo ke kantin.”

Kedua lelaki itu berjalan bersisian menuju kantin. Sesekali Rio melemparkan candaan garing yang sama sekali tidak Anton hiraukan.

“Nton, si Hafi ngapain di sana?” Rio menunjuk sosok lelaki yang berdiri membelakangi mereka. Dari posturnya, sih, memang seperti Hafi. “Samperin, yuk.” Rio menarik paksa lengan Anton agar mau ikut bersamanya.

“Bro, ngapain lo di sini?”

Hafi menoleh ke belakang. Ia tersenyum begitu lebar pada kedua sahabatnya. “Gue tadi nabrak, nih, cewek,” jelasnya singkat. Ketiga manusia itu lalu memusatkan perhatian pada sosok gadis yang maniknya sudah berbinar lucu.

Gemesin, deh.

Pandangan Rio jatuh pada sosok gadis lain yang sedang sibuk memainkan ponsel—si bunga kampus yang tengah berdiri di belakang gadis manis itu. Lho? Ini, kan—

“Nton,” ucap Rio berbisik. “Cewek yang berdiri di belakang itu, lho.” Anton melirik gadis yang Rio maksud. “Dia si bunga kampus yang gue ceritain. Namanya... Natashya. Cantik, kan?”

Anton menatap lekat gadis bernama Natashya dari ujung rambut sampai kaki. Memang, sih, body dan wajah gadis ini hampir sempurna.

“Biasa aja,” jawab Anton santai.

Merasa diperhatikan, Natashya mendongak, menatap datar pada Rio, Hafi, dan Anton bergantian. Lalu tanpa aba-aba pergi dari sana tanpa memberitahu sahabatnya.

“Shya, liat, deh. Ini ada—” Gadis manis bernama Laily itu menoleh ke belakang. Ia tidak menemukan siapa pun. “Lho? Shya? Natashya? Lo di mana?” Laily celingukan mencari ke kanan dan ke kiri.

Hafi yang melihat ekspresi lucu Laily jadi tertawa. Rio pun terkekeh pelan. Anton masih memasang muka datar seperti biasa. “Temen lo yang tadi? Dia udah ke kantin duluan tadi,” ucap Hafi memberitahu.

Laily terlihat syok mendengarnya.

“NATASHYA!! TEGA-TEGANYA LO NINGGALIN TEMEN IMUT LO DI SINI SENDIRIAN!”

“GUE DOAIN, LO KESELEK BIJI SALAK BIAR MAMPUS!”

Laily pun pergi dengan kaki dihentak-hentak. Ketiga lelaki tadi terus memperhatikan gadis itu sampai hilang di belokan.

“Dia manis, ya,” celetuk Hafi yang masih memperhatikan lorong tadi.

“Ciee... ada yang jatuh cinta, nih,” ledek Rio sengaja.

Hafi yang baru sadar akan celetukannya segera mengelak. “Dih, mana ada. Gue tadi... cuma kritik doang kali. Belum tentu gue suka.”

Rio terus menggoda Hafi yang mukanya nampak memerah malu. Sedangkan Anton bergegas pergi dari sana tanpa memberitahu. Malas melihat adegan konyol yang terjadi antara kedua sahabatnya.

Natashya? Kayaknya... gue pernah liat, deh.

Tapi, di mana, ya?

^^^To be continue...^^^

...❄️❄️❄️...

Gimana? Suka nggak ceritanya?

Semoga kalian suka, ya. Ay cuma penulis baru kok. Jadi, maklum kalo agak... yah, gitulah.

Hehe..

See you di chapter berikutnya!

