"Sudah malam Mak. kita pulang ya?" aku mengajak Mak untuk segera pulang.
Mak mengangguk.
"Punten Bu Wiwit , ibu-ibu yang lain. kami permisi pulang duluan. "pamit Mak.
" Iya Mak Ipah. makasih udah berkunjung, makasih juga oleh-oleh nya." kata Bu Wiwit.
"Maira..." panggil seseorang.
Aku memejamkan mataku beberapa saat. Aku tak menengok ke arah suara yang memanggilku. Tapi tidak dengan Mak.
"Kamu panggil siapa nak?" tanya Bu Wiwit.
Aku tetap melangkah keluar.
Tapi Mak malah berbalik.
"Koq Aden tau panggilan fidi sebelum nya? Aden kenal sama cucu saya?" tanya Mak penasaran. Iya, Mak Ipah tahu pahitnya masa laluku.
"Sudah Mak, ayo kita pulang." ajakku lagi.
"Tunggu maira...",
"Sebentar nak fidi, Mak Ipah." panggil Bu Wiwit.
"Maaf ibu-ibu yang lain. bukan maksud saya mengusir , menyuruh dengan tidak sopan.tapi saya ada kepentingan dengan Mak Ipah dan neng fidi. Jadi saya harap ibu-ibu sekalian bisa memaklumi...."
Ibu-ibu yang lain pun menyetujui dan berpamitan pulang.
Kini, hanya tersisa aku ,Mak , Bu Wiwit dan....bang Davin.
"Bisa kita bicara didalam saja Mak?" pinta Bu Wiwit.
Mak pun menuruti apa kata Bu Wiwit. Aku hendak menolaknya dan mengajak Mak pulang, tapi nyatanya Mak sudah terlebih dahulu masuk ke ruang tamu.
"Mah...ini...Fiddini Khumaira." bang Davin memperkenalkan nama lengkap ku pada Bu Wiwit.
Mata Bu Wiwit seketika berembun.
"Sebenernya ada maksud apa Bu Wiwit mengajak kami masuk?" tanya Mak.
Bu Wiwit duduk mendekati Mak.
"Mak....maafkan anak saya."
Mak bingung menanggapi Bu Wiwit. Lalu Bu Wiwit menghampiri ku. Memeluk erat tubuh kurusku.
"Maafkan Davin y nak. Tante ga bisa mendidik Davin menjadi laki-laki yang bertanggung jawab." katanya dengan isakkan kecil.
Aku mencoba menguasai diri, tak ingin terlarut dalam masa lalu yang menyakitkan hatiku.
Davin terduduk lesu dihadapan kami.
Mak mulai paham dengan situasi yang sedang terjadi. Dadanya mulai naik turun.
"Mari cu, kita pulang saja!"ajak Mak.
Aku pun menurut apa kata Mak.
"Tunggu Mak!" cegah Davin.
Lalu Davin menggenggam tangan Mak.
"Maafkan Davin Mak....maaf...." ucapnya tertunduk.
"Sudah Bu Wiwit, semua sudah berlalu. Biarkan kami pulang. Tolong, jangan cegah kami lagi."
Kami pun pulang, tak lupa mengucapkan salam meskipun saat ini kami masih diliputi emosi.
Sepanjang perjalanan kami pun terdiam. Entah apa yang Mak pikirkan. Aku membukakan pintu untuk Mak.
"Masuk Mak, langsung istirahat ya. udah malem" pintaku.
"Tapi fi...", ucap Mak terhenti.
"Fidi baik-baik saja Mak. sudah, Mak istirahat saja!", aku pun meninggalkan Mak.
Masuk ke kamar, dan merebahkan diri di kasur yang masih tertata rapi.
Setelah delapan tahun, Allah mempertemukan aku dan bang Davin lagi. Dengan keadaan yang sudah berubah. Dia sudah menjadi seorang papa. Sedang aku? Aku masih terpuruk dengan dosa masa laluku. Dosa ku. dosa nya. Dosa kami berdua. Aku menangis tergugu di balik bantal. Lalu aku beranjak mengambil wudu. Aku tumpahkan air mataku di atas sajadah. memohon ampunan pada yang kuasa. Sampai tak ingat kapan aku tertidur.
#####
*Davin*
"Vin,,,"... panggil Bu Wiwit.
"Sudah malam sebaiknya mamah istirahat. Naira juga sudah tidur di kamar mamah!" kataku sambil bergegas meninggalkan mamah.
Aku memasuki kamar baruku. Yang baru ku tempati dua malam ini.
