#Masa lalu yang kelabu

Pagi menjelang, aku sudah terbangun dari mimpi burukku semalam.

"Fi...sudah subuh!"

"Ya Mak, fidi sudah bangun"

Aku Bun beranjak ke kamar mandi, langsung mandi dan bersiap solat subuh.

Kulihat Mak sudah menyiapkan teh hangat untukku dan sepiring singkong rebus yang mengepul. Singkong yang Mak petik dari kebun belakang. Sudah 8 tahun aku tinggal dengan Mak. Sejak kedua orang tua ku tiada , Mak dan aki adalah orang yang senantiasa menjagaku. Tapi.. .aki sudah dipanggil terlebih dahulu 3 tahun lalu.

"Fi...bagaimana tidur mu semalam? tak nyenyak ya? matamu bengkak? menangis semalaman?" cerca Mak.

"Mak....fidi ga papa. Mak jangan terlalu memikirkan fidi. semua baik-baik saja Mak!"

Aku bersiap menuju sekolah, sudah rapi dengan seragam dan sepatu hak yang tidak terlalu tinggi.

"Fidi berangkat Mak.... Assalamualaikum...", tak ada sahutan dari Mak. Mungkin sedang dikamar mandi.

Aku mengeluarkan sepeda motor ku, lalu kupanaskan sebentar.

Membuka pintu pagar yang terbuat dari kawat baja, setelah motor diluar pagar aku menutupnya kembali.

Segera ku tancap gas menuju sekolah.

#####

"Bu....dokter angka...." panggil salah seorang murid ku. Aku menengok sebentar.

"Iya. Kenapa zam?", tanyaku.

"Bu, bisa minta no wa ibu?"

"Buat?"

" Mamahku yang minta, katanya mau tanya-tanya sama ibu. kira-kira ibu bisa ga ngajar les privat?"

Aku berpikir sejenak. Ya sudah akhirnya kuberikan nomer wa ku padanya.

"Ibu belum tau zam, apakah ada kesulitan? kamu kan jago pelajaran matematika zam?" aku merasa ragu.

Dia menggaruk kepalanya, sambil berlari.

"Makasih Bu...."

Dasar anak-anak, bisa saja.

Hari ini aku pulang lebih awal, jam dinding masih menunjukan pukul 1 siang. ada rekan guru yang juga tak ada jam pelajaran seperti aku, aku duduk sebentar di ruang guru sebelum pulang.

"Bu fidi..."

"Ya pak imam?"

" Tadi ada yang menitipkan ini"

Pak imam menyerahkan sebuah kotak makanan.

"Dari siapa pak imam?"

Beliau menggelengkan.

"Saya kurang paham , ojek onlen yang antar. Bilang buta Bu fidini Khumaira. itu saja. Kalo begitu saya duluan ya Bu..."

"I...i..ya pak, trimaksih"

Ku buka kotak makanan tersebut yang masih terbungkus rapi. Rendang daging. Dari bungkus nya tertera nama sebuah rumah makan Padang dikota....

Iya, ini rumah makan Padang langganan ku dan bang Davin waktu kuliah dulu. Berarti....dia yang mengirimkan untukku.

Darimana dia tau aku mengajar disini?

Dan maksudnya apa?

Ting...Ting...

'Mairaku....'

Sebuah chat masuk diaplikasi hijauku. Siapa lagi kalau bukan bang Davin. hanya dia yang tau nama panggilan ku sebelum nya. tapi dapat dari mana dia nomor ponsel ku?

'Abang ingin bicara, tolong jangan menolak menemui Abang. Abang mohon, biarakan Abang tebus kesalahan Abang dimasa lalu'

Aku baca pesan nya itu. Sakit jika mengenang peristiwa yang sudah 8 tahun berlalu.

Aku sekedar membacanya, belum tau akan membalas apa.

"Bu fidi....dapat kiriman makanan nih?" tiba-tiba Bu Sasa sudah muncul dihadapan ku.

"Iya Bu, dari teman kuliah dikota. Silahkan kalau mau mencicipi?"

"Ga ah Bu.... trimaksih. saya takut kolesterol naik. "

Aku ber'oh' saja. Bu Sasa memanh menghindari makanan berlemak tinggi.

Akhirnya aku berpamitan pulang lebih awal pada Bu Sasa.

"Kalo gitu saya pulang duluan y Bu Sasa. Mari...."

Bu Sasa seolah tak menghiraukan ku. Sudah biasa. Gak di lingkungan rumah ga dilingkungan sekolah ada saja makhluk seperti Bu Sasa.

