Pernikahan yang melibatkan Reksa dan Celine, akhirnya tetap dilaksanakan, setelah banyak drama yang mereka lewati bersama. Dua bulan telah berlalu, meninggalkan sejumlah kenangan mengesalkan yang tidak dapat lagi dihilangkan. Terutama bagi Celine yang terus bersabar dengan segala kesombongan Reksa, pria yang sejak dua hari yang lalu telah resmi menjadi suaminya dan saat ini pria itu tengah duduk di sampingnya sebagai pasangannya.
Momen paling mengesalkan bagi Celine adalah ketika Reksa datang melamarnya bersama Wirya Utama dan Sanny—kedua orang tua Reksa. Dengan sangat tidak sopan, Reksa berkata pada Celine bahwa rumah keluarga Celine sangat kecil, kumuh, dan bau. Andaikan saja sedang tidak memiliki rencana untuk membuat pria itu jatuh cinta, mungkin Celine sudah melemparkan pukulan super keras, mengingat dirinya begitu andal dalam hal bela diri.
Kesabaran Celine terus diuji hingga saat ini, saat di mana Reksa sebagai mempelai pria tidak mau bersikap lunak sama sekali. Bahkan, sejak bertemu di singgasana pesta resepsi tersebut, Reksa sudah menunjukkan ekspresi jijik dan seolah ingin muntah. Geram? Sudah pasti! Namun lagi-lagi, Celine harus tetap menahan emosi. Ia tidak boleh kalah, sebelum rencananya untuk membuat Reksa jatuh cinta padanya bisa terwujudkan!
"Bahkan, ... para tamu undangan jauh lebih cantik darimu, Cel. Lihat saja penampilan mereka sangat elegan, menunjukkan bahwa mereka adalah wanita-wanita elite yang terhormat. Aku benar-benar malu duduk di sini bersama kamu," bisik Reksa tepat di samping telinga Celine dengan kalimat yang lagi-lagi sangat pedas.
Celine memutar bola matanya, lalu menghela napas panjang. Sementara salah satu telapak tangannya tampak mengepal erat, menandakan bahwa ia sedang menahan amarah besar.
I can do it! Aku harus mengalahkan Reksa. Titik! Pikir Celine, setiap kali godaan para setan menyuruhnya untuk mengamuk saja.
“Ya, tapi tetap saja kan, Pak, yang jadi mempelai terhormat Bapak ini Nona Celine Aurora Rodiya. Bukan mereka ...!” balas Celine untuk ucapan Reksa, dengan suara tegas, tetapi tertahan karena keadaan. Tak lupa ia mengerlingkan salah satu matanya, saat Reksa bersedia bertatapan dengannya.
Reksa menggertakkan gigi. “Kamu benar. Tapi, sungguh, ini bencana untukku!”
“Oh ya? Masa'? Kok bisa? Kenapa? Kronologinya bisa dijelaskan, Pak? Sepertinya BMKG tidak memberikan penjelasan apa pun soal bencana. Kok sampai ada bencana, Pak? Bapak mimpi, ya? Saking bahagianya menikah sama aku? Ya, 'kan? Iya, dong!" Dengan sengaja, sembari memasang wajah genitnya, Celine memberondong Reksa dengan sejumlah pertanyaan yang sama sekali tidak berbobot.
Lagi dan lagi, Reksa dibuat geram oleh sikap Celine yang menurutnya sangat memalukan. Kalau saja, sedang tidak berada dalam keadaan dipajang, mungkin ia akan mendorong wanita muda itu ke laut agar dimakan oleh hiu! Inilah bukti bahwa memilih pasangan itu harus dilihat dari bebet, bibit, dan bobotnya. Supaya apa? Supaya para pria tidak terjebak dengan seorang wanita selengean yang tidak punya tata krama.
Namun apa mau dikata, Reksa tidak bisa menerapkan prinsipnya sendiri soal memilih calon istri. Wirya yang sama lembutnya seperti Rodian—ayah Celine—memintanya untuk menikah dengan Celine dengan segala macam cara. Serupa seperti Celine yang tidak tega terhadap permintaan Rodian, Reksa pun merasakan hal yang sama. Ia pikir Celine bisa diajak bekerja sama untuk saling menolak, tetapi lihat! Wanita yang 11 tahun lebih muda darinya itu justru menyanggupi, bahkan saat ini cenderung meledeknya yang ingin terlepas dari ikatan pernikahan.
“Satu jam lagi pesta ini selesai dan aku berharap, aku enggak bertemu denganmu lagi, Cel," ucap Reksa dengan suara datar karena beberapa tamu yang hendak memberikan ucapan selamat mulai mendekat pada dirinya dan juga istrinya tersebut.
