#Tetangga Baru itu....

"Kamu berangkat ntar aja sih, nunggu hujan reda. Jalanan licin, takut kepeleset!" Mak mencegah ku berangkat ke sekolah.

"Fidi kan jalan kaki Mak, bisa lebih hati-hati. Lagian ga jauh sekolah nya juga. Mak...Mak...kaya fidi tuh masih kecil aja sih Mak"

"Ya bukan gitu atuh cu, hujannya deres banget. Takut kamu basah kuyup, kalo masuk angin gimana atuh"

"Mak...incu Mak ini kuat lho Mak. Jangankan hujan, pahitnya omongan tetangga saja udah kebal hahahahha"

"Kamu tuh Fid, kalo Mak bilangin ga mau dengerin"

"Ya udah Mak, fidi berangkat dulu. Assalamualaikum"

"Walaikumsalam...."

Tak lupa aku memakai mantel, payung dan sendal jepit. Sepatu serta peralatan lain ku selipkan diransel yang ku tutup dengan mantel.Dan satu lagi, masker untuk mengahalangi dinginnya cuaca yang menusuk hidungku. Kebetulan aku alergi terhada cuaca dingin.

Aku berjalan perlahan menuju sekolah. Ini masih pukul setengah tujuh , sepelan apa pun aku berjalan pasti bisa datang tepat waktu sampai sekolah. Kubangan air ada di sana sini . Sesekali aku terciprat genangan air yang terhempas roda kendaraan yang lewat. Untung saja, aku memakai mantel. Jika tidak, tamat lah riwayatku. sudah pasti seragam dan peralatan sekolah lainnya bakal basah kuyup.

Pukul 7 kurang 5 menit aku sudah sampai disekolah.

Tepat waktu bukan?

Aku mengerikan mantel dan payungku di tees kamar mandi guru. Sudah ada beberapa mantel yang meggantung disana. Karena cuaca yang tidak bersahabat seperti ini, sekolah memberi kebijakan tenggang waktu sampai jam 7.10

Aku masih ada waktu untuk mengganti sendal jepit ku dengan sepatu.

#####

Waktu mengajar sudah selesai, tapi hujan belum juga ada tanda-tanda mereda.

Beberapa guru masih standby di kursi mereka.

"Bu fidi, maap...maap....nih Bu. Saya punya temen, duda sih punya anak 2 udah SMP kayanya. Kali aja Bu fidi mau kenalan gitu, sapa tau cocok jadi jodohnya",Bu Sasa mulai menjadikan ku bahan pembicaraan. Aku hanya menanggapi nya dengan senyuman. Habisnya, ini untuk kesekian kalinya dia mempromosikan seseorang untuk ku jadikan suami.

" Bu Sasa....ga bosen apa promosi duda terus ke Bu fidi. emang Bu Sasa pikir, Bu fidi ga bisa apa cari yang bujang." seru Bu Alia,guru penjaskes. Bu Sasa mencebikan mulutnya. Sudah menjadi ciri khasnya seperti itu.

Hujan mulai reda. Satu persatu rekan guru mulai pulang ,tersisa aku dan 2 guru BK.

" Maaf sebelumnya Bu fidi...", ucap pak imam. Beliau guru Bk yang sangat dikagumi anak-anak. Lulusan psikologi yang mampu menampung keluh kesah anak didik nya.

Aku mengangguk, menandakan setuju beliau melanjutkan kalimatnya.

" Sejauh yang saya lihat, bukan lelaki yang tidak mau mendekati Bu fidi. tapi justru Bu fidi yang menciptakan jarak agar mereka tak mendekat.Apa benar yang saya katakan?"

Aku mengangguk. Pak imam memang bisa diandalkan.

"Saya punya alasan, kenapa saya merasa lebih baik jika sendiri."

"Bu fidi punya trauma? Atau mungkin, menunggu seseorang?"

Kupandang wajah pak imam, dia berusaha mencari kejujuran dimataku. Aku menggeleng pelan. Kurapihkan beberapa barangku diatas meja.

"Maaf pak imam, Bu Siti. obrolannya terhenti. saya mau ijin pulang duluan, takut hujan lagi malah repot" ,kualihkan pembicaraan dengan pak imam dengan berpamitan pulang.pak imam pun sepertinya tahu, aku tak nyaman saat harus menjawab pertanyaan ny.

#####

Hampir setengah 5 aku sampai kerumah. baru saja akan memasuki ruang tamu, tiba-tiba kang Dadang datang membawa kantong kresek berisi makanan.

"Assalamualaikum teh fidi...."

"Walaikumsalam, eh kanga Dadang. Ada apa kang?"

"Ini teh, ada titipan dari Bu Wiwit, tetangga kita yang baru pindah kemarin itu. Karena di rumah teh fidi tidak ada laki-laki jadi Bu Wiwit inisiatif menitipkan ke saya."

