Mereka -- sang resepsionis dan Ara -- berjalan tanpa suara hingga keduanya berada di hadapan meja Park Seong Jo.
"Selamat siang Mr. Park. Saya diperintahkan untuk mengantarkan Nona Ghazy," Sapa sang resepsionis ke arah Park Seong Jo yang tengah berkutat pada komputer di hadapan nya.
"Baik, terima kasih. Kau boleh pergi. Biar aku yang mengantarkan nya," Park Seong Jo segera bangkit dan mengajak Ara bergerak menuju sebuah pintu besar berwarna hitam metalik yang tidak jauh dari meja kerjanya
"Silahkan masuk Nona, Mr. Lee sudah menunggu Anda di dalam," ujar Park Seong Jo sembari membukakan pintu dan membiarkan Ara masuk lalu pamit undur diri.
Ara melangkahkan kaki nya menuju ke arah ruangan yang didominasi warna hitam dan abu abu itu. Elegan dan sangat misterius, seperti sang pemilik. Namun entah mengapa warna dalam ruangan tersebut terasa sangat mewah di mata Ara yang memang mencintai warna-warna monokrom.
Ara terus melangkah perlahan menatap setiap interior yang ada di dalam ruangan tersebut. Hingga sebuah suara mengistrupsi kegiatan nya.
"Silahkan duduk," Suara berat dan dingin itu terdengar sangat mengintimidasi orang yang mendengar nya. Suara yang berasal dari seorang laki laki yang tengah berdiri di depan jendela, menatap ke tengah padatnya daerah Gangnam.
Ara melangkahkan kaki nya ke arah sofa hitam yang berada tidak jauh dari meja kerja Jeno dan duduk dengan tenang disana. Menatap ke arah Jeno yang sudah melangkahkan kaki nya menuju ke arah nya.
"Selamat pagi Nona," sapa Jeno saat sudah menduduki sofa dihadapan gadis tersebut. Menatap gadis yang kini berpakaian seperti anak-anak SMA. Sangat menggemaskan.
"Pagi Paman" balas Ara ramah.
"Mmm.. panggil aku Jeno," Ujar Jeno tak nyaman dengan panggilan yang diberikan oleh Ara.
"Oh. Baik. Pagi Paman Jeno" ulang Ara sembari tersenyum manis.
"Tanpa paman, aku tidak setua itu Nona Ghazzy," ujar Jeno lagi. Menatap Ara yang kini menatap nya bingung.
"Bukankah itu tidak sopan. Kau lebih tua dari ku Paman, jadi aku harus memanggilmu Paman. Oh dan satu lagi, panggil aku Theo saja. Aku tau kalian cukup sulit mengucapkan kata Theora dengan lidah itu," Ucap Ara enteng lalu melepaskan tas nya dan meletakkan nya di sisi kanan nya.
Jeno menatap ke arah tas itu dengan heran. Tadi ia tidak melihat nya, karna tas yang di bawa gadis itu tertutupi oleh pakaian nya yang oversize itu.
"Baik jika itu mau mu, ku beri kau dua pilihan. Panggil aku dengan Jeno atau Oppa. Kau tau, opsi terakhir itu terdengar lebih menyenangkan daripada Paman," Tawaran Jeno barusan kembali membuat Ara menyerit dalam.
Ia memanggil laki laki dihadapan nya dengan Oppa? Apakah tidak salah? Bukankah Oppa hanya untuk seseorang yang sudah sangat dekat. Sedangkan mereka hanya dua orang asing yang tidak sengaja bertemu karna kesalahan kecil dirinya, jadi tidak mungkin ia memanggil nya dengan Oppa bukan?
Pikiran Ara berkecambuk rasanya. Ia terdiam dan berpikir keras apa yang harus ia pakai untuk memanggil laki laki dewasa dihadapan nya kini.
"Bagaimana mungkin, itu hanya dipakai oleh seseorang yang sudah dekat Paman, bukan orang asing seperti kita, " bantah Ara tidak setuju dengan usul Jeno.
"Kalau begitu, mari menjadi dekat agar kau bisa memanggilku dengan Oppa," balas Jeno enteng seolah tidak sadar atas apa yang baru saja ia katakan. Laki laki berhati dingin tak tersentuh seperti Jeno seakan baru saja meminta izin untuk dekat dengan perempuan yang baru ditemui nya kemarin.
"Eh? Apa kau mabuk Paman? Mengapa kau berbicara melantur seperti itu?" Tanya Ara heran.
"Tidak. Sudah lakukan saja dan lanjutkan apa yang terpotong kemarin," Jawab Jeno yang seakan baru saja tersadar atas apa yang ia katakan tadi.
