Kisah Kita

Kisah Kita

Chapter 1 | Gadis Kutub?

“Hei, liat noh! Itu Natashya!”

“Ya Tuhan, cantik bener bidadari gue!”

“Masdep gue dateng, guys!”

“Insya Allah jadi bini, AMIN!”

“Bentar-bentar, gue udah wangi belum?” Mahasiswa yang satu ini mencium ketiaknya sendiri bergantian.

“Mau ngapain lo?”

“Samperin, lah!” Mahasiswa itu merapikan jaketnya dan berjalan ke arah Natashya, gadis pujaan hatinya, dengan langkah tegap. “Hai, Shya!” sapa lelaki itu.

Kariva Diana Natashya, gadis yang sedang berjalan sendirian di koridor dengan raut datarnya, mendadak berhenti berjalan karena lelaki tadi. Alisnya terangkat sebelah, merasa bingung dengan lelaki yang ada di hadapannya ini.

Dia siapa?

“Kenalin, gue Andrean Riza, panggil aja Riza. Atau... lo mau panggil gue ‘ganteng’ atau ‘sayang’ juga boleh.” Lelaki itu mengedipkan sebelah matanya. Natashya yang melihat hanya menggelengkan kepalanya lirih. “Gue boleh minta nomor WhatsApp lo nggak?”

“Nggak.”

“Pfftt..” Beberapa lelaki yang berada di sekitar mereka menahan tawa karena penolakan Natashya yang to the point. Ayolah, siapa yang tidak kenal dengan Natashya?

Gadis cantik nomor satu yang paling anti dengan kaum adam. Dan, itu bukan rahasia lagi bagi semua orang di kampus X.

Riza mengusap dadanya dramatis. “Gitu amat, Shya.” Ia memasang ekspresi memelas. “Boleh, ya? Janji, deh, nggak akan gue kasih ke siapa pun.”

Natashya menghela napas. Ia merogoh saku dan meraih ponselnya. Maniknya menatap fokus ke layar ponsel. “081...”

Buru-buru Riza menulis ulang nomor yang Natashya sebutkan ke dalam ponselnya sendiri. Ia memekik girang di dalam hati. Sedangkan mahasiswa lainnya melongo melihat usaha Riza yang membuahkan hasil.

“Oke, thanks, ya, Shya.” Riza mengedipkan sebelah matanya.

Natashya langsung melangkah pergi usai menyebutkan deretan angka pada Riza. Sebelah sudut bibirnya terangkat sebelah, mengukir senyum sinis tanpa ada yang menduga.

Di belakang sana, Riza memekik senang. Semua teman-temannya langsung mengerubungi lelaki itu, ingin meminta penjelasan lebih lanjut.

“Parah! Lo bener-bener dikasih nomor telpon Natashya?”

“Anjir! Dia ngerespon lo, Riz!”

“Gue mau dong nomornya.”

“No, no, no! Gue udah janji nggak akan kasih nomor telponnya ke siapa pun. So... nggak boleh, hahaha...” Riza menamai nomor Natashya dengan panggilan “Bidadari Natashya” ditambah emot love di akhir.

Senyuman puas tercetak jelas di bibirnya.

“Coba lo telpon, cepet!” titah salah satu mahasiswa.

Riza membuat lingkaran dengan jari telunjuk dan ibu jarinya. “Oke.”

Tanpa basa-basi lagi, lelaki itu menekan fitur call pada nomor Natashya. Lalu memasang speaker agar semua orang di sana bisa mendengar percakapan mereka.

“Halo?”

“Ah, halo, Shya! Ini gue, Riza. Save nomor gue, ya.”

“Riza? Riza siapa, ya? Saya ndak kenal, Nduk.”

Semua orang yang mendengar jadi mengerutkan dahi. Sejak kapan Natashya berbicara dengan logat Jawa yang kental seperti ini?

“Shya, i–ini lo, kan?” tanya Riza ragu.

“Wah, Nduk-nya pasti salah. Saya Bu Nini, tukang pijat di Komplek Semut.”

“Hahahah....” Sontak semua orang di sana terbahak kencang. Berbeda dengan Riza yang sekarang mesem-mesem karena malu.

“Maaf, Bu. Saya salah sambung.” Riza langsung mematikan sambungan. Ia menatap kawan-kawannya dengan tajam. “Diem, woy!”

