***Ku mohon berikan like untuk cerita receh aku ini 😅😅 ***
***
Saling cinta namun sama-sama saling memberi luka. Membuat orang yang di cintai kecewa hanya agar bisa melupakan, Sungguh sangat konyol. Manusia, tetap saja hanya sebatas manusia, jika tuhan sudah menetapkan hati seseorang maka tidak akan ada yang bisa merubah itu.
Komunikasi, hal yang paling mudah namun kebanyakan manusia tidak bisa melakukannya dengan baik, hingga akhirnya kesalah pahaman yang mengambil alih lalu kekecewaan yang melukai tidak bisa di hindari.
Flora sudah duduk termenung di atas tempat tidur, kaki dan tangannya tidak lagi terikat. Duduk diam sambil merenungi apa yamg kini terjadi di antara mereka. Ingin memulai pembicaraan namun tidak tahu harus memulainya dari mana.
Sedangkan laki-laki yang sudah acak-acakan karena kegilaanya, masih berada di dalam kamar yang sama dengannya. Duduk diam di atas sofa sambil menatap pintu balkon yang terbuka lebar dan menampakkan langit yang gelap bahkan satu bintang pun enggan untuk berada di sana.
Tidak ada suara yang meninggi lagi, Caci maki serta bentakkan yang sejak sore menggema di dalam kamar, juga isakan dari bibir gadis mungil dengan rambut panjang yang sudah berantakan tidak lagi terdengar.
Keduanya diam, hanya suara hembusan nafas dari mulut dan hidung juga detakan jantung yang terdengar jelas di sana. Sama-sama saling mencerna apa yang sudah terjadi di antara mereka.
"Tidak ada salahnya jika aku ingin memulai sesuatu dalam hidupku, saat orang yang aku harapkan tidak bisa lagi aku andalkan." Suara gadis yang sedari tadi terdiam di atas ranjang, kini terdengar di dalam kamar.
Kevin mengalihkan tatapannya dari kegelapan malam lalu menarap lekat pada gadis yang masih memenangkkan seluruh hatinya.
"Kalau begitu lanjutkanlah jika orang itu bisa kamu andalkan." Ucap Kevin sambil menahan hati yang semakin terasa sakit.
Tatapannya masih menatap lekat pada tubuh Flora yang kembali terduduk diam di atas ranjangnya. Gadis yang masih tersimpan rapi di dalam hatinya semakin mengecewakannya.
"Bukankah kamu ingin hidup bersamaku, harusnya tetap seperti dulu. Tidak perlu mendengarkan pandangan orang lain terhadapmu. Aku adalah orang yang paling pantas menentukan jika orang itu pantas bersamaku atau tidak." Ujar Flora tidak ingin kalah. Apapun itu, dia merasa alasan Kevin yang kecewa karena kedekatannya dengan teman seprofesinya dulu tidak masuk akal.
Kevin tersenyum miris, tatapannya semakin mendingin saat manik Flora kini menatapnya.
"Bagaiman jika orang yang yang memandangku tidak pantas adalah Papi kamu ?" Tanya Kevin dengan dingin. " Bagaimana bisa aku masih melangkah menuju kamu, saat salah satu orang penting dalam hidupmu memandangku tidak pantas." Sambungnya kini mengalihkan tatapannya pada kegelapan. Sikapnya semakin mendingin, tidak ada lagi kehangatan di sana. Hatinya semakin terluka saat gadis ini begitu santai menyalahkannya atas perpisahan mereka dulu.
Semuanya berubah, tidak ada lagi kisah manis saat mereka kecil hingga remaja dulu yang tertinggal di hati keduanya. Kevin menyadarinya sekarang, mereka sudah dewasa dan tidak lagi mendengarkan dongeng cinta manis saat akan tidur seperti saat masih kecil dulu.
Keduanya kembali hening, Kevin sudah merebahkan tubuhnya di atas sofa yang ada di dalam ruangan. Hari ini bukan hanya tubuhnya yang terasa sakit karena ulah gadis yang masih terdiam di ranjangnya, namun hati yang sudah terluka sejak lama kembali menganga membuatnya sesak.
Lengan tangan yang terdapat beberapa cakaran kuku Flora, juga memar karena sepatu gadis itu terasa perih saat dia gunakan untuk menghalau air mata yang mendesak ingin keluar dari tempatnya.
