Lyvia buru-buru turun dari ojek online yang dia naiki. Melalui layar handphonenya terlihat sudah pukul 21.00 wib. Toko yang dia tuju tutup 1 jam lagi. Hari ini dia pulang agak terlambat. Semua gara-gara si jingga ngambek.
Entah apa yang terjadi dengan mobil SUZUKI SWIFTnya. Tiba-tiba mogok begitu saja. Ditinggalkannya mobil itu di bengkel langganannya dan pulang dengan abang ojol.
Lyvia mampir ke toko buku, dia ingin membeli beberapa Novel. Diwaktu luang dia lebih suka mengurung diri dikamar dengan koleksi Novelnya daripada keluar rumah dan jalan tak ada tujuan.
"Maaf...silahkan diambil dulu."
Secara bersamaan mereka saling mengucap maaf, ketika memegang buku yang sama.
Refleks Lyvia menggeser tubuhnya dan menghindarkan tangannya dari buku yang mereka pegang.
"Tidak....silahkan duluan." kata pemilik suara itu menawarkan.
Lyvia mengambil buku tersebut, dengan mengangguk kan kepalanya tanda terimakasih.
Bibirnya terasa keluh setelah dia lihat siapa pemilik suara tadi. 'Pak Adrian, polisi yang pernah memberinya surat tilang beberapa waktu yang lalu.'
Lyvia bergegas menuju kasir dan segera membayar apa yang sudah dia beli. Selesai dengan urusannya, Dia segera keluar menuju emperan toko untuk membuka aplikasi ojek online.
Adrian memperhatikan tingkah gadis itu dari sebrang rak buku. Dia masih mematung disana menunggu sampai gadis itu keluar dari kompleks pertokoan.
"Astagfirullah.....kenapa tiba-tiba hujan." gerutunya dalam hati.
"Mana ojolnya dari tadi tidak ada yang nyambung." lanjutnya.
Hampir setengah jam Lyvia mondar-mandir menunggu ojol. Semua dalam status 'busy'.
"Sedang menunggu seseorang ?" tanya seseorang yang membuat Lyvia sedikit terkejut.
"I...iya...sedang menunggu ojek online." jawabnya gugup.
"Ojek online ? kamu tidak bawa kendaraan sendiri ?" tanyanya lagi.
"Ti...tidak...tadi mobil saya mogok waktu mau pulang kerja." jelas Lyvia yang sebenarnya malas untuk berbicara.
Laki-laki disebelahnya hanya diam, dengan menyilangkan kedua tangan di dada. Sesekali dia melihat Lyvia yang masih asyik menikmati jatuhnya hujan.
'Dia masih mengenakan seragam kerja dengan wajah yang sedikit kusut.' Batin Adrian seraya senyum-senyum sendiri.
'Kenapa dia belum pergi dari tempat ini ?' gumam Lyvia dalam hati.
"Kelihatannya yang kamu tunggu tidak bakalan datang." katanya memecah kesunyian.
"Lagian hujan semakin lebat, pertokoan juga sudah pada tutup." lanjutnya.
Lyvia diam tanpa komentar.
"Mau tetap disini...apa mau bareng dengan saya ?" tambahnya menawarkan.
"Hei....kamu tidak dengar saya bicara ?"
"Ehh...iya Pak, terimakasih...tapi apa tidak merepotkan ?" jawabku gugup.
"Kalau mau silahkan...kalau tidak juga tidak apa-apa...tapi saya tidak yakin kalau semua orang di kota ini baik." bisiknya sedikit membuat ku takut dan segera mengiyakan tawarannya.
Kami berlari ditengah hujan, menuju mobil yang dia tunjukkan.
Sepanjang perjalanan hanya deru mesin dan suara rintik hujan dari luar yang terdengar.
"Dalam keadaan darurat seperti ini, apakah tidak ada yang berbaik hati untuk menjemput mu ?" tanyanya.
"Tidak....dirumah hanya ada Adik dan Ibu saya, tidak mungkin saya meminta mereka untuk menjemput."
"Maksud saya pacar atau suami kamu mungkin ?" Adrian memberanikan diri untuk bertanya.
"Suami ?" Lyvia tertawa. "Pacar saja saya tidak punya, apalagi suami."
"Kenapa...memang tidak mau pacaran atau karena tidak laku ?"
"Jangan salah Pak....jelek-jelek gini banyak yang antri Lo....cuma belum ada yang sreg aja."
"Saya kira tidak laku." ledeknya sembari tertawa.
Suasana yang tadinya dingin gini berubah menjadi hangat. Dalam waktu singkat berubah sedikit akrab.