Anjir si Natashya. Masa gue dikasih nomer tukang pijet, sih?!

...❄️❄️❄️...

“Shya!” panggil Laily kencang. Ia melambai pada Natashya yang baru saja memasuki kelas. “Tumben baru dateng, Shya?”

Natashya hanya mengedikkan bahunya malas. Ia memang agak kesiangan hari ini gara-gara insiden kecil di rumahnya. Beruntung dia tidak terlambat tadi.

Laily yang sudah terbiasa dengan sikap dingin Natashya hanya bisa elus dada. Sekaligus berdoa dalam hati, moga, nih, anak dapet hidayah. Aminn....

“Tugas dari Pak Jerri udah lo selesain belum?” tanya Laily. Namun, ketika sadar bahwa kalimatnya SANGAT tidak cocok untuk Natashya, buru-buru ia meralatnya. “Eh, sorry. Gue lupa kalo gue lagi ngomong sama si lulusan terbaik angkatan dulu.”

Natashya menepuk bahu Laily sekali. “Jangan sampe lupa lagi.”

Laily melongo sejenak. Hei, bukankah kalimat itu benar-benar penuh makna? Seakan-akan Natashya sedang berkata, lo-keterlaluan-karna-lupain-kepinteran-gue.

Wah, tabok temen sendiri dosa nggak, sih?

Laily berdecak singkat. Lalu merubah raut wajahnya menjadi serius seraya mendekatkan diri pada Natashya yang duduk di sebelahnya. “Rahasia pinter lo apa, sih, Shya?” tanya Laily agak berbisik.

Natashya ikut mendekat dan berbisik kecil. “Gue pinter dari lahir. Jadi, nggak ada rahasianya.”

Sial! Laily benar-benar ingin menabok Natashya sampai puas sekarang!

...❄️❄️❄️...

Natashya dan Laily keluar dari ruangan setelah kelas berakhir. Laily nampak merenggangkan ototnya yang terasa kaku. Materi Pak Joko—dosen berkepala botak—itu keterlaluan bikin bosan dan mengundang kantuk yang luar biasa. Bersyukur setiap Laily hampir tertidur, Natashya selalu menginjak kakinya atau mencubit lengannya.

Tapi, itu sakit juga, sih. Tangannya sampai merah-merah.

“Kantin, yuk,” ajak Laily girang. Pokoknya, yang berhubungan dengan makanan, Laily akan berubah ekspresi dalam sekejap.

“Iya.”

Keduanya pun melangkah bersama ke arah kantin seraya bercengkerama. Oh, salah! Hanya Laily yang berbicara. Natashya hanya berdeham, mengangguk, dan menggeleng.

Iya, itu saja.

Nih, cewek lair di Kutub atau gimana, sih?! Plis, gue pengen cemplungin dia ke kolam buaya beneran!

Brukkk!

“Aww.. sshhh...” desis Laily seraya mengusap dahinya. Saking fokusnya melamun ingin menceburkan Natashya ke dalam kolam buaya, gadis itu jadi tidak fokus menatap jalan di depannya. “Maaf, maaf, gue nggak—”

Laily terdiam ketika tahu siapa orang yang ditabraknya. Lelaki tampan yang menjabat sebagai salah satu idola kampus, Hafi. “Ah, sorry, Kak. Gue nggak sengaja.”

Lelaki itu tersenyum ramah. “Sans aja. Dahi lo nggak pa pa, kan?”

“Eh?” Laily jadi kikuk. Ia bergerak malu-malu untuk menyentuh dahinya sendiri. “Nggak pa pa, kok, Kak. Nggak sakit, hehe.”

“Bro, ngapain lo di sini?”

Dua sosok lelaki lain datang lagi. Sahabat Hafi yang juga menjabat sebagai idola kampus, Rio dan Antonio. Mata Laily jadi berbinar karena disuguhi pemandangan ‘indah’ di depannya. Bagi kaum jomblo, lihat cogan (cowok ganteng) lewat sudah seperti anugerah, lho.

Yang jomblo pasti paham gimana rasanya jadi Laily. Dag dig dug, tapi nggak ada yang diajak kencan, hadeh...

“Shya, liat, deh. Ini ada—” Laily menoleh ke belakang. Tidak ada siapa pun. “Lho? Shya? Natashya? Lo di mana?” Laily celingukan mencari ke kanan dan ke kiri.