Aku menuju keparkiran sepeda motor. Saat ku stater motor, kulihat ban nya kempes.

"Ya Allah....ban nya kempes lagi." aku bicara sendiri. Akhirnya ku menelpon tukang bengkel dekat sekolah.

"Bisa bang? Makasih. saya tunggu ya"

Tak berapa lama abang bengkelnya datang menghampiri ku.

"Bang, sekalian servis ga papa deh. bisa ditunggu?"

"Maaf Bu guru, servisan lagi banyak. kalo besok gimana?"

"Ya udah deh gapapa. Oh iya, ini saya DP dulu ya. Besok kalo sudah jadi saya lunasin"

Kuserahkan uang 50rb beserta kunci kontaknya. Dia pun berlalu menuntun motorku.

Aku pun keluar area parkir sekolah. Lebih baik aku jalan kaki.

Aku langkah kan kaki perlahan mengikuti trotoar. Ku melangkah pelan saja karena panas terik.

Tiba-tiba saja ada sebuah mobil berhenti menghampiri ku.

"Maira...." panggil seseorang turun dari mobil.

Bang Davin menghampiri ku lebih dekat. Kenapa dia bisa tau aku disini? Lokasi ini belaum terlalu jauh dari sekolah, bagaimana jika ada yang melihatnya. Apakah nanti tidak jadi bahan ghibahan lagi?

"Ra...Abang mau bicara. Tolong kasih Abang kesempatan..."

Dia mencoba meraih tanganku. Ku tepis secepatnya.

"Mau apa lagi bang?"

"Mari kita bicara, masuklah ke mobil. Abang mohon..."

"Tidak mau. Aku tidak ingin nantinya menjadi fitnah. Didalam mobil bersama suami orang lain. Permisi."

"Maira...tolong dengar kan aku!" bentaknya. Membuat orang sekitar kami menatap aneh padaku.

Aku mempercepat langkah ku. Tiba-tiba Bu Sasa sudah berada dibelakang ku.

"Saya antar Bu fidi..." tawarnya. Tumben.....

"Makasih Bu Sasa...." Bu Sasa mengangguk. Dan aku segera naik di motornya. Ku lihat bang Davin mengusap kasar wajahnya.

dari kejauhan ku lihat dia memasuki mobilnya lagi.

"Terima kasih Bu Sasa, sudah bersedia mengantar saya." ucapku tulus

"Sama-sama Bu fidi. Tapi ngomong-ngomong siapa pria ganteng tadi....koq Bu fidi marah-marah sama dia...."

Oh...ternyata, Bu Sasa cuma mau mengorek informasi saja.

"Bukan siapa-siapa Bu. mari masuk, barangkali mau minum dulu."

"Ah...Bu fidi....ya udah deh. lain kali saja saya mampir. saya langsung pulang ya Bu"

"Sekali lagi makasih..."

Dia pun berlalu dengan cepat.

Kondisi rumah sepi , mungkin Mak sedang menghadiri pengajian rutin nya.

Ku letakkan tasku di meja, berlalu kekamar mandi untuk mengambil wudhu. Selesai solat, ku beranjak ke meja makan. Ku letakkan rendang dari bang Davin. Tak baik membuang-buang makanan.

Kuambil piring , kuisi nasi hangat dan ku mencoba potongan daging rendang. Rasanya masih sama seperti dulu.

Mak pulang saat aku selesai makan.

"Sudah pulang kamu cu?"

"Iya Mak. makan Mak, ada teman Fidi kirim rendang dari kota"

Mak mendekat, mencicipi sedikit.

"Enak ya fi...Mak taroh tas dulu ya. tapi Mak temani makan"

Aku mengangguk, jarang-jarang aku bisa makan siang bersama dengan Mak.

Kusiapkan sepiring nasi buat Mak. Mak pun sudah kembali kemeja makan.

"Enak rendang nya fi. " kata Mak sambil mengunyah perlahan. meskipun sudah uzur, gigi Mak masih kuat makan daging bahkan peyek sekalipun.

Mak selesai makan siang, ku ambil piring bekas kami makan tadi. Kubawa kedapur untuk kucuci.

Lalu kubawakan teh hangat buat Mak. Ternyata Mak sudah pindah ke depan tv. Matanya terpejam, kepalanya bersandar di kursi goyang peninggalan Aki.

Kubiarkan Mak beristirahat. Mungkin beliau lelah dengan aktivitas nya dari pagi.

Aku masuk ke dalam kamar, merebahkan sebentar badan lelah ku. Meski pun hatiku tak kalah lelah.

