Celine berjalan melewati koridor gedung kantornya bersama Danurdara alias Danu. Mereka terlibat perbincangan panas dan masih membahas mengenai sifat menyebalkan milik sang bos, yang sering Celine sebut dengan nama Bos Culun. Pekerjaan sebagai seorang admin di sebuah perusahaan akuntansi memang kadang kala menjengkelkan. Terlebih ketika dirinya terus dijadikan sasaran empuk oleh atasannya. Danu, salah satu rekan, selain banyak rekan lainnya yang betah mendengarkan semua gerutu lucu yang keluar dari bibir mungil milik Celine.
“Sudah di rumah ada masalah, di kantor juga masih ada. Sepertinya tahun ini, aku memiliki nasib super buruk deh, Nu! Bayangkan saja, setiap hari si Culun itu bikin aku naik darah, tapi aku yang selalu mengalah. Ah! Dia bukan ayahku, aku juga enggak punya salah apa pun ke dia kok! Tapi, kenapa, why?! Harus aku yang disuruh ini itu?! Rasanya, ingin aku colok lubang hidungnya yang besar dan mata empatnya yang kerap mendelik-delik kayak setan!” Celine mendadak menghentikan langkah saat ia mengatakan keluhan terakhirnya.
Danu tergelak, pun pada aktivitas kakinya yang juga turut berhenti karena mengikuti tindakan Celine. Dalam keadaan sedang tertawa, ia menatap Celine dengan penuh kekaguman. Menurutnya, wanita muda tersebut selalu saja memiliki banyak kejutan yang kerap membuat orang lain turut terhibur.
Satu hal yang membuat Danu semakin menyukai Celine adalah ketika Celine tetap mengerjakan tugasnya dengan baik, meskipun bibirnya terus melontarkan banyak keluhan. Selain itu, Celine kerap membawa dampak ceria pada orang-orang sekitarnya, terutama Danu yang diam-diam menyukainya.
“Sudah, sudah. Enggak baik lho memberondong orang yang lebih tua, apalagi beliau adalah atasan kita, Cel! Jatuhnya nanti kamu jadi pembully, enggak baik, Cel! Sabar saja, katanya mau keliling dunia, ‘kan?” ucap Danu lembut sembari mengingatkan Celine pada tujuan awal mengenai impian untuk berkeliling dunia.
Celine menghela napas sangat dalam. Ia tidak menanggapi ucapan Danu lagi, melainkan kembali melanjutkan langkah kaki. Danu benar, ia harus tetap bertahan sampai uangnya terkumpul untuk berangkat menjelajahi dunia. Lagi pula, meskipun nantinya ia akan menjadi istri seorang CEO tampan dan kaya raya, ia sudah bertekat akan mencari uang sendiri.
Di sisi lain, Danu kelihatan bimbang. Beberapa kali ia hendak menawarkan diri untuk mengantarkan Celine pulang. Namun setiap mengingat tentang bagaimana Celine menolak ikut dengan banyak alasan, hati Danu menjadi tak siap untuk mengatakan penawarannya itu lagi.
Alhasil, Danu dan Celine berpisah tepat di depan lobi gedung tersebut. Sementara Danu yang hendak menuju area parkir mobil, Celine bergegas keluar dari gerbang dan berencana untuk menghampiri sebuah taksi online yang sudah ia pesan sejak masih di ruang kerja.
“Celine!”
Suara seseorang menyerukan nama Celine, membuat Celine langsung menghentikan langkah dan membatalkan tujuannya untuk bertemu sang driver taksi. Celine mengernyitkan dahinya sesaat setelah ia menatap seorang pria gagah dan tampan. Keberadaan pria itu sampai menjadi pusat perhatian orang-orang sekitar.
“Siapa?” tanya Celine pada pria tersebut.
“Menurutmu?!” Tegas, pria itu membalas.
Sembari memasang wajah tengil, Celine berkata, “Hih! Ditanya kok malah balik tanya sih?! Sudah asing, berlagak jadi penguasa lagi. Sorry, ya! Kalau enggak penting-penting amat, mending aku skip!”