Hafi yang melihat ekspresi lucu Laily jadi tertawa. “Temen lo yang tadi? Dia udah ke kantin duluan tadi,” ucap lelaki itu memberitahu.

Laily syok mendengarnya. Jadi, dia ditinggal?

“NATASHYA!! TEGA-TEGANYA LO NINGGALIN TEMEN IMUT LO DI SINI SENDIRIAN!”

“GUE DOAIN, LO KESELEK BIJI SALAK BIAR MAMPUS!”

...❄️❄️❄️...

“Tashya pulang!” seru Natashya ketika ia sampai di rumah. Ia melepas sepatu dan menaruhnya di rak seperti biasa.

“Udah pulang, Dek?” Itu Randy, satu-satunya kakak Natashya. Lelaki itu sedang duduk anteng di sofa sambil memakan camilan keripik kentang dengan khidmat.

“Gue nggak akan ada di sini kalo belum pulang, Bang,” sinis Natashya dengan mata memicing. Tanpa menghiraukan lagi keberadaan sang kakak, gadis itu berjalan ke lantai dua menuju kamarnya sendiri. Meninggalkan Randy yang udah mencak-mencak nggak jelas karena kesal.

“Anak siapa, sih? Perasaan, Bunda sama Ayah nggak dingin kayak dia, deh,” gumam Randy yang sebal dengan tingkah sang adik. “Apa jangan-jangan... dia anak pungut?!”

Randy melotot ketika menyadari hal tersebut. Sontak ia berdiri dari duduknya dan bergegas ke dapur. “Bunda!”

Riana—bunda Randy dan Natashya—menoleh sebentar pada putra sulungnya. “Kenapa, Bang?” tanyanya sambil meneruskan acara menggoreng ayam.

“Tashya anak kandung Bunda, kan?”

“Iyalah, Bang. Dulu, kan, Abang nemenin Bunda waktu lahiran Tashya.”

Eh, iya juga, ya.

Tapi, Randy masih curiga. Mungkin saja, kan, kalau Natashya tertukar dengan bayi orang lain?

“Atau... Tashya ketuker sama anak lain, Bun?”

Riana menggeleng karena ucapan sang anak, berusaha memaklumi. “Tashya anak kandung Bunda sama Ayah, Bang. Abang kenapa nanya begituan, sih?”

Mendadak Randy merubah raut seriusnya menjadi sebal. Ia terduduk di kursi bar dengan bibir mengerucut. “Sifat Tashya itu dingin banget, Bun. Ayah sama Bunda, kan, nggak dingin kayak gitu. Abang jadi curiga.”

Riana menggeleng takjub. Kadang pemikiran kedua anaknya memang tidak bisa ditebak. “Ayah kamu dulu juga kayak gitu, Bang.”

“Eh, serius?” tanya Randy mulai tertarik.

Riana mengangguk, kenangan masa silam kala pertemuan pertamanya dengan sang suami kembali terputar. “Iya. Tapi, es di hatinya udah Bunda cairin, hihi.”

Randy angguk-angguk. Jawabannya cinta, toh.

Berarti... kalo Tashya ketemu pujaan hatinya, dia bisa cair?

Randy menggeleng cepat. Tashya manusia, Dy! Lo pikir, dia es?!

“Jangan mikir aneh-aneh, Bang, kalo lo nggak mau cepet mati.”

Randy melotot. Ia menoleh cepat ke arah Natashya yang duduk dengan tenang di kursi makan. “LO NGEDOAIN GUE CEPET MATI, SHYA?!”

Natashya mengedikkan bahu malas. Gadis itu nampak tak acuh dan memilih untuk memainkan ponsel.

“Bun?” panggil Randy tiba-tiba.

“Hm? Kenapa, Bang?”

“Bunuh Tashya pake sendal, dosa nggak, sih, Bun? Tangan Abang udah gatel banget pengen gaplok, nih, anak.”

^^^To be continue...^^^

...❄️❄️❄️...

Halo! Selamat datang di dunia Ay!

Kalian bisa panggilnya ‘Ayla’ atau ‘Ay’ saja, ya. Jangan ‘author’ ataupun ‘kakak’. Ay nggak semahir itu dalam menulis dan nggak setua itu, hihi.