Terpopuler

Comments

Aminah New

Aminah New

Ais ...sama sama keras

2022-11-15

1

Icha Santana

Icha Santana

suka
es vs es
hahahhaa

2022-04-14

1

Dewi Supriani

Dewi Supriani

suka semangat terus thor

2022-04-11

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 | Gadis Kutub?
2 Chapter 2 | Lelaki Es
3 Chapter 3 | Perjodohan
4 Chapter 4 | Pertemuan
5 Chapter 5 | Berangkat Bersama
6 Chapter 6 | Gara-Gara Baju Pengantin
7 Chapter 7 | Undangan Pernikahan
8 Chapter 8 | Acara Barbeque
9 Chapter 9 | Bukan Cinta (Spesial Hafi & Laily)
10 Chapter 10 | Wedding Day
11 Chapter 11 | Wedding Day (2)
12 Chapter 12 | Malam Pertama?
13 Chapter 13 | Insiden Bangun Tidur
14 Chapter 14 | Jalan-Jalan
15 Chapter 15 | Rumah Baru
16 Chapter 16 | PDKT Lagi
17 Chapter 17 | Dosen Baru
18 Chapter 18 | Makan Malam Keluarga
19 Chapter 19 | Anton Marah
20 Chapter 20 | Usaha Minta Maaf
21 Chapter 21 | Anton Marah, Lagi?
22 Chapter 22 | Akhirnya Tahu, Berakhir Malu
23 Chapter 23 | Hadiah Spesial
24 Chapter 24 | Satu Kamar
25 Chapter 25 | Senyum Antonio
26 Chapter 26 | Belanja Bulanan
27 Chapter 27 | Natashya Ngidam?
28 Chapter 28 | Alfira Imelda
29 Chapter 29 | Teman vs Istri
30 Chapter 30 | ‘Tamu’ Natashya
31 Chapter 31 | Cewek dengan Segala Hormonnya
32 Chapter 32 | Pertemuan Fira dan Natashya
33 Chapter 33 | Natashya Sakit
34 Chapter 34 | Natashya Sakit (2)
35 Chapter 35 | Rencana Bunda dan Mama
36 Chapter 36 | Hampir Lepas Kendali
37 Chapter 37 | Akibat dari Rencana
38 Chapter 38 | Dimaafkan
39 Chapter 39 | Si Nyamuk Tampan
40 Chapter 40 | Mata-Mata Rumah
41 Chapter 41 | Welcome in Paris
42 Chapter 42 | Jalan-Jalan di Paris
43 Chapter 43 | Suara Hati
44 Chapter 44 | I Love You
45 Chapter 45 | First Night
46 Chapter 46 | Pertemuan Tak Diinginkan
47 Chapter 47 | Natashya Tidak Suka
48 Chapter 48 | Oleh-Oleh untuk Randy
49 Chapter 49 | Dokter vs Ulet Bulu
50 Chapter 50 | Ambil Saja
51 Chapter 51 | Macan Betina Anton
52 Chapter 52 | Panggilan Darurat
53 Chapter 53 | Hadiah Apa?
54 Chapter 54 | Rencana Mereka
55 Chapter 55 | Kamu Kenapa?
56 Chapter 56 | Natashya Hilang!
57 I’m Sorry:(
58 Chapter 57 | Selamat Ulang Tahun, Antonio
59 Chapter 58 | Selamat Ulang Tahun, Antonio (2)