"Maira...." desahku.....
Flashback 8th yang lalu
Aku dan Maira berada dikamar kosku. Kebetulan disini aturannya bebas, asalkan aman. Selama ini pun , tak terdengar adanya kejadian pencurian atau apa pun.
"Bang, nanti pas wisuda jadi kan Abang kenalin maira ke orang tua Abang?" tanya maira kala itu dengan manjanya.
"Iya sayangnya Abang. Nanti, kalau Abang sudah menjadi karyawan tetap di **** ,Abang bakal langsung menikahi maira."
Gadisku yang cantik.
"Ra,,,," panggilku pelan .
Gadis cantik yang berwajah bersih itu memalingkan wajahnya padaku.
Ku kecup keningnya, ku dekap dalam pelukan ku.
"Abang cinta sama kamu Ra" bisiknya. Dia tersenyum menatap ku.
"Maira juga sayang sama Abang"sahutnya.
Lalu....tanpa kami sadari, dosa besar itu pun terjadi.
Maira menangis tergugu. Kami menyesal dengan semua yang sudah terjadi. Tapi apa mau dikata nasi sudah menjadi bubur. Aku berusaha menghibur Mairaku.
"Sayang, maafkan Abang. Tapi Abang janji, setelah lulus nanti Abang akan bertanggung jawab dengan apa yang sudah Abang lakukan. Abang janji!"
Maira, dia pun hanya mengangguk kan kepalanya. Menandakan kepasrahan yang dia percayakan padaku.
Hari wisuda pun tiba. Mairaku berdandan cantik sekali. Kebaya pink yang membalut tubuh tinggi semampai nya , menambah betapa cantiknya Mairaku.
Usai acara wisuda, aku berkenalan dengan kedua orang tua maira. Ku katakan bahwa kami serius menjalani hubungan kami. Sepertinya kedua orang tua maira pun bisa menerima ku dengan baik.
Tapi tidak dengan orang tuaku, papaku....
Tiba-tiba beliau datang menghampiri kami,
"Ngapain kamu disini Davin?"tanya papa.
"Ini maira dan orang tuanya pah. Maira calon...."
papa menampar ku dihadapan kedua orang tua maira.
"Pulang papa bilang. Kamu ga pantes bergaul sama orang kere macam mereka."
Bagai disambar petir, dadaku terasa sesak. Jelas sakit hati yang maira dan kedua orang tuanya rasakan. Aku melihat air mata diwajah Mairaku.
"Papah..." bentakku.
"Berani kamu bentak papa demi perempuan gembel kaya gini?"
"Ya Allah pah. Papah keterlaluan sekali!"
"Ngomong apa kamu Vin? Berani kamu sama papa?! Hey anak kampung, mulai detik ini jangan pernah ganggu Davin lagi. Karena saya sudah menyiapkan perempuan yang sepadan dengan Davin. tidak seperti kalian, keluarga miskin"
"Kami memang miskin pak, tapi kami juga tidek terima dengan hinaan anda. Ayok maira , ibu. Kita pergi dari sini. Dan kamu nak Davin, jangan jadi anak durhaka. Ikuti saja apa kata papa mu yang kaya raya itu!" ucap ayah maira meninggalkan ku.
Maira menatap sendu kepadaku, begitupun aku. Setelah kejadian itu, aku berusaha menemui maira lagi. Tapi lagi-lagi papah selalu mengancam ku. Aku berusaha menepati janjiku untuk maira.
Setelah beberapa Minggu aku tak bisa menemui maira, ku dengar kabar jika maira sekelurga mengalami kecelakaan. Kedua orangtuanya meninggal dunia. Dan maira selamat, tapi dia pindah keluar kota. Bahkan aku kehilangan jejaknya.
Begitupun denganku. Papah memutus semua akses ku untuk mencari keberadaan maira. Aku kehilangan maira.
Dua tahun setelah itu, papah menikahkan ku dengan perempuan pilihannya. Setahun kemudian kami dikarunia seorang anak perempuan, Naira namanya. Mirip dengan nama seorang yang aku cintai.
Aku berusaha mencintai sovi, ibu dari Naira. Tapi .... ternyata pengkhianatan yang kudapat. Dan yang lebih menyakitkan, sovi berselingkuh dengan papahku. Mereka terlibat kecelakaan, meninggal di tempat saat baru pulang dari puncak.
Tidak hanya aku yang sakit hati, tapi juga mamahku.
Dan....tentu saja Mairaku , gadisku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
andi hastutty
gara2 papanya huh
2024-01-27
0