"Teman Istri Tuan adalah guru pembimbingku di kampus, dia yang memperkenalkan kami." Jawabku tenang.
***
Berapa hari pertama, aku menghalalkan segala cara untuk mendekati Jackson, tapi Jackson selalu menjauhiku.
Aku takut terlalu inisiatif akan membuatku semakin cepat mengekspos diri. Jadi, aku memutuskan untuk mendekati sekretaris Jackson lebih dulu, asalkan ada dokumen yang perlu diantarkan untuk Jackson, maka akan aku antarkan.
Kini, aku berdiri di depan pintu ruangan Jackson sambil memikirkan bagaimana caranya masuk ke dalam lalu menggodanya.
"Clara, kau akan mengantarkan dokumen itu ke Tuan Jackson bukan?" Tanyaku.
"Benar, Nona." Jawab Clara sambil mengangguk.
"Biar aku lagi saja yang mengantarnya. Kau lanjutkan saja pekerjaanmu." Pintaku, Clara pun memasang wajah sedikit ragu.
"Aku utusan Nyonya Baldev secara langsung. Apa perlu meragukanku." Ucapku. Mendengar kalimatku, barulah Sekretaris Clara memberikan Dokumen itu kepadaku.
Akhirnya, setelah beberapa kali mengantar dokumen, Jackson mulai memperhatikannya.
"Kok kamu lagi?"
Aku tak menjawab, tapi membalas dengan senyuman mempesonaku.
Aku melihat rak buku di belakang, lalu bertanya. "Anda biasanya suka baca buku luar negri ya? Saya paling suka baca《Passionate Lover》, saya sangat terpesona dengan perasaan pria barat yang membara, mereka tidak mempermasalahkan moralitas duniawi, tidak peduli dengan pandangan orang-orang, mereka akan melakukan suatu hal sesuai dengan apa yang mereka mau, dan hidup menurut kemauan mereka.” Tanyaku berusaha menggodanya.
Namun, Jackson hanya mengendorkan dasinya dengan satu tangan, dan menjawabku dengan singkat.
"Bukunya dipajang, tapi tak pernah dibaca. Pandanganku bertentangan dengan orang barat, menurutku menahan diri adalah yang terbaik." Jawabnya cepat.
"Masih ada urusan?"
Dari pertanyaanya aku langsung paham, wanita yang perhatian sama sekali tidak bisa menaklukkan Jackson, kalau begitu aku hanya bisa menggunakan jurus andalanku selangkah demi selangkah.
Membungkukkan sedikit tubuhku dan menatap kalender digital, kancing di kerah kemejaku secara kebetulan tergantung di ujung atas, dengan sedikit gerakan, kancingnya pun terlepas 2 biji, ada 1 yang menggelinding ke sisi tangan Jackson. Aku pura-pura tidak tahu, aku tetap menatap mata Jackson dengan penuh perasaan tersirat.
"Tuan Jackson, sebagai asisten pribadi Anda, aku perlu memahami apa yang Anda suka dan tidak. Misalnya, makanan apa yang harus Anda pantangi, selera Anda, apa Anda bisa memberitahuku?"
Pinggul dan bokongku membentuk lekuk yang seksi dengan berbagai macam gaya, seolah-olah melilit di tubuh Jackson.
"Kuharap kedepannya apapun dariku bisa membuatmu sangat puas, seperti—" ujung jariku seolah-olah menyentuh tangan kanan Jackson.
"Seperti tangan kanan Anda, membelai tangan kiri sendiri, begitu mengerti isi hati Anda."
Jackson akhirnya punya sedikit reaksi, meskipun pandangannya hanya berhenti sekilas di hadapan kedua belahan dadaku yang seputih salju, tapi tidak ada gejolak sedikit pun di dalam matanya. Tidak seperti kebanyakan pria yang akan terus memandangi keindahan di depan mata. Tidak banyak bagian tubuhku yang terekspos, kalau kebanyakan nanti jadi kitsch.
Keindahan yang sebatas cukup adalah yang paling membuat orang tergila-gila.
Jackson memindahkan tangannya. "Aku tidak punya waktu buat ngurusin kamu." Ucapnya.
Aku tidak terima, tapi aku tetap berakting seperti legenda mitos, di mana penantian berubah menjadi kesedihan, kejutan menjadi kekecewaan, semuanya aku ekspresikan lewat kedua mataku yang berkabut secara detail dan langsung, membuat hati orang bergejolak melihatnya.
"Aku bersedia mendengarnya kapan saja saat Anda punya waktu."
Jackson menolakku tanpa basa-basi. "Aku tidak punya waktu kapanpun, keluar!"
Aku mempertahankan gayaku selama beberapa detik sebelum menerima kenyataan akan kegagalan rayuanku.Aku sangat tidak terima di dalam hati, tepat saat aku merapikan ujung rokku dan hendak keluar. Jackson memanggilku
"Berapa umurmu?"
Aku tertegun. "26."
"Masa-masa yang bagus."