Semoga kalian suka cerita ini🙂

See you di chapter selanjutnya:)

Terpopuler

Comments

nacita

nacita

suka deh baru baca part awal nya aja udah menarik 😍

2022-11-04

1

Alriani Hespiapi

Alriani Hespiapi

bagus

2022-06-24

1

Renesme Kiky

Renesme Kiky

lanjut

2022-04-23

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 | Gadis Kutub?
2 Chapter 2 | Lelaki Es
3 Chapter 3 | Perjodohan
4 Chapter 4 | Pertemuan
5 Chapter 5 | Berangkat Bersama
6 Chapter 6 | Gara-Gara Baju Pengantin
7 Chapter 7 | Undangan Pernikahan
8 Chapter 8 | Acara Barbeque
9 Chapter 9 | Bukan Cinta (Spesial Hafi & Laily)
10 Chapter 10 | Wedding Day
11 Chapter 11 | Wedding Day (2)
12 Chapter 12 | Malam Pertama?
13 Chapter 13 | Insiden Bangun Tidur
14 Chapter 14 | Jalan-Jalan
15 Chapter 15 | Rumah Baru
16 Chapter 16 | PDKT Lagi
17 Chapter 17 | Dosen Baru
18 Chapter 18 | Makan Malam Keluarga
19 Chapter 19 | Anton Marah
20 Chapter 20 | Usaha Minta Maaf
21 Chapter 21 | Anton Marah, Lagi?
22 Chapter 22 | Akhirnya Tahu, Berakhir Malu
23 Chapter 23 | Hadiah Spesial
24 Chapter 24 | Satu Kamar
25 Chapter 25 | Senyum Antonio
26 Chapter 26 | Belanja Bulanan
27 Chapter 27 | Natashya Ngidam?
28 Chapter 28 | Alfira Imelda
29 Chapter 29 | Teman vs Istri
30 Chapter 30 | ‘Tamu’ Natashya
31 Chapter 31 | Cewek dengan Segala Hormonnya
32 Chapter 32 | Pertemuan Fira dan Natashya
33 Chapter 33 | Natashya Sakit
34 Chapter 34 | Natashya Sakit (2)
35 Chapter 35 | Rencana Bunda dan Mama
36 Chapter 36 | Hampir Lepas Kendali
37 Chapter 37 | Akibat dari Rencana
38 Chapter 38 | Dimaafkan
39 Chapter 39 | Si Nyamuk Tampan
40 Chapter 40 | Mata-Mata Rumah
41 Chapter 41 | Welcome in Paris
42 Chapter 42 | Jalan-Jalan di Paris
43 Chapter 43 | Suara Hati
44 Chapter 44 | I Love You
45 Chapter 45 | First Night
46 Chapter 46 | Pertemuan Tak Diinginkan
47 Chapter 47 | Natashya Tidak Suka
48 Chapter 48 | Oleh-Oleh untuk Randy
49 Chapter 49 | Dokter vs Ulet Bulu
50 Chapter 50 | Ambil Saja
51 Chapter 51 | Macan Betina Anton
52 Chapter 52 | Panggilan Darurat
53 Chapter 53 | Hadiah Apa?
54 Chapter 54 | Rencana Mereka
55 Chapter 55 | Kamu Kenapa?
56 Chapter 56 | Natashya Hilang!
57 I’m Sorry:(
58 Chapter 57 | Selamat Ulang Tahun, Antonio
