Di pinggir jalan di depan sebuah taman kota, adalah salah satu tempat dimana Luna dan Ibunya menjual baksonya.
Tepat di bawah sebuah pohon rindang ia memberhentikan gerobak yang ia dorong, lalu menata tiga sampai empat kursi tanpa meja untuk memudahkan orang yang makan bakso di tempat.
Tak lupa, ia pun menggelar sebuah tikar untuk tempat bermain Radit, anak asuh yang selalu ia bawa pergi kemanapun ia jualan bersama Ibunya.
Bukan karna ia tak mempunyai tetangga untuk menitipkan Radit agar anaknya itu tidak kepanasan maupun kehujanan, namun karna ia tak tega meninggalkan anak kecil yang berusia hampir satu tahun yang tawanya begitu menggemaskan itu jauh darinya.
"Dit.. Mommy jualan dulu ya." ujarnya pada Radit lalu hanya tawa di wajah Radit yang menjawabnya karna Radit belum bisa berbicara.
Usai berbicara dengan anaknya, Luna pun bersiap menghidupkan kompor gasnya untuk memulai jualannya.
Hari ini kebetulan hari minggu, Luna tak keliling melainkan mangkal di depan taman karna ramai pengunjung yang datang.
"Kakak cantik.. Bakso satu ya." ujar anak yang mungkin masih sekolah SMP yang sudah mulai berdatangan berkunjung di sebuah taman kota tersebut. Luna pun menganggukkan kepala menjawabnya dan tak tunggu lama satu porsi bakso yang dipesan pun siap dihidangkan.
"Sama siapa dek, kesini?" tanya Luna basa-basi sembari memberikan semangkuk baksonya.
Anak SMP itu menoleh mencari seseorang, "Sama Tuan Muda, kakak cantik. Itu orangnya." katanya sembari menunjuk pada seorang laki-laki yang sedang bersandar di mobil sport kesayangannya.
Luna yang penasaran karna anak kecil itu menyebut kata 'Tuan Muda' pun menoleh ke arah yang ditunjuk dan betapa terkejutnya ia saat melihat siapa laki-laki itu.
gawat. Kenapa dia bisa kesini sih? Ini kan hari minggu, apa tidak bisa ditunda besok. mana aku belum punya uang sama sekali. batin Luna sembari meringis.
Dua hari waktu yang dijanjikan oleh Chandra memang tepat hari ini Luna harus membayar ganti ruginya.
kalau aku menjawab iya menikah dengannya untuk menebus ganti rugi mobilnya, apa yang harus aku ucapkan pada Ibu?. batin Luna lagi sembari melihat laki-laki itu kini tersenyum padanya.
Kartu nama yang diberikan oleh Chandra padanya masih ada di dalam tasnya, ia pun belum pernah menghubunginya karna ia merasa bukanlah ia yang salah.
Chandra melangkah mendekat, Luna semakin takut, menatap nanar laki-laki yang hari ini begitu tampan dengan pakaian casualnya.
Apa yang mendorongnya ingin menjadikan ia sebagai istrinya? bahkan Chandra tidak tau siapa dirinya.
Banyak pertanyaan yang memutar di kepala Luna mengiringi langkah laki-laki itu hingga kini tepat berhenti di depannya.
"Lena.. Makananmu sudah habis?" Tanya Chandra pada anak asisten rumah tangganya.
Bukan karna apa laki-laki itu tiba-tiba mengajak anak asisten rumah tangganya melainkan ingin bertemu dengan Luna.
"Nona penjual.. Tolong bungkuskan sepuluh bungkus bakso dalam waktu lima menit. Saya tidak punya waktu lama karna dua jam lagi saya ada janji bertemu dengan seorang wanita yang akan membayar ganti rugi pada saya." titahnya tegas sembari duduk mengamati Luna meracik baksonya.
Luna membulatkan mata dan terasa susah menelan saliva. Tangannya gemetar dan keringat mengucur deras di dahinya menahan segala kegugupan yang sedang melandanya.
Chandra melihat sekitar, memakan bakso di pinggir jalan bukanlah selera seorang CEO ternama perusahaan manufaktur terbesar di negaranya.
Kalau bukan karna status yang harus ia dapatkan, ia juga tidak akan sudi menemui wanita yang baru dikenalnya.
Kemarin, Jaelani menyelidiki semua hal tentang Luna. Dan menurut informasi yang didapat, Luna adalah seorang wanita yang mandiri, hidup bersama Ibunya. Dan dikenal oleh tetangganya sebagai seorang Janda.
Ya, Luna beralih ke kontrakan baru yang baru ditempatinya itu tak lama setelah ia mulai mengasuh Radit dan mengaku pada semua orang jika Radit adalah anaknya. Dan dia merupakan seorang Janda.
Sebelum itu ia tinggal di rumahnya, namun saat melihat Ibunya yang ternyata harus jauh mendorong gerobak baksonya, ia memilih mengajaknya ngontrak di area yang dekat dengan keramaian agar Ibunya tak terlalu kecapekan.
