MENGEJAR CINTA LYVIA
Sinar mentari pagi menyelinap dibalik sela- sela gorden yang tidak tertutup dengan benar. Ada sesuatu yang terasa hangat menyentuh pipinya. Seberkas cahaya menyilaukan matanya. Dengan sedikit menggeliat manja gadis itu ingin memastikan apakah gerangan yang terasa hangat di pipinya. Perlahan tapi pasti dia buka matanya.
Gubrrraaaaakkkkk !
"Ibu, sudah jam 7, kenapa tidak membangunkan ku !
Teriaknya sambil berlari ke kamar mandi.
"Ibu sudah membangunkan mu sayang. Karena kamu lagi dapet, kamu bilang bentar lagi Bu, masih PW (Posisi Wenaaaakkk), Via lg gak sholat." Jawab Ibunya menirukan kata-kata Lyvia tadi pagi.
°Lyvia maharani
Putri sulung dari dua bersaudara. Usianya 23 tahun, tapi kariernya lebih hoky dibanding urusan hatinya. Dia bekerja sebagai Branch Manager di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jual beli kendaraan roda dua.
Di kampungnya, pada usia tersebut sudah cukup matang untuk segera mengakhiri masa lajangnya. Tapi ibunya sampai heran, kenapa sampai saat ini belum pernah sekalipun dia perkenalkan teman laki-lakinya.
Pertanyaan yang sama selalu dilontarkan tetangga dan kerabat pada Ibu nya Lyvia.
"Kapan ini kira-kira mau mantu ?"
Ada juga yang nyletuk.
"Kelihatannya duluan adiknya daripada kakaknya." Kata salah satu kerabat dekat ibunya.
Apakah anaknya begitu galak, sehingga tidak ada laki-laki yang mau mendekatinya. Karena di tempat kerjanya Lyvia terkenal jutek, tapi mengutamakan kejujuran dan kedisiplinan.
"Aku berangkat dulu ya Bu."
Dia raih tangan ibunya dengan tangan kanan, sedangkan tangan kiri menyambar teh hangat di meja, untuk sedikit di teguk nya sebagai penghangat perut.
"Kebiasaan."
Disentil nya pipi Lyvia dengan manja.
"Gak sarapan dulu ?"
diikutinya putri sulungnya ke depan.
"Tidak Bu, nanti saja. Via buru-buru, ada meeting." Jawabnya berlalu menuju garasi.
"Ibu, Kania kemana ? kok motornya ada dirumah ?" Tanya Lyvia pada Ibunya, memastikan dimana keberadaan adik semata wayangnya.
"Kania ke sekolah, tadi bareng sama temannya." Jawab Ibu menjelaskan.
°Kania prastika
Adik dari Lyvia maharani, duduk di kelas 12 SMU. Berbeda dengan kakaknya yang tertutup, Kania lebih ceria dan mudah bergaul.
"Oohhh....baguslah, Lyvia bawa motor Kania ya Bu ?" Komentarnya.
"Oya Bu, bilang sama Kania, hati hati dijalan, ini lagi banyak razia, dia kan belum punya SIM" Imbuhnya lagi.
"Iya, nanti ibu bilang, kamu juga hati-hati di jalan, jangan ngebut." Pinta ibunya.
"Siap Ibuku sayang, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam warohmah." Jawab Ibu, sembari menatap kepergian putrinya ke tempat kerja. Untaian do'a senantiasa disisipkan di dalam hati.
***
*Diperjalanan
Via menghentikan laju motornya, nyala lampu merah. Sesekali dia melirik arloji di tangan kirinya.
"Uufffff....sudah jam delapan lebih, telat nich." Umpatnya dalam hati.
Padahal dia mengultimatum seluruh karyawan untuk siap di tempat meeting jam delapan tepat. Tapi ini sudah hampir setengah sembilan dia masih dijalan.
Lampu hijau sudah menyala. Tapi baru sekitar dua ratus meter.
Cccciiiiiiitttttttt.......
"Maaf, silahkan menepi sebentar." Pinta seseorang yang menghentikan motornya
'Sial, apa lagi ini.' Gerutunya dalam hati.
Dari balik kaca helm bogonya terdapat sebuah nama yang tertulis di atas saku dada sebelah kanan "ADRIAN".
Lyvia mencoba mengamati wajah orang yang ada di depannya. Tapi terasa asing baginya.
'Ahh....mungkin dia orang baru, jadi aku belum begitu tau.' Fikirnya, sambil membuka kaca helm bogo yang dia kenakan.
"Boleh saya pinjam surat-suratnya ?" Tanyanya kemudian.
Tanpa jawaban, dia serahkan SIM & STNK yang di minta.
