Pukul 8 malam aku sudah berada dikamar, kulihat Mak masih asik dengan tontonan nya.
Kudengar ada suar motor berhenti di halaman rumahku, diluar pagar.
Ku intip dari jendela kamarku yang menghadap langsung ke pintu pagar.
Bang Davin dan Naira yang datang. Mau apa mereka kesini. Cepat-cepat kututp tirai jendelaku.
Tok...tok... Assalamualaikum....
Mak bangkit, tapi aku melarangmya. Aku saja yang membukakan pintu untuk mereka.
Ceklek....
"Walaikumsalam ...."
"Tante baik....Naira datang lagi..." dia menghambur ke arahku. Aku pun menyambut nya.
"Ada apa Naira kemari sama... papah? Ini sudah malam lho, koq Naira belom bobo?" tanyaku
"Naira mau bobo sama Tante maira yang baik"
Aku memicingkan mataku. Tiba-tiba Mak muncul dari belakang.
Melihat Davin dan Naira, ekspresi wajah Mak berubah.
"Nenek....aku Naira" Naira kecil menyodorkan tangannya ke Mak. Mak tersenyum menyambut tangan gadis kecil nan menggemaskan ini.
"Kalo nenek, panggilnya Mak Ipah" kata Mak meniru logat Naira.
"Mak Ipah lucu....hahaha...." lucu sekali anak ini bicara. Lalu Mak mengajak Naira masuk.
"Cu...ajak Davin masuk, jangan bicara didepan pintu" tukas Mak. Aku mengangguk menuruti kata Mak.
Lalu kami duduk berhadapan. Perasaan canggung meliputi hatiku. Terkenang saat dimana kami berbagi keringat kala itu. Melihat setiap bentuk tubuh dari kami masing-masing. Menjijikkan sekali. Ah.......Ya Allah ampunilah aku, pekikku dalam hati.
"Ra..." panggil Davin.
"Ada perlu apa kemari?"
"Bertahun-tahun aku mencari keberadaan kamu Ra. Akhirnya tuhan mengijinkan bisa menemukan mu lagi."
"Lalu? Apa maumu bang?"
Mak mengantarkan minuman di meja.
"Makasih Mak...." ucap Davin, Mak pun berlalu kedalam lagi.
"Aku ingin, memenuhi janjiku waktu itu. Janji untuk menikahi mu, memberikan kebahagiaan buat kamu....mmm...."
"Cukup bang!"
"Kenapa Ra? Abang tahu kamu masih cinta sama Abang kan? Buktinya sampai saat ini kamu masih bertahan sendiri?"
Kutatap kedua matanya yang lentik.
Kutarik nafas dalam-dalam.
"Aku sudah pernah menikah. punya Naira. Tapi sovi, istriku sudah meninggal bersama...papahku. Mereka berkhianat. Pada ku terutama mamahku!"
Aku terkejut mendengar pengakuan nya, apa kah aku harus percaya? Urusan nya apa denganku.
"Sebelum menikah, aku sudah berusaha mencari mu kemana-mana. Tapi selalu gagal. sampai papah menikahkan ku dengan gadis pilihan papa. sayangnya, sovi juga bermain di belakang ku."
"Sampai kapan pun aku tetap mencintai mu! Dan Naira ...aku tak tau dia tau jika aku bukan papanya. melainkan kakaknya."
Dadaku tiba-tiba sesak. Bang Davin menceritakan kisah hidupnya setelah berpisah dariku.
"Naira lahir disaat pernikahan ku hanya baru beberapa bulan. Sampai akhirnya aku melakukan tes DNA, dan ternyata Naira memang bukan anakku melainkan anak papah ku!"
Dia tertunduk menyanggah kepalanya dengan kedua tangannya.
"Abang tahu, seperti apa penderitaan mu Ra. Abang tau ....",
"Apa yang Abang tahu?"
"Apa Abang pikir , selama ini aku masih menyendiri karena terlalu mencintaimu bang?
Bukan bang... bukan itu."
Ku atur nafasku yang kian memburu. Ingin kutumpahkan segala rasaku yang selama bertahun-tahun ini ku pendam.
"Aku bertahan seperti ini karena aku sadar bang. Aku hanya wanita yang sudah tak su*i lagi. Karena apa bang? Karena perbuatan kita. Aku menggadaikan harga diriku demi sebuah janji yang bahkan mungkin tidak bisa ditepati. Aku merasa tak layak untuk pria manapun. Apakah ada pria yang menerima kekurangan ku? Karena dosa dimasa laluku? Apa ada seseorang yang tidak akan kecewa jika mendapati istrinya tidak seperti yang dia harapkan? Jangan GR kamu bang...."
