“berlarilah lebih cepat Yian er.” ucap seorang pria menyuruh istrinya berlari lebih cepat.
dengan nafas yang terengah-engah wanita tersebut menjawab “huh huh huh, aku sedang berusaha, tapi sepertinya aku sudah sampai pada batasanku.”
“tidak Yian er, berjuanglah lebih keras lagi.” ujar sang suami yang menggendong anak berumur setahun.
“tapi aku sudah tidak kuat lagi berlari.” ucapnya dengan lemas.
“tenanglah, sedikit lagi kita akan tiba di tempat yang aman.” ujar sang suami.
“baiklah.” ujar sang istri pasrah.
Mereka terus berlari dan sang suami terus-terusan membujuk istrinya untuk tidak menyerah saat mereka sebentar lagi akan tiba di sebuah kota yang ramai dimana mereka akan mendapat perlindungan.
Tapi beberapa saat kemudian...
“sial.” ujar sang suami.
“ada apa Yi gege?.” ujar sang istri yang terus memaksakan dirinya untuk tetap berlari.
“kelihatannya ini sudah direncanakan oleh mereka, mereka sudah mengepung kita, mereka akan tiba sebentar lagi.“ ucap sang suami dengan nada dingin.
“lalu bagaimana ini Yi gege? Jika mereka menangkap kita bagaimana dengan nasib anak kita nanti.” ucap sang istri yang khawatir.
Sambil menghela napas sang suami menjawab “huft… aku akan mengulur waktu, sementara kau bawa putra kita pergi ke tempat yang aman.”
“akan ku wariskan ‘itu’ pada anak kita.” lanjutnya.
“tidak Yi gege jangan lakukan itu, jiwa anak kita tidak akan kuat menerimanya, kemungkinan besar jiwanya akan rusak.” ucap sang istri yang tidak setuju.
“masalah jiwanya yang rusak atau tidak itu urusan nanti, itu lebih baik daripada dia mati.” jawab sang suami dengan nada tinggi sedikit membentak.
Sebenarnya sang istri sangat enggan putranya menerima warisan tersebut, tapi karena ia tidak ingin berdebat, tidak dapat berdebat, dan tidak ada waktu lagi untuk berdebat, dia menyetujuinya dengan berat hati.
“baiklah.” ucap sang istri mengigit bibirnya dengan mata berkaca-kaca terpaksa harus menyetujuinya.
“kita tidak lagi punya waktu.” ujar sang suami saat akan mulai mewariskan kekuatannya.
Dia terus-menerus berusaha mengalirkan kekuatan jiwa kepada putra yang digendongnya , sampai beberapa saat kemudian bayi tersebut terlihat bercahaya namun tidak lama setelah itu cahaya tersebut redup dan kulit bayi itu terlihat pucat karena efek samping dari warisan tersebut.
Bayi itu terus menangis, membuat kedua orang tuanya tidak tega.
Sang suami yang telah selesai mewariskan kekuatannya ia lakukan namun karena itu tenaga dalam dan kekuatan jiwanya telah sampai pada batasnya, ia pun memuntahkan darah.
“uhuukk….Yian er cepat lah, jika sudah tiba di kota segera cari tabib.” ujar sang suami sambil menyerahkan putranya kepada sang istri.
“…..” sang istrinya diam saja sambil mengangguk dengan mata berkaca-kaca, ia diam karena takut jika mulutnya mengeluarkan suara dan suara selanjutnya adalah tangisan.
“tenanglah aku selalu dihatimu, tidak akan pernah meninggalkanmu” ucap sang suami menguatkan sang istri namun juga dadanya terasa sangat sesak apalagi harus menahan untuk tidak mengeluarkan air mata agar sang istri tidak lebih bersedih.
“aku mencintaimu” lanjut sang suami sambil memberikan ciuman di bibir sebagai tanda perpisahan.
Dengan menggendong putranya sang istri pun berlari sekuat yang ia bisa, walaupun serasa sudah tidak sanggup.
Sementara itu sang suami berdiri dengan gagah seolah tidak takut apa yang akan terjadi, hingga beberapa saat kemudian terdengar banyak suara langkah kaki.
“tap tap tap”
Setelah itu, hampir pada waktu bersamaan muncul segerombolan orang dari segala penjuru hutan.
“uwahahahaha menyerahlah Liang Yi, serahkan warisan itu padaku, kau sudah terkepung, seberapapun hebatnya dirimu tidak akan pernah kau menang melawan kuantitas.” ucap seorang dengan wajah jahat dan juga dengan senyum yang jahat.
“Lu Bian !!!, biad*ab kau!!!! Aku sudah menganggapmu sebagai saudaraku, tidak kusangka kau yang merencanakan penghancuran sekte Pedang Jiwa kau benar benar musuh dalam selimut.” teriak Liang Yi.
“hahaha kau memang sangat bodoh percaya kepadaku, dengan mudahnya kau menceritakan semua rahasia itu kepadaku bahkan kau anggap sebagai saudaramu, sungguh bodoh.” ucap Lu Bian mengejek.
Liang Yi sudah tidak dapat menahan kesabarannya berlari menyerang Lu Bian dengan dua buah pedang panjang yang melayang disamping kiri dan kanannya.
Lu Bian yang melihat Liang Yi berlari padanya mempersiapkan tombak berwarna hitamnya.
“kalian jangan ikut campur sebelum kuberi perintah!!.” perintah Lu Bian kepada para bawahannya.
Bawahannya serentak menjawab “baik tuan!!.”
dalam tempo waktu yang sangat singkat Liang Yi sudah berada di depan Lu Bian sambil menggerakkan tangannya, pedang melayang di samping kanannya bergerak mengikuti gerakan tangannya mengincar jantung Lu Bian, sementara pedang melayang di samping kirinya ia gunakan untuk berjaga jaga jika ada serangan.
kedua pedang melayang itu ia kendalikan dengan kekuatan perpaduan kekuatan jiwa dan tenaga dalamnya.