60 Chapter 59 | Jogging Berdua
61 Chapter 60 | Kedatangan Fira
62 Chapter 61 | Merasa Familiar
63 Chapter 62 | Kabar Gembira
64 Chapter 63 | Perhatian Berlebih
65 Chapter 64 | Tingkah Natashya
66 Chapter 65 | Mood si Bumil
67 Chapter 66 | Sosok Gadis
68 Chapter 67 | Azlan, Azizah, dan Naufal
69 Chapter 68 | Salah Paham
70 Chapter 69 | Dia Pergi...
71 Chapter 70 | Kecewa
72 Chapter 71 | Menyesal
73 Chapter 72 | Harus Bangkit
74 Chapter 73 | Maafkan Aku
75 Chapter 74 | Bertemu Azlan
76 Chapter 75 | Fakta Baru
77 Chapter 76 | Suara Hati Anton
78 Chapter 77 | Pulang
79 Chapter 78 | Pulang (2)
80 Chapter 79 | Nasihat Sahabat
81 Chapter 80 | Masih Berlanjut
82 Chapter 81 | Kedatangan Randy
83 Chapter 82 | Perpisahan
84 Chapter 83 | Kehadiran Sahabat
85 Chapter 84 | Mulai Bekerja
86 Chapter 85 | Siapa Pengirimnya?
87 Chapter 86 | Petunjuk Baru
88 Chapter 87 | Natashya Pulang
89 Chapter 88 | Waktu Berdua
90 Chapter 89 | Gadis Misterius
91 Chapter 90 | Masa Lalu Natashya
92 Chapter 91 | Bertemu Alka
93 Chapter 92 | Nomor Aisha
94 Chapter 93 | Kakak Kesayangan Natashya
95 Chapter 94 | Liburan
96 Chapter 95 | Bertemu Aisha
97 Chapter 96 | Berusaha Menjelaskan
98 Chapter 97 | Tawaran Natashya
99 Chapter 98 | Rencana Kejutan
100 Chapter 99 | Rencana Kejutan (2)
101 Chapter 100 | Hampir Ketahuan
102 Chapter 101 | Selamat Ulang Tahun, Natashya
103 Chapter 102 | Aisha Datang
104 Chapter 103 | Apa Penyebabnya?
105 Chapter 104 | Lahirnya Sang Adik
106 Chapter 105 | Calon Kembaran Natashya
107 Chapter 106 | Perjalanan Cinta (Spesial Hafi & Laily)
108 Chapter 107 | Tentang Yosua
109 Chapter 108 | Kedatangan Yosua
110 Chapter 109 | OLD?
111 Chapter 110 | Asumsi Baru + Side Story Special
112 Chapter 111 | Dialah Pelakunya
113 Chapter 112 | Masa Lalu Yosua
114 Chapter 113 | Aku...
115 Chapter 114 | Butuh Bantuan
116 Chapter 115 | Bujukan
117 Chapter 116 | Bertemu Dokter
118 Chapter 117 | Harus Merasa Beruntung
119 Chapter 118 | Harapan Ayah Heru
120 Chapter 119 | Kelahiran Sang Anak
121 Chapter 120 | The Last: Welcome Baby K
122 Bonus Chapter 1
123 Bonus Chapter 2
124 Bonus Chapter 3
125 Promosi [Cruel Mafia vs Cool Mafia]
Episodes