59 Chapter 58 | Selamat Ulang Tahun, Antonio (2)
60 Chapter 59 | Jogging Berdua
61 Chapter 60 | Kedatangan Fira
62 Chapter 61 | Merasa Familiar
63 Chapter 62 | Kabar Gembira
64 Chapter 63 | Perhatian Berlebih
65 Chapter 64 | Tingkah Natashya
66 Chapter 65 | Mood si Bumil
67 Chapter 66 | Sosok Gadis
68 Chapter 67 | Azlan, Azizah, dan Naufal
69 Chapter 68 | Salah Paham
70 Chapter 69 | Dia Pergi...
71 Chapter 70 | Kecewa
72 Chapter 71 | Menyesal
73 Chapter 72 | Harus Bangkit
74 Chapter 73 | Maafkan Aku
75 Chapter 74 | Bertemu Azlan
76 Chapter 75 | Fakta Baru
77 Chapter 76 | Suara Hati Anton
78 Chapter 77 | Pulang
79 Chapter 78 | Pulang (2)
80 Chapter 79 | Nasihat Sahabat
81 Chapter 80 | Masih Berlanjut
82 Chapter 81 | Kedatangan Randy
83 Chapter 82 | Perpisahan
84 Chapter 83 | Kehadiran Sahabat
85 Chapter 84 | Mulai Bekerja
86 Chapter 85 | Siapa Pengirimnya?
87 Chapter 86 | Petunjuk Baru
88 Chapter 87 | Natashya Pulang
89 Chapter 88 | Waktu Berdua
90 Chapter 89 | Gadis Misterius
91 Chapter 90 | Masa Lalu Natashya
92 Chapter 91 | Bertemu Alka
93 Chapter 92 | Nomor Aisha
94 Chapter 93 | Kakak Kesayangan Natashya
95 Chapter 94 | Liburan
96 Chapter 95 | Bertemu Aisha
97 Chapter 96 | Berusaha Menjelaskan
98 Chapter 97 | Tawaran Natashya
99 Chapter 98 | Rencana Kejutan
100 Chapter 99 | Rencana Kejutan (2)
101 Chapter 100 | Hampir Ketahuan
102 Chapter 101 | Selamat Ulang Tahun, Natashya
103 Chapter 102 | Aisha Datang
104 Chapter 103 | Apa Penyebabnya?
105 Chapter 104 | Lahirnya Sang Adik
106 Chapter 105 | Calon Kembaran Natashya
107 Chapter 106 | Perjalanan Cinta (Spesial Hafi & Laily)
108 Chapter 107 | Tentang Yosua
109 Chapter 108 | Kedatangan Yosua
110 Chapter 109 | OLD?
111 Chapter 110 | Asumsi Baru + Side Story Special
112 Chapter 111 | Dialah Pelakunya
113 Chapter 112 | Masa Lalu Yosua
114 Chapter 113 | Aku...
115 Chapter 114 | Butuh Bantuan
116 Chapter 115 | Bujukan
117 Chapter 116 | Bertemu Dokter
118 Chapter 117 | Harus Merasa Beruntung
119 Chapter 118 | Harapan Ayah Heru
120 Chapter 119 | Kelahiran Sang Anak
121 Chapter 120 | The Last: Welcome Baby K
122 Bonus Chapter 1
123 Bonus Chapter 2
124 Bonus Chapter 3
125 Promosi [Cruel Mafia vs Cool Mafia]
Episodes