Siapa juga yang mau bertemu, batin Celine. Ia memutuskan untuk tidak menjawab karena dirinya segera disibukkan oleh para tamu yang sudah sampai di hadapannya.
“Aaa! My Celine!" Keira yang merupakan salah satu tamu tersebut, terpekik sembari menjatuhkan sebuah pelukan untuk Celine. “Maafkan aku, hari ini enggak bisa jadi bridesmaid-mu. Kamu cantik banget, cocok banget memakai crown dan white dress super kece begini. Enggak nyentrik, tapi sangat natural dan cantik. Ya ampun, enggak percaya teman petualang justru menikah duluan! Selamat ya, Cel!”
Celine turut terpekik dan kembali memeluk Keira untuk kedua kalinya. “Terima kasih, ya, Ra. Berkat kamu aku bisa secantik sekarang, Ra. Kamu memang andalan kalau soal fashion, meski anak gunung sekalipun. Ingat ya, Ra, jangan nikah dulu sebelum kita keliling dunia!”
“Duh! Egois banget kamu, Celine! Kamu sudah menikah, terus aku enggak boleh. Ah ... tapi ya sudah. Kamu kan memang sedang ada renca—”
“Apa kalian nggak bisa segera berhenti banyak bicara?” sahut Reksa memotong ucapan Keira. “Kamu salah satu staf di perusahaan saya, bukan? Kamu mau saya pecat kalau terus bikin gaduh di sini?” lanjutnya dengan lebih formal pada Keira, tetapi judes, sesaat setelah menyadari bahwa wajah wanita itu cukup familier.
Keira menelan saliva detik itu juga. Tak ia sangka, ternyata Reksa hafal dengan wajahnya. Ia pikir Reksa tidak akan mengenalinya, sebab atasan tertingginya itu selalu acuh pada para karyawan. Namun, dinginnya Reksa, nyatanya ia tetap seorang pengamat.
Setelah mengusap salah satu lengan Celine, Keira bergegas untuk meninggalkan singgasana raja dan ratu sehari tersebut. Kepergian Keira yang disebabkan oleh ucapan pedas dari Reksa, menimbulkan decak sebal di hati Celine. Selain mampu menjadi suami super angkuh, sepertinya Reksa benar-benar pimpinan killer yang sangat dibenci oleh para karyawan di PT Gold Pandega Innovation atau lebih dikenal sebagai Golden Rose.
”Sadis banget sih, jadi manusia,” gumam Celine sembari memalingkan wajahnya dari wajah Reksa menuju tempat lain di mana ayahnya berada.
Reksa hanya melirik. Ia tidak lagi berselera mendebat ucapan lirih dari Celine. Pesta resepsi tersebut sudah sangat memuakkan dan di sepanjang hari ini, ia terus adu mulut dengan Celine yang memiliki sejuta jawaban nyeleneh dan tidak berbobot. Sudah cukup! Reksa tidak mau lagi membuang-buang waktu untuk sesuatu yang tidak penting.
***
Kekesalan hati Reksa serta Celine tampaknya belum berakhir. Setelah tiga jam pasca pesta resepsi terakhir selesai, keduanya justru dikumpulkan bersama para orang tua dari kedua belah pihak di apartemen Reksa sendiri. Yang mana pertemuan tersebut, secara otomatis membuat Reksa tidak dapat beristirahat dari segala keletihan hari ini. Pun pada Celine yang sejak tadi sudah mengeluh pada Deswita, tetapi alih-alih dibela, ia justru kena omel panjang lebar dari ibunya tersebut.
“Maaf, maaf. Sepertinya Ibu mengganggu momen terindah kalian ya?” ucap Sanny, ibu Reksa yang memiliki andil besar dalam perencanaan resepsi pernikahan putra dan menantunya.
Celine menggeleng canggung. “Enggak kok, Tante,” jawabnya. “Eh, Ibu!” ralatnya.
”Ya ampun santai saja, Nak Celine, pelan-pelan. Masih kagok sepertinya.” Sanny tersenyum lembut setelah berkata-kata. “Nanti Reksa yang akan bimbing Nak Celine. Benar, 'kan, Reksa?” lanjutnya sembari menatap wajah putranya sendiri.
Reksa menelan saliva dan lagi-lagi ia tidak memiliki pilihan lain, selain menurut. “Iya, Ibu,” jawabnya singkat.
“Ibu kalian punya kejutan besar nih.” Wirya yang duduk di sebelah Sanny, mulai ikut andil dalam perbincangan.
