Bimbang

** Happy Reading, ku mohon jangan lupa tinggalkan jejak saat mampir, itu akan membantu meningkatkan popularitas dari cerita. Tidak perlu poin atau vote, like atau komentar semangat sudah sangat cukup**

Matahari yang cerah siang tadi mulai terlihat terbenam di puncak gunung. Kevin mulai memacu mobilnya menuju rumah mewah yang sudah berapa tahun ini dia dan keluarganya tinggali dan hampir dua bulan ini gadis yang dulu menghindarinya juga ikut tinggal disana. Mobil yang di kendarainya terus melaju di jalanan Kota Bali yang terlihat semakin indah di sore hari.

Kejadian siang ini menguras energi dan fikirannya. Hati yang memang dari dulu sudah tidak baik-baik saja, hari ini semakin bertambah parah. Rasa yang membuatnya bimbang semakin berkecamuk dan membuatnya semakin fruatasi.

"Sial." Makinya saat nyeri di beberapa bagian tubuhnya semakin terasa. "Kegilaan gadis itu tidak pernah hilang." Sambungnya kesal.

Dengan hati-hati sambil menahan nyeri di tubuhnya, Kevin membuka pintu mobil dengan perlahan lalu keluar dari dalam mobil mewah miliknya.

Keningnya mengerinyit heran, biasanya gadis dengan wajah judesnya itu akan menunggu di depan rumah saat dia kembali dari tempat kerja, namun tubuh mungil itu tidak nampak terlihat di teras rumah mewah milik orang tuanya itu.

Langkahnya masuk kedalam rumah, pandangannya mengelilingi setiap ruangan yang dia lewati namun gadis yang ingin dia lihat sama sekali tidak nampak di sana.

"Bu..." Panggil Kevin saat melihat sang ibu yang kini duduk di depan TV yang menyala namun fokus pada beberapa berkas yang ada di pangkuannya.

"Hm.." Jawab Anggun mengalihkan tatapannya dari beberapa berkas, ke arah putranya yang terlihat acak-acakan. Memar di wajah tampan putranya terlihat dengan begitu jelas.

"Apa yang terjadi dengan wajahmu ?" Tanya Anggun bingung. Putranya ini sama sekali bukan tipe laki-laki yang suka mencari masalah dengan orang lain.

"Ada apa sayang ?" Tanya Robby sambil melangkah menuju sofa tempat istrinya duduk.

"Itu wajah putramu memar." Jawab Anggun. Robby segera menoleh ke arah putranya yang masih terdiam di samping istrinya.

"Paling Flora sudah tidak tahan lagi dengan kelakuannya dan mengahantamnya." Ujar Robby santai lalu merebahkan kepalanya di atas berkas yang ada di pangkuan sang istri. Dia sudah banyak mendapat informasi tentang putranya yang sering membawa beberapa wanita ke dalam perusahaan.

"Benar Vin ?" Tanya Anggun sambil mengusap kepala suaminya.

"Flora di mana bu ?" Tanya Kevin tanpa menjawab pertanyaan sang Ibu.

"Hari ini dia meminta izin untuk kembali ke Jakarta, Maminya menelfon ibu dan meminta Flora untuk pulang." Jawab Anggun.

"Kapan dia pergi ?" Tanya Kevin cepat. Hati dan fikirannya semakin tidak tenang, entahlah hatinya terasa tidak rela jika Flora kembali menjauh darinya.

"Sekitar tiga jam yang lalu, mungkin sekarang sudah di Jakarta." Jawab Anggun.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Kevin segera membalik tubuhnya menuju mobil sambil berdo'a di dalam hatinya agar gadis itu belum berangkat. Apapun yang terjadi nanti, dia akan menahan gadis itu untuk pergi.

Anggun hanya menatap punggung putranya yang sudah menghilang di balik dinding pembatas ruangan.

"Biarkan dia melakukan apapun yang dia mau, toh nanti dia juga akan tahu mana yang terbaik. Aku mendapat informasi, Flora memukuli sekertaris Kevin hari ini." Ucap Robby masih menutup matanya di atas paha sang istri.

"Kamu tuh yang selalu saja ikut campur dengan urusannya." Ketus Anggun. Beberapa kali Anggun mendapati suaminya ini memarahi Kevin soal sekertaris putranya itu.

"Karena aku menyayanginya," Ucap Robby yang kini sudah membawa wajahnya menghadap perut rata istrinya. Mneghirup dalam-dalam aroma tubuh yang sudah puluhan tahun menemaninya. Menemaninya berjuang di tengah kehidupan pas-pasannya di Prancis dulu.