"Tidak bisa. Aku tidak akan memanggil mu dengan Oppa," Ujar Ara keukeuh dengan pernyataan nya.
"Lihat kau baru saja memanggilku dengan Oppa. Tidak sulit bukan? Lalu apa salahnya?" Ujar Jeno bersikukuh dengan pernyataan nya.
"Sulit dan itu salah sekali. Terserah. Hentikan pembicaraan ini Paman, aku ada kelas hari ini. Jadi jangan memperlambat semua nya," ujar Ara menghentikan perdebatan konyol kedua nya. Ia menatap Jeno lebih dalam begitu pun dengan Jeno.
"Kau masih sekolah?" Tanya Jeno lagi. Melenceng jauh dari pembicaraan mereka yang sebenarnya.
"Iya, aku masih kuliah. Jadi mohon pengertian mu Paman. Aku bisa terlambat jika kau terus bertanya hal-hal yang sudah melenceng dari pembicaraan kita yang seharusnya," Ara menghela nafas pelan. Namun kembali bersikap biasa saja.
"Bai---" kalimat Jeno terhenti saat mendengar suara nada dering dari ponsel Ara.
"Maaf," ujar Ara pada Jeno sesaat sebelum ia menatap ke arah ponsel nya dan melihat nama 'Shahi' di sana.
"привет¹" (Halo) sapa Ara dengan bahasa yang tidak dimengerti Jeno.
"Где ты?²" (Kamu dimana?) Tanya seorang perempuan disebrang sana.
"Я все еще в дороге, что случилось?³" (Aku masih di jalan, ada apa?) Tanya Ara pelan lalu menatap ke arah Jeno yang tengah menatap nya tajam. Seolah ingin tau apa yang ia bicarakan.
"ты в кампусе?⁴" (kamu sudah di kampus?)
Tanya Shahi lagi dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"еще нет, почему?⁵" ( belum, kenapa?) Tanya Ara heran dengan pertanyaan Shahi.
"нет, я просто говорю вам, что сегодня будет викторина. так что не опаздывай⁶ " ( tidak, aku hanya memberi tahumu ada kuis hari ini. Jadi jangan sampai terlambat) penjelasan Shahi membuat Ara mengganggukkan kepala nya pelan. Paham.
"хорошо спасибо увидимся⁷" ( baik terima kasih, sampai jumpa) Ara mengakhiri panggilan nya dan memasukkan ponsel nya kembali ke dalam ransel.
"Ada apa?" Tanya Jeno penasaran.
"Tidak ada apa apa. Hanya saja teman ku berkata bahwa hari ini jangan sampai telat, sepertinya akan ada kuis," Jawab Ara dengan helaan nafas pelan.
"Baiklah," Jeno menatap Ara yang mulai cemberut. Kesal. Ia menyunggingkan senyum nya singkat melihat wajah Ara yang sangat terlihat seperti anak-anak saat tengah merajuk.
"Jadi, apakah Paman membawa baju yang kemarin? Aku akan menggantinya," Ara bertanya saat tidak mendengar suara Jeno.
"Tidak. Baju yang kemari sudah ku buang," sahut Jeno santai, sembari mulai menyenderkan badan nya ke arah sofa yang tengah diduduki nya.
"Hmm... Apakah disini ada kemeja Paman? Kemeja pengganti?" Tanya Ara lagi. Jeno hanya menggeleng singkat.
"Oke, bagaimana dengan ukuran, merek serta tempat paman membeli kemeja itu?" Tanya Ara lagi.
"Tidak tau, aku hanya memakai yang sudah disediakan oleh stylis pribadiku," Jawab Jeno enteng.
"Hahhhh.... lalu bagaimana aku akan mengganti kemeja Paman?" Tanya Ara menghela nafas kasar, kesal dengan laki-laki di hadapan nya kini.
"Entah, itu urusan mu, bukan urusan ku," Jeno menghendikkan bahu nya acuh dan tersenyum saat melihat wajah Ara yang seakan sudah siap untuk menerkam dirinya kini.
"Baik kalau begitu, sekarang lepas baju mu Paman," Ujar Ara frontal. Ia berkata dengan enteng dan menatap ke arah Jeno dengan pandangan kesal.
"Heh?! Apa kau gila? Apa kau gadis mesum eh?" Jeno melotot kan matanya kaget dengan perkataan tidak masuk akal dari gadis dihadapan nya kini.
"Tidak. Aku hanya ingin melihat ukuran kemeja paman. Jangan menuduh," Ara mencebikkan bibir nya kesal mendengar tuduhan dari Jeno yang mengatai nya gadis mesum.
