Kehidupan pernikahan yang selalu diidam-idamkan tampaknya hanya menjadi sebuah angan-angan. Sudah satu minggu sejak acara resepsi dilaksanakan, tetapi antara Reksa dan Celine masih saja diselimuti banyak pertentangan. Meski kerap teringat pada tujuan awalnya yakni hendak membuat Reksa jatuh cinta, tetap saja di beberapa kesempatan Celine masih tidak dapat meredam emosinya.
Selain karena sudah sangat lelah, kata-kata Reksa yang sedari awal sampai saat ini masih sama saja—menohok, tajam, dan menyebalkan—merupakan salah satu penyebab Celine sering naik pitam. Meski keduanya sudah berada di sebuah negara indah, tetap saja pertengkaran masih menjadi makanan spesial, bahkan sukses menyaingi posisi nasi sebagai makanan pokok dalam kehidupan mereka.
Moskwa atau Moskow adalah ibu kota dari negara Rusia, yang juga menjadi tempat di mana Reksa dan Celine berada. Bulan madu yang dihadiahkan oleh Sanny akhirnya tetap diterima oleh sepasang suami dan istri tersebut. Tentu saja, segala penerimaan masih diiringi keterpaksaan yang lagi-lagi membuat Reksa nyaris kehilangan semangat hidup.
“Kamu harus pindah ke kamar lain, Cel!” tegas Reksa pada Celine yang masih sibuk mencari pakaian ganti. “Sama seperti ketika di rumah, aku enggak mau satu ruangan denganmu. Bisa gatal-gatal aku nanti!”
Celine menghentikan aktivitasnya. Ia menghela napas dan setelah itu menatap Reksa. “Aduh, Reksa! Aku bisa kok tidur di sofa, enggak harus di kasur bersama kamu!” balasnya tak kalah tegas.
“Kalau begitu lekas keluar dan cari kamar lain!”
“Aku kan tadi sudah bilang, aku akan tidur di sofa! Ih! Bisa enggak sih santai sedikit? Perbaiki sifat burukmu itu, Suamiku sayang.” Celine berkata sampai berdiri dan menghentakkan kakinya karena kesal kembali melanda. “Aku ini istri kamu lho! Bukan orang lain.”
“Ya, aku tahu. Tapi, aku sama sekali enggak menyukai wanita gembel sepertimu.”
“Gembel?! Kamu ini kan laki-laki, kenapa sih mulutnya julid sekali?! Kalau aku gembel, enggak mungkin Om Wirya menjodohkan kamu sama aku. Reksa, jangan merasa seperti dewa deh! Coba deh berkaca, wajahmu saja enggak terlalu tampan, selain semakin tuir! Lihat tuh sudah ada keriput yang membingkai matamu, termasuk sudut bibirmu. Belum lagi lubang hidungmu yang selebar gua dan kerap kembang kempis kalau lagi marah. Seharusnya kamu malu dan lebih baik tenang, daripada marah-marah terus kelihatan norak dan jelek! Selain itu, kamu bisa lebih cepat tua, tahu!”
“Apa katamu?” Pelan, Reksa membalas, tetapi kedua alisnya langsung menyambung satu sama lain. Wajahnya menunjukkan raut terkejut dan juga malu dalam waktu yang bersamaan.
Sementara Celine justru menjulurkan lidah demi mengejek Reksa. Ia tidak lagi ingin banyak bicara dan bergegas untuk kembali mencari pakaian gantinya. Waktu penerbangan yang ia arungi selama kurang lebih 15 jam sudah sangat melelahkan, jadi untuk apa lagi ia menyahut semua perkataan Reksa yang benar-benar menyebalkan? Anggap saja angin lalu yang tidak penting, daripada dipikirkan.
Celine menuju ke kamar mandi mewah, sementara Reksa masih tercenung. Pria itu masih kepikiran tentang apa yang dikatakan oleh Celine barusan. Karena merasa penasaran pada ekspresinya sendiri, termasuk kerutan yang kata Celine sudah membingkai matanya, Reksa pun memutuskan untuk beranjak. Ia berjalan menuju kamar dan menjumpai kaca rias yang terpasang di sana.
“Apa aku memang setua itu? Oh, apa aku juga sejelek itu kalau sedang marah?” Reksa bergumam sembari mengamati paras wajahnya sendiri.
Dengan sangat konyol, Reksa memasang raut marah. Selang beberapa detik kemudian, ia berlagak santai, lalu menunjukkan ekspresi marah lagi. Bahkan, dengan tidak tahu malunya Reksa mengembangkempiskan lubang hidungnya sendiri untuk membuktikan selebar apa alat pernapasannya tersebut.
“Ah!” Reksa menggeleng-gelengkan kepalanya. “Enggak, enggak separah itu kok. Hidungku masih biasa saja, masih normal untuk ukuran manusia. Enggak selebar gua juga. Kerutan di samping mataku juga enggak banyak, cukup tipis dan sangat wajar untuk usiaku sekarang. Jadi, untuk apa aku mendengar semua ucapan bocah nakal itu, coba?”
Kendati berkata se-demikian bijak dan terdengar sangat yakin, jujur saja perasaan Reksa masih tidak tenang. Ia memang tidak menyukai Celine, tetapi ia tidak mau jika wajahnya dinilai seburuk itu oleh istrinya tersebut. Sebagai pria yang kerap bersikap angkuh bagaikan penguasa nomor satu, Reksa harus selalu tampil sempurna, bukannya jelek sampai bisa dihina-hina.