"Aku tahu sayang." Ucap Anggun lalu kembali mengusap rambut yang sudah terlihat mulai memutih milik laki-laki yang selalu dia cintai.

****

Di salah satu Bandara di Kota Bali, Flora termenung di ruang tunggu keberangkatan, menatap kosong orang-orang yang berjalan melewatinya. Helaan nafas berat di paru-parunya terdengar begitu jelas di indra pendengarnya.

Kini tatapannya kembali menoleh pada satu buah koper kecil yang ada di sampingnya. Dia yang memutuskan untuk menjauh tiga tahun yang lalu meninggalkan laki-laki itu, dan kini hanya untuk ke Jakarta saja dia begitu berat melangkahkan kakinya.

Matanya tertutup, berusaha mengurangi gemuruh di dadanya. Ingin beranjak namun begitu sulit meninggalkan hati yang masih begitu mencintai.

Dia hanya kecewa karena laki-laki itu tidak ikut bersamanya tiga tahun lalu, namun dia ingin tetap bersama Kevin. Tiga tahun ini memberinya jawaban jika hanya Kevin laki-laki yang dia inginkan.

Baikalah, memulai kembali mungkin tidak ada salahnya. Bukankah waktu tiga tahun ini sudah lebih dari cukup untuk menenangkan dirinya, dan kini dia kembali berharap laki-laki itu akan menyambutnya dengan hangat.

Namu lagi-lagi keadaan menamparnya, tiga tahun bukanlah waktu yang singkat untuk bisa merubah seseorang.

Yah semuanya sudah berubah, namun tidak dengan hati dan perasaanya untuk laki-laki itu.

Drrrttt...drrrrttt....

Getaran ponsel dari dalam tas mahalnya menyadarkan dia dari lamunan.

"Iya Mi," Jawabnya setelah mengusap ikon berwarna hijau di layar ponsel mahalnya.

"Kamu sudah di Jakarta ?" Tanya sang Mami dari balik ponsel yang menempel di telinganya.

"Belum Mi, keberangkatan mengalami delay mungkin satu jam lagi baru berangakat." Jawabnya.

"Ya udah, hati-hati sayang. Cepat kabari Mami jika sudah sampai Jakarta biar papi yang akan menjemput kamu." Ucap Rosa.

"Iya Mi." Jawab Flora dan pembicaraan berakhir saat sang mami memutuskan sambungan ponsel mereka.

Haruanya dia mendengarkan kata-kata papinya untuk bekerja di Rumah Sakit pusat di Jakarta dan tidak memilih datang dan menyiksa dirinya di kota ini.

Hampir dua bulan tinggal di rumah yang sama, namun laki-laki yang sedang menjadi tujuannya sekarang sama sekali tidak pernah menganggapnya ada di rumah itu.

Setiap pagi mereka akan sarapan bersama di meja makan yang sama, begitupun saat makan malam. Siang hari dia selalu menyempatkan diri di sela-sela kesibukannya di Rumah Sakit hanya untuk mengunjungi calon suaminnya agar bisa makan siang bersama namun pemandangan yang menjijikan akan selalu dia dapati di dalam ruangan mewah itu.

Dan hari ini segala rasa sabar dan amarahnya mencapai titik puncaknya. Biarlah untuk sementara waktu dia ingin pulang ke Jakarta, menenangkan diri juga hati yang semakin terasa kacau.

Seharusnya dia tidak lagi kembali berharap untuk bisa memperbaiki dan memilih berterus terang pada papi dan maminya jika laki-laki dulu yang selalu menatapnya hangat sudah tidak lagi sama. Laki-laki yang dulu sempat meminta izin pada sang papi untuk menjaganya sudah berubah.

Flora kembali mearik nafasnya dalam lalu menghembuskannya perlahan.

"Bukan masalah besar Flo, ini baru pertunangan. Kalian belum menikah jadi masih punya kesempatan untuk menghentikan semuanya." Ucap Flora menyemangati dirinya.

"Dan kamu fikir aku akan membiarkan itu terjadi ?" Ucap Kevin yang kini sudah berdiri di belakang Flora.

"Brengsek." Maki Flora pelan namun bisa di dengar dengan jelas oleh Kevin. Entah apa yang terjadi hingga laki-laki yang baru dia pukuli siang tadi kini sudah berdiri di belakangnya.

Terpopuler

Comments

Kadek Pinkponk

Kadek Pinkponk

ego dalam cinta emang bikin gregetan..dan di novel ini dikemas sangat apik

2021-09-28

2

memei

memei

laki2 yg gk bisa di maafin itu yg main wanita , buat flora pergi lagi

2021-09-11

7

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!