Yang benar saja. Bahkan ia tidak tertarik sama sekali dengan tubuh di balik kemeja yang terlihat tidak sanggup untuk menahan tubuh kekar milik Jeno.
"Tidak mau. Aku akan ada meeting. Jadi aku tidak mau membuat penampilan ku berantakan," Jeno menolak keras, bahkan ia sampai harus berbohong. Bagaimana mungkin ia melepaskan baju nya dihadapan gadis dibawah umur seperti Ara.
"Oh astaga?! Lalu bagaimana aku harus bertanggung jawab Paman?! Jangan mempersulit diriku," Ujar Ara frustasi. Ia sudah menawarkan banyak cara namun semua nya ditolak mentah mentah oleh laki laki itu. Lalu apa yang harus ia lakukan. Sedangkan Jeno hanya menghendikkan bahu nya acuh dan mulai bangkit dari tempat duduk nya. Melangkah mendekat ke arah Ara yang berada di sebrang tempat nya kini.
"Heol," Ara berdecih melihat respon Jeno yang sangat menyebalkan dimatanya.
"Aku tidak mau mengotori mata dan pikiran gadis dibawah umur seperti mu Nona. Jadi aku tidak bisa membuka pakaian ku sekarang," Jeno duduk di sisi kanan Ara menggeser posisi ransel Ara dan memindahkan nya ke arah meja kaca di hadapan nya.
"What? Gadis dibawah umur? Astaga Paman, Paman. Aku tidak semuda itu. Memang wajah ku sebegitu mudanya eh hingga kau mengira aku masih di bawah umur? Usia ku sudah cukup matang jika hanya untuk melihat tubuh bagian atas Paman," Ara berkata dengan nada yang mencibir ke arah Jeno yang sudah duduk dan menatap ke arah mata nya. Mencari kebohongan dibalik mata sayu itu. Namun nyata nya nihil, ia tidak menemukan kebohongan di mata itu. Itu tanda nya gadis itu jujur.
Benarkah? Memang berapa usia nya? Tidak mungkin ia sedewasa itu, wajah nya saja masih terlihat seperti anak SMA. Bagaimana mungkin?
Jeno bertanya dalam hati sembari terus menatap Ara yang masih menatap nya dengan pandangan meledek.
"Aku tidak berbohong. Namun aku tidak akan mengatakan usia ku pada mu, karna itu privasiku. Jadi, bisakah sekarang kau buka kemeja mu itu paman? Aku sudah terlambat untuk kuliah,"
Ara memajukan wajah nya ke arah Jeno dan mengedipkan mata nya. Mencoba meyakinkan Jeno yang masih terdiam.
"Hmmm... ya baik lah, terserah padamu. Tapi dengan satu syarat. Bantu aku untuk berpakaian kembali. Aku terbiasa di bantu oleh stylis ku, dan sekarang ia tidak disini. Bagaimana?" Tanya Jeno mencoba menolak dengan halus, ia berpikir dengan begitu, Ara akan menolak nya karna banyak perempuan yang ia kenal tidak bisa bersiap sendiri tanpa bantuan stylis mereka.
"Baik. Itu hal yang mudah, aku biasa membantu uri-Oppa bersiap ke kantor. Jadi sekarang lepaskan lah," Jawab Ara enteng yang membuat Jeno kembali melotot kaget dengan pernyataan itu. Tebakan nya salah lagi, dan kini ia masuk ke dalam perangkap nya sendiri.
"Bantu aku."
***
TBC
Halo semuaaa.... 👋👋👋
Aku lagi ikut kontes nih, jika berkenan bantu aku dengan terus memberi vote, komentar dan like kalian ya. Ditunggu vote nya semuaaa....
Oh iya, jangan lupa mampir di karya ku yang lain yaa!!!
Yang suka tema horror dan misteri bisa baca karya kedua ku yaitu "Haloween",
Ditunggu kehadiran nyya semuaaa!!!
Sampai jumpa di bab selanjutnya 👋👋👋
Yang mau mutualan sama nanya-nanya soal cerita ini bisa chat aku di instagram atau di grup chat yaaa
^ ^
Follow my Instagram :
@choco_lalattee
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
maria 'S M.A🦋
bahasa asingnya tolong langsung diartikan Thor,, contohnya:::::I will go (saya akan pergi)🙏🙏itu aja sie Thor.
2020-08-12
4
maria 'S M.A🦋
berasa tuwiirrr peran cowoknya dipanggil Paman 🤔,jan panggil Paman peran cowoknya Thor.
2020-08-12
0
Vivianvellanie
😂😂😂 lucu uga
2020-07-19
0