Biasanya aku akan berhasil hanya dengan 3 kali berinisiatif pada 99% mangsa yang pernah kudekati, dan Jackson adalah pengecualian 1%.
Hingga saat ini, percakapanku dengan Jackson masih berada di garis normal, paranoid saja Jackson tidak, apalagi selingkuh.
Jackson benar-benar sulit ditangani.
Setelah kejadian itu, Jackson pergi ke sebelah untuk memantau sebuah kasus akuisisi, dia membawa sekretaris Clara, tapi tidak membawaku.
Di saat aku berpikir bahwa aku kehilangan perhatian saat belum mendapatkannya, Jackson menelponku dan menyuruhku datang ke Hotel Royal.
Dalam perjalanan ke sana, aku melaporkan kemajuan misi kepada Zea, Zea langsung memadamkan semangatku dan memintaku untuk tidak senang terlalu awal, Jackson paling mahir dalam mempermainkan orang dengan acuh tak acuh.
Aku berkata sambil menyetir, "Nyonya, Suami Anda mahir, aku juga sama."
Setelah memutuskan percakapan dengan Nyonya Baldev. Aku pun tiba di depan hotel Royal. Aku segera keluar dari mobil, lalu memberikan kunci mobilku kepada tukang parkir yang akan memarkirkan mobilku.
Tanpa pikir panjang pendek, aku segera berjalan masuk kedalam hotel. Hingga aku menemukan ruangan perjamuan. Aku segera memasuki perjamuan.
Setelah masuk, aku langsung menghampiri Tuan Jackson lalu berdiri disampingnya.
"Apa kau ingin minum?" Tanya Tuan Jackson.
"Tidak perlu, Tuan. Lutut saya akan lemas bila minum." Jawabku.
"Baiklah, kau tidak perlu minum. Cukup berdiri dan menunggu hingga aku memberikan printah selanjutnya padamu." Ujar Jackson.
Aku pun patuh dan tidak banyak bicara."Kudengar Hadden Junius juga mau ikut campur dalam akuisisi kali ini."
Jackson menggoyangkan gelas anggurnya, lalu berkata. "Paman Istriku ini memang tidak bisa diam, dia terlalu tamak."
Seorang pria berkata. "Kita lihat saja bagaimana Presdir Jackson menekannya."
"Dia bukan lawanku."
Aku yang berada di sampingnya tersenyum ringan mendengar perkataan itu, Jackson benar-benar sombong.
Suara tertawanya menarik perhatian para rekan bisnis, seseorang berkata,
"Presdir Jackson ganti sekretaris?"
"Asisten pribadi yang Istriku perkenalkan, tidak pintar, tidak juga bodoh." Jawab Jackson.
Seorang pria berkata. "Pacar idamanku dulu sangat mirip dengan Asisten Presdir Jackson."
"Oh iya?" Jackson jadi agak tertarik, dia bertanya padaku, "Siapa namamu?"
Aku sudah mengikuti Jackson selama 2 minggu, tapi Jackson masih belum ingat namaku. Ingatannya sangat bagus, kecuali dia memang tidak peduli.
"Namaku Kiya, Tuan." Jawabku lembut.
Setelah perjamuan berakhir, Jackson merokok setelah masuk ke dalam mobil, suasananya sangat sunyi, tapi malah membuat orang sangat terpesona.
Aku duduk di kursi di sebelah pengemudi, melihat langit malam dan cahaya oranye menyatu dan menyinari wajahnya, asap-asap berterbangan, sosoknya tampan dan juga dingin, setelah terbiasa melihat Jackson yang tidak tersenyum dalam balutan setelan kerja.
Aku yang saat ini mengenakan sebuah model kemeja berwarna fuchsia yang mencolok, dengan kancing yang tidak rapi. Tulang selangkangnya dicemari oleh cahaya lampu, dan mulutnya sedang menghisap setengah puntung rokok.
Tepat saat aku sedang memikirkan cara untuk memanfaatkan kesempatan malam ini, Jackson mematikan rokoknya. "Tampan?"
Aku belum tersadar dengan apa yang dia katakan, "Apa yang Anda katakan?"
"Aku tampan ngak?? Jackson berkata dengan sedikit mabuk, lalu mencondongkan tubuhnya ke samping, matanya bertemu dengan mataku.***
Hallo selamat pagi semuanya 🤗
ketemu lagi sama Othor. Othor bawa novel baru nih, jangan lupa like, komen, favorit, hadiah dan votenya. Karena ini novel hadiah untuk yang udah pinang novel cetak my boss is my husband. jadi, akan dipublish di noveltoon sampai TAMAT.
Selamat membaca semuanya, semoga suka. jangan lupa tinggalkan jejaknya ya. Sayang reader semua 😍😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Dede Dahlia
ko aku berpikir jackson menyimpan banyak teka teki 🤔
2022-10-03
0
Noveler
lanjut
2022-07-08
0
Pesek Gitank
masih nyimak,kayak banyak rahasianya
2022-03-31
1