Aku berdiri di depan sofa ruang tamu. Mencoba menguasai diriku agar amarahku tak kian menggebu.
"Ra....maafkan Abang Ra...maafkan..."
Lelaki yang pernah menguasai hatiku, menjamah setiap inchi tubuhku kini berlutut memohon maaf padaku. Air mataku tak sanggup lagi ku bendung. Aku tergugu dalam tangisku. Semua luka yang tersimpan delapan tahun yang lalu kini kembali menjelma menjadi sebuah realita.
"Berikan Abang kesempatan untuk bisa menepati janji Abang dulu ra. Abang mohon!" pintanya masih dalam posisi berlutut.
"Abang akan menunggu jawaban mu sampai kapan pun kalo kamu memang membutuhkan waktu untuk memikirkan nya. Yang harus kamu tahu, perasaan ku tak pernah berubah. Aku masih dan akan tetap mencintai mu"
"Papah....koq jongkok, ayo pulang pah. Naira ngantuk. Eh....Tante baik...." Naira menghampiri ku.
"Papa naira nakal ya Tante? koq Tante nangis?" diusapnya air mataku. Mak memperhatikan kami dari pintu ruang tv.
"Mata Tante kelilipan aja sayang" kataku bohong.
"Ya udah , Naira pulang. sudah malam. sampe rumah bobo ya!", pintaku.
Gadis kecil itupun berpaling ke papahnya. Meminta gendong di depan.
"Abang pamit pulang ya Ra, besok kita bicarakan lagi. Mak Ipah , kami ijin pulang."
Aku tahu Mak mendengar semua obrolan ku, tapi dia berpura-pura antusias dengan Naira. Mak melambaikan tangan saja saat Davin berpamitan.
Kuantar mereka sampai pintu gerbang.
Dan kulihat mereka menjauh dengan sepeda motor matic nya.
"Fidi....tunggu!" panggil Bu Tati
" kenapa Bu? nyari Mak? Mak udah tidur"
" Gak. cuma mau nanya. Itu tadi anak dan cucu nya Bu Wiwit ya?"
Aku mengangguk.
"Kenal sama kamu? Ngapain kesini malem-malem?"
"Kirain ada apa Bu, saya permisi masuk deh kalo gitu. Mari Bu...."
"Eh...eh...fidi. dasar ga sopan ya. Ditanya orang tua malah ngeloyor."
Aku menutup pintu ruang tamu. Mak beneran sudah terlelap di sova ruang Tv. Aku biarkan saja beliau tidur disitu. Nanti malam kalau terbangun, biasanya beliau akan pindah ke kamar.
Obroalan dengan bang Davin tadi masih terngiang di pikiran ku. Setega itukah papah nya bang Davin? Atau Davin hanya mengarang cerita untuk mendapatkan simpati ku? Apa pantas kuberikan kesempatan kedua untuk nya?
Apakah ini jawaban yang Tuhan berikan dari doa-doa ku selama ini? Dia mengembalikan Davin ku yang pernah hilang sebelumnya.
Ya Allah....berikan aku petunjuk. Berilah semua yang terbaik untuk hidup ku.
#####
*Disekolah*
"Azam..." panggil ku.
Azam mendekati ku lalu menggaruk kepalanya.
" Ada apa Bu?"
"Mamah kamu ga nelpon ibu zam!" kataku melipat tangan di dada. Dia salah tingkah sendiri.
"Anu Bu...."
"Anu kenapa?"
"Maaf Bu, sudah bohong sama ibu. Kemarin ada om-om minta tolong ,minta nomor wa ibu. Saya pikir.....om itu pemuja rahasia ibu, kan setau saya....ibu masih single. Jadi....maaf Bu saya pikir , kali aja om itu calon ibu..."
Azam tertunduk takut. Anak seusia nya saja dengan tidak langsung membully kejombloan ku?
"Baik , ibu maafkan. Tapi tolong ,lain kali jangan bohong lagi. Ibu tak suka!" nasihat ku semoga didengar kan Azam.
"Ya sudah , sebentar lagi masuk. Balik kekelas!"
Azam pun beranjak menuju kelas nya. Dan saat ini, aku mengajar dikelas Azam.
Bang Davin memang nekat. Seniat itu dia berusaha mendekati ku?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
andi hastutty
astaga Setega i2 bapaknya sama anak istrinya
2024-01-27
0
Lies Angraeni
bagus ceritanya AQ suka
2021-11-12
1