Flora turun dari ranjang lalu berjalan le arah pintu kamar, dia tidak tahan lagi dengan dinginnya kamar ini. Bukan hanya karena AC yang ada di ruangan ini yang menembus kulitnya, namun sikap Kevin yang semakin mendingin semakin membuat hatinya mati rasa. Di tambah lagi perutnya yang terasa melilit karena belum makan malam, harua memaksanya untuk segera keluar dari dalam kamar ini.
Flora meraih handel pintu lalu memutarnya, namun pintu itu terkunci.
"Buka pintunya Kevin." Ucap Flora dengan suara yang mulai meninggi.
Namun laki-laki itu bergeming, hanya helaan nafas berat yang terdengar di sana.
Flora berjalan menuju ke arah sofa di mana Kevin berada lalu berdiri di samping tubuh yang sedang terlentang itu.
"Kevin...
Kevin bangkit dari sofa lalu duduk menghadap pada tubuh Flora yang kini sedang berdiri tepat di hadapannya. Tangannya mengambil kunci kamar dari saku celananya lalu menyodorkan kunci itu pada Flora, dan tanpa berkata apa-apa lagi Flora segera melangkah menuju pintu lalu membukanya.
"Jika kamu keluar dari dalam kamar malam ini, itu berarti tidak ada lagi yang tersisa di antara kita." Ucap Kevin saat Flora membuka pintu kamaranya. "Kamu sangat tahu pernikahan kita tidak akan bisa kamu hindari, dan bersiaplah untuk hidup dengan pernikahan yang menyiksa setiap harinya. Kamu yang meminta ini, kamu yang tidak ingin memperbaiki jadi nikmatilah." Sambungnya lalu berjalan menuju kamar mandi meninggalkan Flora yang kini mematung di depan pintu kamar.
Hati dan otaknya terasa panas, ingin rasanya dia mengamuk pada gadia itu malam ini. Bagaiaman bisa Flora se santai itu bahkan ketika dia sudah menjelaskan apa yang membuatnya memilih tidak ikut melanjutkan spesialis kedokteranny bersama gadis itu.
Flora masih terdiam di depan pintu, hatinya berkecamuk. Kevin benar, Papinya tidak akan pernah membatalkan pernikahan ini meski dia yang memintanya.
Pancuran air sower sudah terdengar di dalam kamar mandi, ringisan Kevin juga terdengar di dalam sana. Flora tahu apa yang terjadi disana, hari ini dia melampiaskan segala sakit hatinya pada lakilaki itu.
Flora kembali menutup pintu kamar dengan pelan lalu berjalan menuju balkon kamar. Udara dingin semakin terasa di kulitnya, namun di sini jauh lebih baik dari pada di dalam kamar yang terasa sesak di dadanya.
Angin malam menerpa wajah cantiknya, mata ya g tadinya terbuka kini tertutup rapat menikmati angin malam yang berhembus dengan kencang hingga menerbangkan helaian rambut panjangnya.
Kehidupan yang di penuhi cinta dan bahagia yang selalu dia impikan bersama laki-laki itu saat dia kecil dulu, tidak sejalan dengan apa yang kini dia rasakan.
Ternyata hidup akan berubah dengan berjalannya waktu. Hanya saja perasaannya untuk laki-laki itu masih sama seperti dulu, dan tidak ada yang bisa menggantikannya meskipun sudah mencobanya.
Ah seandainya saja dia bisa kembali pada masa kecil mereka dulu, saat laki-laki itu akan memarahi sepeda dan jalanan ketika dia terjatuh.
Seandainya saja waktu bisa di putar, dia ingin kembali pada masa remaja mereka, saat laki-laki itu dengan begitu cemasnya ketika melihatnya meneteskan air mata saat guru memarahinya karena tidak sempat membuat PR.
Atau jika saja dia bisa menjelajah waktu, dia ingin kembali pada masa saat mereka masih kuliah. Ingin sekali dia melihat laki-laki yang begitu posesif tentang hal apapun jika menyangkut dirinya. Tatapan hangat penuh cinta yang selalu tertuju padanya, sungguh dia merindukan itu semua.
Namun sayang waktu tidak akan pernah kembali, semua hanyalah menjadi kenangan manis yang membuatnya sulit melupakan laki-laki itu. Kini kehidupan dewasa inilah benar-benar kehidupan yang sesungguhnya, kenangan manis duku hanyalah dongeng yang selalu Mami atau mendiang Oma bacakan saat dia akan terlelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Hari Kusumaningdiah
lanjut ...
2022-01-18
0
Kadek Pinkponk
ikut terhanyut dalam putaran romansa cinta yang tak lgi selaras 😢
2021-09-28
2
Ryan gaming
di tunggu up nya thor
2021-09-13
1