Sepanjang perjalanan Lyvia belum menyinggung kemana dia minta diantar pulang. Tapi pengemudi disebelahnya seakan sudah lancar dengan alamat rumahnya. Tidak perlu dikasih tau sudah sampai didepan rumah Lyvia.
"Bapak darimana tau alamat saya ?" tanya Lyvia heran.
"Aku....dari alamat yang ada di SIM kamu waktu itu." Adrian mengerutkan dahinya dan mencoba mencari jawaban yang tepat.
"Oohh.... terimakasih sudah diantar, Bapak mau mampir dulu ?"
Yang ditanya tidak menjawab tapi menggantikan dengan mengulurkan tangannya.
"Adrian....namaku Adrian."
Aku jabat tangannya dan kembali kusebutkan namaku.
"Lyvia Pak." jawabku singkat
"Panggil aku Adrian saja." kuanggukkan kepala ku sembari melepaskan jabat tangan kami.
Belum sempat Lyvia membuka pintu mobil, Adrian memanggil nya kembali.
"Lyvia." yang dipanggil segera menoleh.
"Iya Pak....eh Adrian."
"Boleh kah jika sewaktu-waktu aku mampir kerumah mu ?" pertanyaan itu hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh Lyvia.
"Kalau begitu tolong kamu masukkan no WA kamu disini ?" sambil menyodorkan H
handphone miliknya.
Diserahkan kembali HP itu kepada pemilik nya setelah di isi dengan nomer HP Lyvia.
Lyvia turun, dia berlari kecil dan segera berteduh. Sebelum memasuki rumah dia sempatkan untuk melihat kepergian Adrian menjauh dari rumahnya.
***
Ibu dan Adiknya sudah terlelap dalam mimpi. Lyvia segera membersihkan diri. Mandi dan sholat Isya' sebelum merebahkan tubuhnya di ranjang tempat favoritnya.
Lyvia berjalan menuju meja makan. Sebenarnya perutnya terasa lapar. Namun rasanya tidak enak untuk makan, hanya segelas susu hangat dia seduh untuk menghangatkan perutnya.
Lyvia kembali ke kamarnya. Diingatnya kembali apa yang barusan terjadi.
"Ternyata Pak Adrian tidak seseram yang aku bayangkan, bahkan dia punya jiwa humoris juga." gumamnya dalam hati.
Karena mereka asyik bercanda, sampai lupa Lyvia belum sempat menanyakan perihal surat pengajuan keamanan untuk acara kerjanya.
Klunting.....
HPnya berbunyi, tanda ada pesan WhatsApp masuk. Diraihnya kembali HP yang tadi sudah diletakkan di atas meja riasnya.
("Hai.... sudah tidur ?") tanya seseorang yang ada di sebrang.
("Hampir.... ini siapa ya ?") tanya Lyvia memastikan, apakah benar ini pesan dari Adrian.
("Ini aku, yang barusan minta no WA ke kamu.")
("Ohh...iya Pak Adrian, sudah sampai rumahkah ?")
("Kok Pak lagi...panggil aku Adrian." 😡)
Lyvia senyum-senyum sendiri membaca dan melihat emoji yang dia sisipkan.
("Iya Adrian...maaf.")🤗
Kubalas dengan emoji senyumku yang paling manis.
("Ya sudah....met malam, met rehat, mimpi indah ya jingga."😇)
Lyvia mengernyitkan dahinya. Kata-kata penutup itu...'jingga'... mengingat kan dia pada seseorang. Seseorang yang selalu membuatnya tersenyum tapi sempat meninggalkan luka di hati Lyvia.
Dia urungkan niat untuk membalas pesan terakhir itu. Lyvia hanya berfikir, siapa dia ? kenapa dia sebut 'jingga' ?
'Mawar Jingga' seseorang memberikan nama itu untuknya dulu. Ketika dia masih duduk di bangku SMP.
Dan sejak perpisahan sekolah, tidak pernah dia tau kabar orang tersebut. Lyvia biasa memanggilnya 'Novel' teman satu kelasnya yang biasa usil bahkan sering membuatnya menangis.
"Novel....Adrian....apakah mereka orang yang sama ? tidak, tidak mungkin."
gumamnya sendiri.
"Tapi bisa juga dia adalah Novel."
Belum sempat dia berfikir jauh...tapi rasa kantuk membuatnya larut dalam perjalanan panjang menuju pulau mimpi.
~ ----------------------------
~ ----------------------------
~ ----------------------------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
kisah lama tak tertuntaskan😅😅😅😅
2021-08-16
0
Merdin Judris
seru........n krennnnn
2021-03-28
2
fikiiii8788
bagus banget ceritanya. semangat thor
2020-11-20
1