Updated 125 Episodes

1
Chapter 1 | Gadis Kutub?
2
Chapter 2 | Lelaki Es
3
Chapter 3 | Perjodohan
4
Chapter 4 | Pertemuan
5
Chapter 5 | Berangkat Bersama
6
Chapter 6 | Gara-Gara Baju Pengantin
7
Chapter 7 | Undangan Pernikahan
8
Chapter 8 | Acara Barbeque
9
Chapter 9 | Bukan Cinta (Spesial Hafi & Laily)
10
Chapter 10 | Wedding Day
11
Chapter 11 | Wedding Day (2)
12
Chapter 12 | Malam Pertama?
13
Chapter 13 | Insiden Bangun Tidur
14
Chapter 14 | Jalan-Jalan
15
Chapter 15 | Rumah Baru
16
Chapter 16 | PDKT Lagi
17
Chapter 17 | Dosen Baru
18
Chapter 18 | Makan Malam Keluarga
19
Chapter 19 | Anton Marah
20
Chapter 20 | Usaha Minta Maaf
21
Chapter 21 | Anton Marah, Lagi?
22
Chapter 22 | Akhirnya Tahu, Berakhir Malu
23
Chapter 23 | Hadiah Spesial
24
Chapter 24 | Satu Kamar
25
Chapter 25 | Senyum Antonio
26
Chapter 26 | Belanja Bulanan
27
Chapter 27 | Natashya Ngidam?
28
Chapter 28 | Alfira Imelda
29
Chapter 29 | Teman vs Istri
30
Chapter 30 | ‘Tamu’ Natashya
31
Chapter 31 | Cewek dengan Segala Hormonnya
32
Chapter 32 | Pertemuan Fira dan Natashya
33
Chapter 33 | Natashya Sakit
34
Chapter 34 | Natashya Sakit (2)
35
Chapter 35 | Rencana Bunda dan Mama
36
Chapter 36 | Hampir Lepas Kendali
37
Chapter 37 | Akibat dari Rencana
38
Chapter 38 | Dimaafkan
39
Chapter 39 | Si Nyamuk Tampan
40
Chapter 40 | Mata-Mata Rumah
41
Chapter 41 | Welcome in Paris
42
Chapter 42 | Jalan-Jalan di Paris
43
Chapter 43 | Suara Hati
44
Chapter 44 | I Love You
45
Chapter 45 | First Night
46
Chapter 46 | Pertemuan Tak Diinginkan
47
Chapter 47 | Natashya Tidak Suka
48
Chapter 48 | Oleh-Oleh untuk Randy
49
Chapter 49 | Dokter vs Ulet Bulu
50
Chapter 50 | Ambil Saja
51
Chapter 51 | Macan Betina Anton
52
Chapter 52 | Panggilan Darurat
53
Chapter 53 | Hadiah Apa?
54
Chapter 54 | Rencana Mereka
55
Chapter 55 | Kamu Kenapa?
56
Chapter 56 | Natashya Hilang!
57
I’m Sorry:(
58
Chapter 57 | Selamat Ulang Tahun, Antonio
59
Chapter 58 | Selamat Ulang Tahun, Antonio (2)
60
Chapter 59 | Jogging Berdua
61
Chapter 60 | Kedatangan Fira
62
Chapter 61 | Merasa Familiar
63
Chapter 62 | Kabar Gembira
64
Chapter 63 | Perhatian Berlebih
65
Chapter 64 | Tingkah Natashya
66
Chapter 65 | Mood si Bumil
67
Chapter 66 | Sosok Gadis
68
Chapter 67 | Azlan, Azizah, dan Naufal
69
Chapter 68 | Salah Paham
70
Chapter 69 | Dia Pergi...
71
Chapter 70 | Kecewa
72
Chapter 71 | Menyesal
73
Chapter 72 | Harus Bangkit
74
Chapter 73 | Maafkan Aku
75
Chapter 74 | Bertemu Azlan
76
Chapter 75 | Fakta Baru
77
Chapter 76 | Suara Hati Anton
78
Chapter 77 | Pulang
79
Chapter 78 | Pulang (2)
80
Chapter 79 | Nasihat Sahabat
81
Chapter 80 | Masih Berlanjut
82
Chapter 81 | Kedatangan Randy
83
Chapter 82 | Perpisahan
84
Chapter 83 | Kehadiran Sahabat
85
Chapter 84 | Mulai Bekerja
86
Chapter 85 | Siapa Pengirimnya?
87
Chapter 86 | Petunjuk Baru
88
Chapter 87 | Natashya Pulang
89
Chapter 88 | Waktu Berdua
90
Chapter 89 | Gadis Misterius
91
Chapter 90 | Masa Lalu Natashya
92
Chapter 91 | Bertemu Alka
93
Chapter 92 | Nomor Aisha
94
Chapter 93 | Kakak Kesayangan Natashya
95
Chapter 94 | Liburan
96
Chapter 95 | Bertemu Aisha
97
Chapter 96 | Berusaha Menjelaskan
98
Chapter 97 | Tawaran Natashya
99
Chapter 98 | Rencana Kejutan
100
Chapter 99 | Rencana Kejutan (2)
101
Chapter 100 | Hampir Ketahuan
102
Chapter 101 | Selamat Ulang Tahun, Natashya
103
Chapter 102 | Aisha Datang
104
Chapter 103 | Apa Penyebabnya?
105
Chapter 104 | Lahirnya Sang Adik
106
Chapter 105 | Calon Kembaran Natashya
107
Chapter 106 | Perjalanan Cinta (Spesial Hafi & Laily)
108
Chapter 107 | Tentang Yosua
109
Chapter 108 | Kedatangan Yosua
110
Chapter 109 | OLD?
111
Chapter 110 | Asumsi Baru + Side Story Special
112
Chapter 111 | Dialah Pelakunya
113
Chapter 112 | Masa Lalu Yosua
114
Chapter 113 | Aku...
115
Chapter 114 | Butuh Bantuan
116
Chapter 115 | Bujukan
117
Chapter 116 | Bertemu Dokter
118
Chapter 117 | Harus Merasa Beruntung
119
Chapter 118 | Harapan Ayah Heru
120
Chapter 119 | Kelahiran Sang Anak
121
Chapter 120 | The Last: Welcome Baby K
122
Bonus Chapter 1
123
Bonus Chapter 2
124
Bonus Chapter 3
125
Promosi [Cruel Mafia vs Cool Mafia]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!