Karena terbias tak tidur siang, dari tadi aku hanya rebahan saja. Akhirnya kuputuskan untuk keluar kamar. Mak masih terpejam , bahkan tv pun masih menyala. Kubiarkan saja, anggap saja suara tv seperti lagu untuk meninabobokan Mak.

Aku keluar menuju halaman. Sampah dedaunan berserakan dimana-mana. Aku berinisiatif mengambil sapu lidi. Biasanya Mak yang selalu membersihkan halaman, kali ini aku pun tak masalah. Mumpung aku pulang lebih awal.

Ku seok pelan-pelan dedaunan kering itu. Daun pohon mangga aromanis.

Halaman rumah Mak tak terlalu luas, membersihkan nya tak memakan waktu lama. Usai mengumpulkan sampahnya, ku buang ke bak sampah didepan.

Lamat-lamat kudengar suara anak kecil menangis tak jauh dari rumahku. Dan ternyata...itu suara anak bang Davin yang sedang di gandeng Bu Wiwit.

"Naira sayang....denger omah. Omah ga suka Naira nakal seperti ini. Nanti omah bilangin ke papa lho "

"Ga mau..., Naira mau permen ...."

"Nak...kan papa udah bilangin jangan banyak-banyak makan permen. nanti giginya sakit. Naira bisa minta jajan yang lain."

"Ga mau...Naira mau permen"

Gadis kecil itu berlari menjauh dari neneknya. Tiba-tiba, bughhh....dia menabrak punggungku.

Dan jatuh terduduk.

"Ya Allah....nak" segera ku gendong gadis kecil itu. Dia masih menangis tersedu-sedu. Sedang neneknya terengah-engah mengejar nya.

"Maafkan Tante ga liat kamu dateng. Maaf ya...." ucapku sambil mengusap air matanya.

"Aku mau permen Tante. Tapi omah ga bolehin. Huhuhuhh...." masih melanjutkan tangisnya.

"Nak maira...." ucap Bu Wiwit. Aku hanya tersenyum menanggapi Bu Wiwit yang masih mengatur nafas.

Ssshhhh....ku coba menenangkan gadis kecil dalam gendongan ku.

"Anak pinter, anaku shalihah udah dulu ya nangisnya. Coba Tante mau tanya, siapa sih namanya anak cantik ini?" rayuku masih dalam posisi menggendong.

Dia menggeleng, tapi tangisnya sudah berhenti. Meletakan kepalanya di pundakku.

"Tante ga punya permen sih, tapi Tante punya jus mangga bikinan Tante sendiri. Enak lho. mau nggak?" Dia masih menggeleng.

"Coba Tante mau denger siapa sih nama anak cantik ini...?" rayuku lagi.

"Naira..."

"Oh....Naira, cantik ya namanya sama cantiknya kaya orangnya."

Bu Wiwit senyam senyum melihat ku merayu naira.

"Dengerin Tante ya, Naira ga boleh banyak-banyak makan permen. nanti giginya abis lho. Terus ompong kaya nenek-nenek, ga bisa makan kripik sama fried chicken. Mau kaya gitu....?" Naira kecil menggeleng.

"Sebentar ya, Tante ambil dulu jusnya di kulkas. Nanti bisa Naira minum dirumah, sama omah sama mamah..."

"Mamah sama opah sudah meninggal...." sahut Naira cepat.

Degg....

Aku menghentikan langkahku sebentar.

"Ya udah buat Naira sama omah aja ya?"

Naira pun mengangguk, menungguku di luar pintu pagar.

Kuserahkan 2 buah gelas plastik jus mangga

yang kubuat sendiri.

"Makasih Tante. Tante baik namanya siapa?" aku tertawa mendengar dia memanggil Tante baik.

"Namanya Tante Maira sayang. Beda satu huruf ya sama Naira?" Bu Wiwit mendahului ku menjawab pertanyaan Naira. Padahal aku ingin dia mengenal ku dengan nama fidi. Aku pun terpaksa tersenyum .

"Ya udah Tante maira , Naira pulang dulu ya. makasih jus mangganya..." ucap Naira berjalan mendahului omahnya.

"Makasih ya nak maira" ucap Bu Wiwit menepuk pundakku. Aku mengangguk , sedikit memberi senyum. Lalu aku masuk kembali ke dalam rumah.

Terpopuler

Comments

andi hastutty

andi hastutty

masa lalu yg kelam yah buat maira

2024-01-27

0

siti fatimah

siti fatimah

padahal cerita nya bagus bahasanya rapih tp kok belum banyak yg baca ya
makasih thor aku suka

2021-12-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!