Updated 125 Episodes

1
Chapter 1 | Gadis Kutub?
2
Chapter 2 | Lelaki Es
3
Chapter 3 | Perjodohan
4
Chapter 4 | Pertemuan
5
Chapter 5 | Berangkat Bersama
6
Chapter 6 | Gara-Gara Baju Pengantin
7
Chapter 7 | Undangan Pernikahan
8
Chapter 8 | Acara Barbeque
9
Chapter 9 | Bukan Cinta (Spesial Hafi & Laily)
10
Chapter 10 | Wedding Day
11
Chapter 11 | Wedding Day (2)
12
Chapter 12 | Malam Pertama?
13
Chapter 13 | Insiden Bangun Tidur
14
Chapter 14 | Jalan-Jalan
15
Chapter 15 | Rumah Baru
16
Chapter 16 | PDKT Lagi
17
Chapter 17 | Dosen Baru
18
Chapter 18 | Makan Malam Keluarga
19
Chapter 19 | Anton Marah
20
Chapter 20 | Usaha Minta Maaf
21
Chapter 21 | Anton Marah, Lagi?
22
Chapter 22 | Akhirnya Tahu, Berakhir Malu
23
Chapter 23 | Hadiah Spesial
24
Chapter 24 | Satu Kamar
25
Chapter 25 | Senyum Antonio
26
Chapter 26 | Belanja Bulanan
27
Chapter 27 | Natashya Ngidam?
28
Chapter 28 | Alfira Imelda
29
Chapter 29 | Teman vs Istri
30
Chapter 30 | ‘Tamu’ Natashya
31
Chapter 31 | Cewek dengan Segala Hormonnya
32
Chapter 32 | Pertemuan Fira dan Natashya
33
Chapter 33 | Natashya Sakit
34
Chapter 34 | Natashya Sakit (2)
35
Chapter 35 | Rencana Bunda dan Mama
36
Chapter 36 | Hampir Lepas Kendali
37
Chapter 37 | Akibat dari Rencana
38
Chapter 38 | Dimaafkan
39
Chapter 39 | Si Nyamuk Tampan
40
Chapter 40 | Mata-Mata Rumah
41
Chapter 41 | Welcome in Paris
42
Chapter 42 | Jalan-Jalan di Paris
43
Chapter 43 | Suara Hati
44
Chapter 44 | I Love You
45
Chapter 45 | First Night
46
Chapter 46 | Pertemuan Tak Diinginkan
47
Chapter 47 | Natashya Tidak Suka
48
Chapter 48 | Oleh-Oleh untuk Randy
49
Chapter 49 | Dokter vs Ulet Bulu
50
Chapter 50 | Ambil Saja
51
Chapter 51 | Macan Betina Anton
52
Chapter 52 | Panggilan Darurat
53
Chapter 53 | Hadiah Apa?
54
Chapter 54 | Rencana Mereka
55
Chapter 55 | Kamu Kenapa?
56
Chapter 56 | Natashya Hilang!
57
I’m Sorry:(
58
Chapter 57 | Selamat Ulang Tahun, Antonio
59
Chapter 58 | Selamat Ulang Tahun, Antonio (2)
60
Chapter 59 | Jogging Berdua
61
Chapter 60 | Kedatangan Fira
62
Chapter 61 | Merasa Familiar
63
Chapter 62 | Kabar Gembira
64
Chapter 63 | Perhatian Berlebih
65
Chapter 64 | Tingkah Natashya
66
Chapter 65 | Mood si Bumil
67
Chapter 66 | Sosok Gadis
68
Chapter 67 | Azlan, Azizah, dan Naufal
69
Chapter 68 | Salah Paham
70
Chapter 69 | Dia Pergi...
71
Chapter 70 | Kecewa
72
Chapter 71 | Menyesal
73
Chapter 72 | Harus Bangkit
74
Chapter 73 | Maafkan Aku
75
Chapter 74 | Bertemu Azlan
76
Chapter 75 | Fakta Baru
77
Chapter 76 | Suara Hati Anton
78
Chapter 77 | Pulang
79
Chapter 78 | Pulang (2)
80
Chapter 79 | Nasihat Sahabat
81
Chapter 80 | Masih Berlanjut
82
Chapter 81 | Kedatangan Randy
83
Chapter 82 | Perpisahan
84
Chapter 83 | Kehadiran Sahabat
85
Chapter 84 | Mulai Bekerja
86
Chapter 85 | Siapa Pengirimnya?
87
Chapter 86 | Petunjuk Baru
88
Chapter 87 | Natashya Pulang
89
Chapter 88 | Waktu Berdua
90
Chapter 89 | Gadis Misterius
91
Chapter 90 | Masa Lalu Natashya
92
Chapter 91 | Bertemu Alka
93
Chapter 92 | Nomor Aisha
94
Chapter 93 | Kakak Kesayangan Natashya
95
Chapter 94 | Liburan
96
Chapter 95 | Bertemu Aisha
97
Chapter 96 | Berusaha Menjelaskan
98
Chapter 97 | Tawaran Natashya
99
Chapter 98 | Rencana Kejutan
100
Chapter 99 | Rencana Kejutan (2)
101
Chapter 100 | Hampir Ketahuan
102
Chapter 101 | Selamat Ulang Tahun, Natashya
103
Chapter 102 | Aisha Datang
104
Chapter 103 | Apa Penyebabnya?
105
Chapter 104 | Lahirnya Sang Adik
106
Chapter 105 | Calon Kembaran Natashya
107
Chapter 106 | Perjalanan Cinta (Spesial Hafi & Laily)
108
Chapter 107 | Tentang Yosua
109
Chapter 108 | Kedatangan Yosua
110
Chapter 109 | OLD?
111
Chapter 110 | Asumsi Baru + Side Story Special
112
Chapter 111 | Dialah Pelakunya
113
Chapter 112 | Masa Lalu Yosua
114
Chapter 113 | Aku...
115
Chapter 114 | Butuh Bantuan
116
Chapter 115 | Bujukan
117
Chapter 116 | Bertemu Dokter
118
Chapter 117 | Harus Merasa Beruntung
119
Chapter 118 | Harapan Ayah Heru
120
Chapter 119 | Kelahiran Sang Anak
121
Chapter 120 | The Last: Welcome Baby K
122
Bonus Chapter 1
123
Bonus Chapter 2
124
Bonus Chapter 3
125
Promosi [Cruel Mafia vs Cool Mafia]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!