Gelisah, Reksa berjalan ke sana-kemari dan kembali membayangkan ekspresinya sendiri ketika sedang marah-marah di hadapan sang istri. Ia juga masih kerap menemui cermin guna memeriksa paras wajahnya. Reksa memang seorang pria yang sangat detail sehingga menurutnya segala sesuatu harus selalu sempurna. Ia bahkan bisa mandi selama tiga jam, sampai hatinya merasa yakin semua kotoran di tubuhnya benar-benar hilang.
Sayangnya, di dunia yang fana ini tidak ada kesempurnaan yang hakiki. Sama halnya sosok Reksa, yang meski sudah berusaha tampil perfeksionis, selalu saja ada kekurangan yang menyertainya.
“Enggak perlu dipikirkan kata-kataku, Sayang, aku tetap menerima kamu sebagai suami aku kok!” Tiba-tiba terdengar celetukan suara Celine.
Ya, inilah salah satu bukti Reksa tidak bisa terlalu sempurna seperti yang selalu ia inginkan. Kamar hotel tersebut berjenis presidential suite room yang memisahkan antara ruang tamu dan ruang tidur, tetapi Reksa lupa menutup pintu ruang tidur yang ia masuki. Yang mana, kesalahan tersebut membuat dirinya terpergok oleh Celine saat sedang gelisah dan kerap menghampiri cermin rias demi memastikan keadaan parasnya sendiri.
“En-enggak! Si-siapa yang kepikiran?!” Tegas, Reksa menyahut. Tubuhnya langsung tegap setelah sebelumnya membungkuk dan menatap cermin. “Dan lagi, kenapa masuk ke kamarku sembarangan sih?!”
“Aduh, aduh, si Sayang ini!” Celine mengerlingkan mata, genit. “Coba lihat sekali lagi, kakiku belum menjamah lantai kamar kamu, masih di luar pintu kok! Jadi, enggak masuk sembarangan dong!”
Reksa tersudut. Ia menelan saliva dengan getir dan terus memaksa otaknya untuk dapat membantunya menemukan kalimat agar bisa membalas ucapan sang istri. “Te-tetap saja, kamu sudah sembarangan mengintip orang lain!”
“Orang lain, bagaimana? Kamu kan suami aku, Pak Reksa!”
“Ya, tapi kenyataannya aku enggak mau menjadi suami kamu. Bahkan, aku sudah merencanakan perceraian kita suatu saat nanti.”
Hati Celine serasa dipukul menggunakan senjata tumpul. Sesak rasanya, bahkan dalam beberapa saat ia cukup sulit untuk menghela napas. Celine memang tidak menyukai Reksa, tetapi bukan berarti ia mau dicerai begitu saja. Ia memiliki mimpi untuk berkeliling dunia bersama Keira, tetapi di otaknya tidak pernah ada rencana untuk gagal di dalam pernikahannya dengan Reksa. Lagi pula, ia ingin membuat Reksa jatuh cinta dan sebelum rencana itu berhasil, perceraian tidak boleh terjadi!
“Po-pokoknya!” Masih dalam keadaan malu, Reksa kembali melanjutkan perkataannya. “Pokoknya kamu harus pindah kamar, titik! Kalau kamu terlalu kampungan sampai enggak mengerti cara pesan kamar, aku bisa mencarikan kamar lain untukmu, Cel. Lalu soal perjalanan ke tempat wisata seperti yang dijanjikan ibuku, jangan harap pernah ada! Aku enggak sudi jalan sama kamu!”
“Aaa! Banyak banget sih aturannya, pelit banget jadi manusia! Dasar si Hidung Gua! Jelek, keriput, tuir lagi! Lihat saja nanti, kalau sudah klepek-klepek sama aku, Reksa! Aku akan membalas semua kesombonganmu!” Emosi Celine kembali dibuat meledak-ledak. Ia yang sudah kesal langsung menarik gagang pintu, lalu menutup pintu itu dengan sangat keras sampai menimbulkan bunyi dentaman.
“Waaah! Lagi-lagi dia mengataiku hidung gua dan tuir. Dia sendiri enggak cantik sama sekali! Dan lagi, klepek-klepek apanya?” Mata Reksa membelalak dan ia kembali berjalan ke sana-kemari. Namun, beberapa detik kemudian matanya mengerjap-ngerjap. “Ma-manis, ya, agak manis saja dan enggak cantik! Benar-benar wanita yang unik bin aneh.”
Pertengkaran antara Reksa dan Celine meredup dalam beberapa waktu, tetapi kekesalan yang mereka torehkan untuk satu sama lain masih saja berapi-api. Apalagi ketika mentari kota Moskow sudah mulai terbenam, Reksa benar-benar merealisasikan rencananya untuk membuat Celine berada di kamar yang berbeda.
Karena sudah sangat lelah dan tidak bisa menyangkal kehendak sang suami, Celine hanya bisa mengalah. Celine menempati sebuah kamar berjenis single room yang kesannya lebih sederhana daripada kamar mewah dengan sajian keindahan pemandangan kota yang ditempati oleh Reksa.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
kamh hrsnya beruntunh rek,dgn gaul sama celin,kamu bisa awet muda..wkwkw
2022-04-20
0