Laki-laki itu mencocokkan fisik kendaraan dengan kertas yang dia pegang. Sesekali dia melirik ke arah yang di periksa.
"Maaf....silahkan ikut saya ke meja sebelah sana." Katanya sambil menunjuk ke meja yang dia maksud.
'Apa ini, kenapa saya disuruh mengikuti nya ?' Gumamnya tak mengerti. 'Perasaan tidak ada yang salah.' Keluhnya lagi.
"Kenapa Pak, apa ada yang salah dengan kendaraan atau surat-surat saya ?" Tanya Lyvia mendesak segera ingin tau.
"Pak, apa tidak bisa sedikit dipercepat, karena saya sedang buru-buru."
Tidak ada jawaban, pak polisi jutek itu dengan santainya melenggang mendahuluinya.
Lyvia sedikit gemas dibuatnya, karena bukannya segera menyelesaikan urusannya, tapi malah sedang berbincang dengan salah satu rekannya.
"Maaf Pak, boleh saya tau kesalahan saya ? Saya buru-buru Pak." Pertanyaan yang sama dilontarkan kembali oleh Lyvia. Kali ini dengan nada yang agak meninggi.
Suaranya yang khas membuat orang lain melirik heran ke arahnya.
"Mbak Via, kenapa ?" Tanya seseorang yang meskipun setengah berbisik tapi Lyvia bisa mengenali suara itu.
"Mbak Dira, tolong mbak, aku buru-buru, tapi aku tidak tau kenapa aku disuruh menunggu sebentar di tempat ini. Padahal surat-surat ku komplit." Cerocosnya setengah bingung meminta jawaban.
°Andira
Biasa dipanggil Dira, dia salah satu polwan yang selalu membantu Lyvia di bagian BBN-KB.
Yang ditanya hanya mengangguk dan memberikan kode supaya dia bersabar sebentar.
"Hhhuuuuffffffff..." Lemas dia tepuk jidatnya sendiri. Meskipun tidak mengantuk, tapi rasa kesal membuat Lyvia menundukkan kepala.
"Anda sudah tau kesalahan anda ?" Dia lihat yang punya suara sudah ada di depan mata. Pertanyaan itu hanya dia jawab dengan gelengan.
"SIM Anda sudah tidak bisa digunakan lagi. Ini sudah exp dari tahun dua ribu enam belas."
"Oh My God" Mata Lyvia melotot membolak balik benda persegi yang membuatnya pusing pagi ini.
Lyvia jarang naik motor, di samping itu dia hampir tidak pernah kena razia. Jadi sampai tidak tau kalau SIM nya sudah kedaluwarsa.
"Iya Pak, maaf. Saya tidak pernah kena tilang jadi tidak sadar kalau masa berlakunya habis." Jawabnya asal.
"Yang penting sudah pernah punya SIM, kan peraturan yang tertera disitu 'pengendara bisa menunjukkan SIM' mana saya tau kalau sudah KDL." omelnya sendiri.
"Apa anda bilang ?"
Seolah mengerti apa yang sedang Lyvia gerutu kan.
"Tidak Pak, saya tidak ngomong apa-apa."
Celoteh nya.
"Apa tidak bisa bayar ditempat Pak ?" Tanya Lyvia sedikit merayu.
"Apa kamu bermaksud menyogok petugas !" Jawabnya, bagai singa lapar yang akan menerkam mangsanya.
Entah karena takut atau karena malu, Lyvia pun hanya menggelengkan kepala.
Menurut saja dia terima surat tilang itu. Hanya tidak mau banyak berurusan dengan polisi.
'Jaim dong....secara pekerjaan ku membutuhkan bantuan mereka juga. Jadi baik-baik deh dengan pak polisi.'
Dengan gontai dia berjalan menuju kendaraannya, Dira mendekati, menanyakan apa kesalahannya. Jawaban Lyvia membuatnya tertawa.
Tanpa mereka sadari Pak polisi yang tadi memproses surat-surat Lyvia memperhatikan dari kejauhan.
Degg.....
Ada perasaan berbeda saat tak sengaja mereka saling menatap.
"Manis juga sich." bisik Lyvia sendiri. Acchhh....segera dia tepis pikiran itu.
"Tapi, perasaan aku pernah lihat sebelumnya, tapi dimana ya ?" Dia larut dalam rasa penasaran.
Dibiarkan rasa penasaran itu berputar-putar pada pikirannya. Segera dia pamit dan meninggalkan Andira dengan kesibukannya untuk bergegas menuju tempatnya bekerja.
~ --------------------------
~ --------------------------
~ --------------------------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Aurient
Baru awal baca udah seru...😍
Lanjut ah...😗😗
2021-12-10
1
Neng Win
br nyimak
2021-09-05
3
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
awal yg menarik
2021-08-15
2