Reksa Wirya Pandega, pria itulah yang saat ini sedang berhadapan dengan Celine. Setelah mendengar rencana perjodohan dadakan yang disetujui oleh Celine, Reksa langsung melesat untuk menemui Celine di tempat itu. Bukan karena senang ataupun penasaran pada sosok calon istrinya, melainkan geram dan tidak habis pikir.
“Aku Reksa Wirya Pandega!” ungkap Reksa mengenai jati dirinya.
“Waaah!” Rahang Celine sampai menganga ketika sedang berkata. “Jadi, kamu yang akan menjadi calon suamiku?!” Dengan tidak sopan dan bisa dianggap lancang, Celine mengungkapkan posisi Reksa dalam hidupnya saat ini.
Detik di mana Celine mengungkapkan fakta tersebut, Danu muncul bersama mobilnya. Pria itu hendak menyapa Celine, bahkan sudah membuka jendela mobilnya. Awalnya ia tidak peduli pada keberadaan Reksa, yang menurutnya adalah pria asing dan tidak penting. Namun ketika Celine mengatakan bahwa sosok tersebut adalah calon suaminya, Danu menjadi ciut nyali.
Rencana untuk menyapa Celine pun Danu urungkan dengan sejumlah kekecewaan yang mendadak bernaung di dalam hatinya. Bersama perasaan itu, Danu pergi tanpa mau meminta kepastian tentang apa yang sudah ia dengar dari mulut Celine sendiri.
“Ikut aku! Aku ingin bicara empat mata denganmu!” Tanpa meminta izin terlebih dahulu, Reksa menarik salah satu lengan Celine.
“Ngomong saja di sini! Kenapa harus—“ Ketika hendak melawan, ucapan dan pergerakan Celine justru dikunci oleh ketegasan mata Reksa.
Alhasil, mau tidak mau Celine masuk ke dalam mobil Reksa yang super mewah dan memiliki merek ternama. Reksa benar-benar orang kaya rupanya. Lumayan juga dapat tumpangan di mobil keren, pikir Celine. Sebuah senyum tipis tampak terlukis di bibirnya yang manis. Celine yang awalnya enggan, kini justru bersyukur. Yah, setidaknya diambil nilai baiknya saja. Tidak lupa, ia mengirimkan pesan pada sang driver taksi untuk pembatalan.
Mobil Reksa berhenti di sebuah kafe yang sangat elite dan mewah. Pilihan tempat itu, lagi-lagi membuat Celine berdecak kagum. Ia tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk berkunjung di tempat semacam itu. Lihat saja! Saat ini Reksa tengah suka rela hendak mentraktirnya jus ataupun dessert super lezat. Nilai plus lainnya adalah Celine bisa berfoto diri untuk keperluan pamer pada Keira—sahabatnya.
Sayangnya, ... Celine tidak dibebaskan untuk memilih menu yang ia inginkan. Reksa telah memesankan minuman berupa jus jeruk biasa untuknya. Rasa senang Celine mendadak hilang dan kembali berubah menjadi kesal. Perasaan kesal tersebut tidak hanya mengenai masalah minuman, tetapi juga kenyataan tentang perjodohan yang diinginkan oleh Rodian, membuat Celine terjebak pada sosok pria menyebalkan.
Dengan rakus, Celine menyesap jus jeruk dalam sekali teguk. Ia tidak peduli tentang kesopanan lagi, ia hendak memperlihatkan bahwa dirinya tidak akan kalah pada kesombongan Reksa. Di sisi lain, Reksa tampak tercengang pada Celine yang terbilang kurang sopan, seolah wanita muda itu tidak pernah dididik mengenai tata krama.
“Kenapa?!” Celine bertanya sembari memelototkan matanya pada Reksa.
Reksa menghela napas dalam. “Aku tidak menyangka ada wanita semacam dirimu. Selain rakus, kamu benar-benar tidak sopan. Apa kamu lupa siapa diriku? Aku seorang pimpinan terhormat!”