"Ini Pak.. Baksonya." ujar Luna sembari menunduk, memberikan sepuluh bungkus bakso pada Chandra.
Beruntunglah Luna saat itu, karna Ibunya sedang berkeliling taman dengan Radit usai ia mulai menata dagangannya hingga tak melihat wajah sendu dan tatapan nanarnya.
Juga tak perlu bertemu dengan laki-laki yang tiba-tiba memaksanya menikah dengannya.
"Lena.. Bisa ke mobil duluan. Dan bawa ini. Saya ada urusan sebentar." ujarnya pada Lena agar ia bisa berbicara empat mata pada Luna.
Pagi itu pengunjung masih sibuk berkeliling dan berswafoto, dan belum terlihat ada yang ingin jajan bakso padanya, dan memudahkan Chandra untuk mengajaknya berbicara.
"Bagaimana? Kau sudah punya uangnya untuk ganti rugi?" tanya Chandra to the point.
Luna menggeleng, "Sa--saya belum punya uangnya, Pak. Tolong beri saya waktu, saya akan mencicilnya."
"Mencicil? Butuh berapa lama? Lima tahun? Sepuluh tahun? Setiap bulan uang ganti rugi itu akan berbunga dan kau tidak akan bisa melunasinya sampai kapanpun." ujar Chandra yang membuat Luna yang sedari tadi menunduk kini menatap Chandra dengan mata basahnya.
"Anggaplah bakso sebelas porsi tadi sebagai cicilan awalnya Pak. Aku mohon, berikan saya waktu." ujar Luna dengan mengatupkan kedua tangannya di depan dadanya, memelas mengharapkan dosennya itu memberinya pengampunan.
"Saya sudah memberikan kamu waktu dua hari. Saya juga memberikan tawaran untukmu. Kenapa kau tak menerimanya?" tanya Chandra sedikit penasaran karna ia tau wanita di depannya bukanlah wanita kaya yang bisa mengandalkan kekayaannya untuk membayar ganti rugi dan menolak tawarannya.
"Aku gak akan menikah sama seorang laki-laki yang tidak bisa menerima anak saya, Pak." ujar Luna akhirnya berharap laki-laki di depannya berhenti memaksanya.
"Oh ya? Lalu bagaimana dengan hutangmu padaku? Kau harus membayar dua ratus juta padaku."
"Tolong beri saya waktu, Pak."
"Gak bisa."
"Please, Pak.. Aku mohon." ujar Luna yang membuat Chandra sedikit tak tega, namun kenyataan di depannya memaksanya untuk kembali memaksa Luna karna hanya wanita itu harapannya untuk bisa menikah dalam waktu dekat.
Jaelani-sekretaris pribadinya tak bisa diandalkan dalam mencari wanita untuknya, laki-laki itu hanya bisa menyodorkan wanita-wanita manja yang nantinya hanya akan membuat pusing dirinya.
Berbeda dengan Luna, seorang wanita mandiri, ya walaupun ia seorang Janda, Chandra tak terlalu mempermasalahkannya karna kedua orangtuanya tak pernah memperdulikan kepribadiannya semenjak ia lulus kuliyah dan memegang CA Corps. sendirian.
Ia hanya butuh status, ia tak percaya dengan wanita. Dan menurutnya, Luna akan menuruti semua kemauannya.
Terbukti dengan takutnya Luna padanya membuatnya sedikit bangga atas kekuasaannya.
"Kau tak ada pilihan lain. Aku sudah memberimu waktu dua hari, dan kau gak bisa membayar ganti rugi mobilku."
"Tapi, aku seorang Janda, Pak."
"Aku gak peduli. Kamu harus menikah denganku kalau tidak ingin mengganti rugi dua ratus juta untuk memperbaiki mobilku." ujarnya yang membuat Luna kembali membulatkan matanya.
Tak percaya jika Chandra menerima status palsunya yang hanya diketahui olehnya dan Ibunya dan tetangganya yang dahulu.
"Dan lagi.. Aku hanya butuh status. Jadi kau tidak usah takut." ujarnya lagi lalu berdiri dan berjalan menuju mobilnya.
Tak lupa ia pun membisikkan kepada Luna, agar menghubunginya untuk menyiapkan segala sesuatunya memudahkannya menikah dengan Luna.
Bagaimana dengan Luna? Bagaimana ia menjelaskan pada Ibunya jika ia akan menikah dalam waktu dekat? Apa Ibunya tidak akan mencurigainya dan menuduhnya macam-macam?
Bahkan dekat dengan seorang laki-laki saja Luna belum pernah mengenalkannya pada Ibunya.
Namun saat ia baru melamun memikirkan semuanya, seseorang datang menepuk pundaknya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Mmh Tiara Mmh
bagus thor beda dari yng laen
2021-10-28
2