"Aduh. .jadi repot ya kang. Maaf ya kang ? by the way tolong sampaikan terimakasih buat Bu Wiwit ya kang kalo ketemu."

"ga repot lah teh, kan sekalian lewat. kalo gitu akang balik dulu ya teh. kasian takut anak-anak nungguin" seraya mengulurkan berkatnya.

Aku menerima berkat yang kang Dadang berikan.

"Assalamualaikum Mak"

"Walaikumsalam..."

"Sudah pulang kamu. eh ...itu apa?"

"Berkat dari tetangga baru yang pindahan.tadi kang Dadang yang bawain."

Mak membuka bingkisan kantong makanan ny lalu memindahkan ke piring.

"Mandi dulu y Mak."

"Itu, Mak masak air panas buat kamu mandi. biar ga masuk angin cu"

"Iya Mak. makasih"

Selesai magrib hujan sudah reda, tersisa kubangan air dimana-mana. Aku dan Mak juga sudah menikmati berkat dari tetangga baru tadi.

"Cu, berkunjung ke tetangga baru saja yuk. sudah sepi kayanya. Dari tadi Mak mau kesana, cuma rame ibu-ibu komplek. malas Mak!",

"Iya Mak. fidi siap-siap sebentar".

Ku kenakan jilbab besar menutupi dadaku. Dan juga jaket tebal untuk melindungi dari hawa dingin. Begitu pula dengan Mak Ipah.

Rumah tetangga baru sebenarnya tak jauh dari rumah kami. Jalan kaki sekitar 5 menitan lah. Dulu rumah itu milik salah satu orang terkaya dikomplek ini, sekarang si tetangga baru pun pasti juga kaya seperti pemilik sebelumnya. Karena rumah itu cukup mewah bagi kalangan kami.

Ternyata dugaan Mak kali ini salah. Sesampainya di rumah Bu Wiwit, ternyata Bu Tati and the gang sudah duduk manis di teras Bu Wiwit. Mak Ipah berniat kembali pulang, tapi aku memaksa Mak Ipah. Malu lah, sudah sampai disini masa ga jadi. lagipula seperti nya Bu Wiwit sudah melihat kedatangan kami.

"Assalamualaikum...." aku dan Mak mengucapkan salam.

"Walaikumsalam..." jawab semua ibu-ibu yang disitu.

"Eh...Mak. datang juga Mak!" Bu Tati menyapa.

Mak hanya mengangguk.

"Kenalkan, saya Mak Ipah. ini cucu saya fidini" kata Mak menyalami Bu Wiwit lalu memperkenalkan aku. Aku masih memakai maskerku, sepertinya sedikit flu karena kehujanan tadi pagi.

" Fid, atuh buka maskernya. Apa malu ya keliatan mukanya , takut dikenalin sama Bu Wiwit?"

"Maksudnya apa ya Bu Tati?"

"Ya kali aja malu, muka udah keliatan tuanya tapi ternyata masih single hahahahha....."

Astagfirullah....entah ada dendam apa Bu Tati sama aku. Mak Ipah sudah bersiap-siap mau menjawab tapi ku larang.

"Saya sedikit flu Bu Tati, takutnya malah menulari yang lain. Maaf y Bu Wiwit kalau saya tidak sopan"

"Ga papa mba fidi" ucap Bu Wiwit ramah.

"Silahkan dicicipi. maaf lho seadanya. sisa tadi siang!"

Kami semua mengiyakan saja sambil menikmati hidangan.

Ponsel ku berdering disaku gamisku. Ada panggilan dari Bu mika.

"Saya permisi angkat telpon dulu ya mak , Bu Wiwit..." ijinku.

Lalu aku beringsut menjauh dari kerumunan ibu-ibu.

Aku memilih duduk diteras ujung. ku buka maskerku karena Bu mika tak jelas mendengar suaraku. sekilas ku mendengar suara mobil memasuki pekarangan rumah. Mungkin suami atau kerabat Bu Wiwit. Panggilan dengan Bu mika ku sudahi, bersamaan juga dengan seorang pria yang sedang memasuki teras.

Deg....

Aku beradu pandang dengan si pria. Ada keterkejutan diantara kami berduan. Bagaimana tidak? Dia, pria yang sudah merusak harapan dan masa depan ku. berdiri tegak dihadapan ku.

"Maira?" tanyanya dengan suara bergetar. Apakah wajahku tak jauh berubah setelah 8 tahun berlalu. Tak terasa air mataku meluncur begitu saja.

"Papa...ayo masuk!"

Gadis kecil berusia sekitar 4tahun, memanggil nya papa. Dan si pria pun menuruti gadis kecil itu.

Ya Allah.....desis ku dalam hati.

Terpopuler

Comments

andi hastutty

andi hastutty

kenapa masa lalu fidia yah penasaran

2024-01-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!