“tinggg” suara pedang dan tombak bergesek.
“seperti biasa kau sangat cepat.” ujar Lu Bian.
Lu Bian berhasil menangkis serangan tersebut dengan tombak, sambil mendorong pedang Liang Yi dengan tombaknya, ia menggunakan kakinya untuk menendang perut Liang Yi.
Liang Yi menggerakkan pedang yang ada di samping kirinya untuk menahan serangan yang menuju pada perutnya.
Lu Bian yang melihat itu membatalkan tendangannya karena tau pedang tersebut mengandung tenaga dalam yang besar.
Lu Bian melompat kebelakang kemudian maju lagi melakukan gerakan menusuk dengan tombaknya, melihat itu Liang Yi melentingkan ke tubuhnya kekanan lalu melakukan gerakan memutar.
pedang di sebelah kiri dan kanannya ikut memutar mengikuti gerak tubuh Liang Yi.
Menghindari itu Lu Bian melompat tinggi dan memukulkan tombaknya ke bawah mengincar kepala Liang Yi.
namun Liang Yi cepat menyadarinya menangkis dengan menggerakkan pedang melayang di sebelah kirinya.
namun karena tenaga dalam yang dilepaskan Lu Bian pada tombaknya lebih besar membuat Liang Yi terpental sejauh 30 meter.
Liang Yi yang terpental segera mendapat kembali keseimbangannya dengan salto belakang dan berdiri dengan sempurna.
namun hal yang terjadi selanjutnya Liang Yi memuntahkan seteguk darah dari mulutnya.
“hahahah ada apa Ketua Yi ? mengapa kau begitu lemah, ini tidak seperti dirimu, kau adalah pendekar tingkat tinggi satu tahap di atasku.” ucap Lu Bian.
“hahahahahahahaha” Liang Yi tertawa.
“apa yang membuatmu tertawa, apakah otakmu sudah bermasalah?.“ ucap Lu Bian mencibir.
“aku memang tidak seperti diriku yang biasanya karena memang hal yang biasanya ada dalam diriku sudah tidak ada.” ucap Liang Yi memberitahu sebuah fakta.
“jangan bilang kau??.” Lu Bian menebak apa arti kata – kata Liang Yi.
“tepat sekali, kau memang bodoh karena dari tadi kau mengincar peti yang tak berisi emas.” jawab Liang Yi merasa puas mempermainkan Lu Bian.
“brengs*ek, kau menipuku.” bentak Lu Bian.
“kau lebih dulu menipuku, terima kembalian barang yang sudah kau beli.” ejek Liang Yi.
“sialaaaan!!!! Ini benar – benar.” ucap Lu Bian memberikan jeda kemudian melanjutkan ucapannya.
“ini benar - benar seperti yang kuperkirakan hahahahahahahaha.” lanjutnya sambil tertawa licik.
“apa ??? kalau begitu Yian er dalam bahaya.” batin Liang Yi cemas.
“si jala*ng Xie Yian dan putramu telah terkejar.” lanjutnya.
Tiba – tiba saja tanpa disadari Liang Yi muncul sebilah pedang dari ruang kosong menyerang jantungnya dari belakang tanpa aba-aba.
“uhuuuk” memuntahkan seteguk darah, Liang Yi merasa sakit luar biasa di dada sebelah kirinya.
Orang yang melakukan itu muncul tiba – tiba di depan Liang Yi.
“apa yang ketua sekte Serigala Hitam lakukan di sini.” ucap Liang Yi membelalakkan matanya mengenali orang yang melakukan itu.
“hahahaha sudah lama aku ingin membayar utangku.” ucap ketua sekte Serigala Hitam sambil tertawa jahat, bekas luka di pipinya makin membuat wajahnya terlihat jahat.
“hahahaha neraka memanggilmu lebih awal” ucap Lu Bian menimpali.
Liang Yi melihat pedang menembus dadanya dari belakang tak percaya, hingga beberapa saat kemudian penglihatannya gelap dan telah gelap untuk selamanya.
--
Sementara itu Xie Yian yang terkejar oleh bawahan Lu Bian dalam waktu singkat dilumpuhkan karena kekuatan yang berbeda terlalu jauh dan kalah jumlah.
Xie Yian sekarang dalam keadaan berlutut tak berdaya sambil terus menggendong bayinya.
“kau boleh membunuhku, tapi kumohon biarkan putraku hidup.” ucap Xie Yian memohon dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.
“tenang saja akan ku pastikan bayi itu tetap hidup.” ucap salah seorang bawahan Lu Bian.
“terima …” ucap Xie Yian.
“hahaha setidaknya hingga tuanku mengambil warisan itu.” Lanjut Bawahan Lu Bian tertawa jahat memotong perkataan Xie Yian.
“Bangs*at ka……” ucap Xie Yian dengan kesal.
Sebelum Xie Yian melanjutkan perkataannya salah satu bawahan Lu Bian memenggal leher Xie Yian.
Xie Yian mati seketika, bayi dalam genggaman tangannya terlepas dan tangkap diambil oleh bawahan Lu Bian.
“Sayang sekali tuan menyuruh kita untuk mengahabisinya, padahal pasti rasa jala*ng itu sangat nikmat.” ucap salah seorang bawahan.
“sudah lah ini adalah perintah, ayo kita segera bawa bayi ini menuju ke tempat tuan.”
Namun tiba – tiba sekelebat bayangan merebut bayi dari tangan bawahan Lu Bian dan membantai orang – orang tersebut dalam sekejap mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Sukma Langit
next 👍
2021-09-16
0