Mendengar ucapan Wirya, Deswita langsung menatap suaminya sendiri. Ia menyentil pinggang Rodian, lalu berbisik, “Kejutan, Yah. Kita enggak bawa apa-apa. Bagaimana ini?”
”Sssttt ...! Nanti saja, kita diam dulu, Buk,” jawab Rodian sama pelannya seperti suara sang istri.
Kejutan? Yang namanya kejutan pasti selalu membawa dua kemungkinan. Sebuah kemungkinan buruk atau juga bisa baik. Namun dalam keadaan yang sudah serunyam ini, Reksa dan Celine menduga bahwa kejutan tersebut akan memberikan dampak negatif yang akan sulit mereka atasi. Mengingat tentang hal itu, ketegangan langsung melingkupi perasaan sepasang pengantin baru tersebut. Lantas, sebenarnya kejutan macam apa yang Sanny siapkan untuk mereka?
Dua lembar tiket pesawat Sanny tunjukkan di hadapan Reksa dan Celine. “Kalian harus berbulan madu, satu minggu lagi! Ibu sudah menyiapkan ini jauh-jauh hari. Biaya yang Ibu keluarkan untuk membayar jasa honeymoon organizer juga sangat besar lho!” ucapnya menjelaskan.
“Ibu!” Reflek, Reksa berseru. “Ah, maaf. Tapi, Ibu, Ayah, kami kan masih sangat baru. Baru menikah dan baru mengenal. Ma-mana mungkin langsung disuruh berbulan ma—”
“Bulan madu akan membuat kalian kian dekat dan saling mengenal satu sama lain lho!" potong Wirya. “Tenang saja, Reksa, Ayah bisa menggantikanmu untuk sementara waktu di perusahaan.”
”Tapi, Ayah. I-ini terlalu mendadak. Kami menikah mendadak, masa' iya langsung ... ah!” Reksa yang geram dan tidak habis pikir, mengusap wajahnya dengan kasar.
Sementara, Rodian dan Deswita memilih diam. Mereka khawatir jika ikut ambil bicara, suasana hati Reksa atau mungkin Celine bisa menjadi semakin ambyar.
“Waaah! Moskow, Rusia?” Namun, alih-alih kesal layaknya perasaan suaminya, Celine justru menatap takjub pada tiket penerbangan tersebut. “Aku sih mau saja, Rusia lho ini!” lanjutnya secara blak-blakan.
“Apa?!" Mata Reksa membelalak, menatap Celine yang lagi-lagi membuat ubun-ubunnya nyaris meledak. ”Celine, ka—”
“Why?” Celine tersenyum-senyum. Ia tidak memedulikan Reksa dan justru berkata, “Terima kasih, Ibu Mertua! Celine pasti akan menikmati perjalanan ini, sungguh!”
“Keputusan bagus, Nak Celine!" sahut Sanny antusias. Ia senang karena Celine tidak membuat usahanya menjadi sia-sia. Kini tinggal bagaimana caranya membujuk Reksa agar putranya tersebut tetap mau berangkat honeymoon bersama Celine ke Moskow, Rusia.
Keputusan Celine yang langsung menerima kejutan dari Sanny tentu saja bukan tanpa sebab. Ia memang selalu memimpikan tentang perjalanan keliling dunia bersama Keira. Namun jika ada kesempatan gratis semacam ini, tidak ada salahnya, bukan, jika ia langsung setuju? Bukan karena meterialistis, tetapi sangat realistis. Lagi pula, jika kejutan tersebut ditolak, Sanny pasti akan mengalami banyak kerugian, entah secara materi maupun mental.
Reksa yang sudah terjebak tak bisa lagi menyangkal. Istrinya memang wanita yang luar biasa. Tidak hanya mengesalkan, tetapi juga asal-asalan. Kalau saja Celine normal, mungkin wanita itu akan membuat keputusan dengan segala macam pertimbangan. Terlebih, ketika dirinya menikah dengan pria yang baru dikenal. Belum lagi, Sanny yang selalu menilai seseorang secara detail, justru begitu cepat dalam menerima keberadaan Celine.
Memang benar, Wirya dan Sanny sudah mengenal Rodian dan Deswita sejak lama. Namun karena kesibukan masing-masing, mereka jarang sekali bertemu. Sekalinya bertemu, justru mengadakan perjodohan tak masuk akal. Selain itu, bagaimana bisa wanita yang dipilih untuk Reksa adalah Celine? Reksa benar-benar tidak habis pikir!
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
honey moon
2022-08-26
0