“Teruuus? Aku harus apa? Bersujud di hadapan Bapak?”
“Bapak?” Reksa tidak terima. Wajahnya datarnya mendadak muram dan menunjukkan gurat kemarahan.
“Iya, Bapak! Memangnya aku harus memanggil Bapak bagaimana? Tuan? Ahaha! Enggak mau!” ucap Celine lalu tertawa terbahak-bahak sendiri.
Reksa menggertakkan gigi. Matanya semakin tajam menatap Celine yang ia pikir semakin kurang ajar. Mana bisa ia hidup dengan wanita semacam itu. Selain bukan tipenya, Celine juga tengil. Benar-benar bukan wanita terhormat yang pantas diajak ke kondangan.
Demi melancarkan rencananya, Reksa berusaha mengesampingkan rasa kesalnya terlebih dahulu. Detik berikutnya, ia menatap Celine dengan wajah yang lebih serius, tetapi sangat ketus. “Kenapa kamu menerima perjodohan itu, Celine? Kamu masih sangat muda dan sama sekali tidak pantas untuk menjadi istriku. Oh! Jangan-jangan, kamu dan keluargamu hanya ingin mengincar hartaku saja, ‘kan? Aku bisa memberimu uang sebanyak apa pun. Wanita rendahan sepertimu benar-benar enggak pantas menjadi istri seorang pesohor!”
“Apa?” Dahi Celine berkerut. “Hai! Berkacalah wahai, Perjaka Tua! Hartamu? Enak saja! Aku dan keluargaku memang miskin, Pak, tapi enggak materialistis! Kalau ngomong itu dijaga! Mulut diciptakan untuk bertutur kata lembut, bukan untuk menghina. Lagi pula, sekaya apa sih diri Bapak Reksa ini? Harta Bapak kan hanya harta warisan, bukan harta hasil juang sendiri. Dan lagi, memaksa seorang wanita ikut ke kafe, tapi hanya dibelikan jus jeruk murahan? Memangnya Bapak masih bisa dianggap sebagai pesohor? Oho, menakjubkan sekali Anda ini!”
“Apa kamu nggak bisa jaga bicara, Celine?!” Mata Reksa memicing dan wajahnya kian menyeramkan.
Celine memutar bola matanya dan berangsur melipat kedua tangannya. “Siapa yang lebih dulu nggak jaga bicara, memangnya?! Pakai menganggap orang lain hanya mengincar harta lagi! Lagi pula, yang lebih dulu merencanakan perjodohan ini siapa coba? Om Wirya, bukan ayahku! Mikir! Siapa yang seharusnya perlu tahu diri. Dasar cowok enggak laku!”
Celine yang sudah muak langsung mengambil sikap. Ia bangkit dari duduknya, kemudian menendang kursi bekas tempat duduknya ke arah belakang. Tanpa mau mendengarkan ucapan dari Reksa lagi, Celine bergegas pergi. Namun ... belum ada lima langkah berjalan, ia berhenti lagi.
Sesaat setelah mengeluarkan uang seratus ribu dari tas jinjingnya, Celine kembali menghampiri Reksa yang masih duduk.
“Ini buat jus jerukku dan punya kamu! Kembaliannya ambil saja, aku ikhlas!” ucap Celine sembari meletakkan uang tersebut di atas meja dan tepat di hadapan Reksa.
Sementara Celine yang berlalu, Reksa justru geram sendirian. Reksa menggebrak papan meja, sampai benda benda di atas meja tersebut turut bergetar. Reksa pun lagi-lagi menjadi pusat perhatian, tetapi ia sudah tidak peduli.
“Ck, seratus ribu? Mana cukup?!” gumam pria itu kesal.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Asiah Erap
Thor aku baru mampir, bagus ceritanya😍
2024-10-14
0
nobita
aku suka sikapnya Celine yg tengil dan ceplas-ceplos
2023-10-09
1
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
seru .... ayo celine
2022-08-26
0