Velicia tidak menjawab, tapi dia tersenyum atas apa yang ditanyakan oleh suaminya. Hal itu membuat pria itu semakin curiga.
"Apa kamu sudah makan?" tanya Velicia sambil menatap wajah dingin Arnold.
Arnold tidak menjawab, pria itu berjalan menuju ke kamarnya. Velicia hanya tersenyum getir kala tidak ada perhatian sedikitpun untuk dirinya. Namun, bukan Velicia namanya kalau harus menangis karena hal itu.
Hidupnya sudah biasa dengan kesendirian jauh dari perhatian, semua itu ia rasakan semenjak umur empat belas tahun di mana tragedi itu terjadi. Velicia membuka pintu kamar dilihatnya suaminya sudah tertidur lelap, tidak lama dia pun ikut berbaring di sofa karena tidak ingin Arnold terbangun dan akan melakukan hubungan itu lagi.
Pagi harinya, seperti biasa Velicia terbangun, tapi dilihatnya Arnold sudah tidak ada lagi di ranjang. Wanita itu hanya bisa menarik napas dalam. Hari ini Velicia menghubungi Clara dan mengatakan tidak masuk kantor karena merasakan tubuhnya terasa lemah.
"Apa Ibu perlu ke rumah sakit?" tanya Clara dari sebarang sana dengan rasa khawatir.
"Tidak, aku akan istirahat saja di rumah Clara," jawab Velicia sambil mematikan sambungan telepon.
Velicia berjalan menuju kamar mandi, setelah lima belas menit ia selesai dan langsung turun menuju meja makan, di mana sudah tersedia sarapan untuknya. Dilihatnya sekeliling begitu sepi, walaupun ada beberapa asisten rumah tangga rasanya seperti tinggal sendiri dalam villa yang besar ini.
Velicia selesai sarapan dia duduk di ruang keluarga, hingga waktu menunjukan pukul sebelas siang, wanita itu ingat belum meminum obatnya. Dia berjalan menuju ke kamar dan membuka laci paling bawah di mana ia menyimpan obatnya.
Velicia berbaring di ranjang untuk mengistirahatkan tubuhnya, semakin hari tubuhnya semakin lemah, telat minum obat anti nyeri saja rasa sakit itu begitu menyiksanya. Wanita itu menatap langit-langit kamarnya, terpikir olehnya untuk memberikan pelayanan yang bagus buat suaminya di sisa-sisa umurnya.
Velicia segera mengambil ponselnya dan medial nomor Arnold, telepon di angkat dari seberang sana, tapi pria itu tidak mengatakan sesuatu padanya, jangankan halo menyebut namanya saja seakan enggan.
"Halo Arnold, apa kamu nanti pulang untuk makan?" tanya Velicia.
"Iya aku pulang," jawab Arnold dingin.
Tidak lama sambungan telepon sudah dimatikan oleh pria itu membuat Velicia hanya bisa menarik napas dalam, tapi semua itu tidak membuatnya menyerah. Dia berencana masak buat suaminya untuk makan nanti malam.
Velicia dengan semangat dan wajah yang berbinar berjalan menuju dapur dibukanya kulkas untuk mencari bahan, senyum mengembang di bibirnya saat mendapatkan apa yang dicarinya. Wanita itu memasak banyak sekali hidangan untuk suaminya, ia berharap ada keajaiban setelah Arnold memakan masakannya nanti.
Hingga malam tiba, Velicia sudah menunggu sampai jam menunjukan pukul sembilan malam, tapi suaminya belum juga pulang, perutnya sudah terasa begitu lapar. Tidak lama terdengar pintu terbuka, Arnold melihat istrinya sedang makan seorang diri.
Arnold berjalan menuju ruang keluarga, dia menunggu Velicia menyelesaikan makanannya, hidangan di atas meja yang dimasak beberapa jam yang lalu sekarang sudah dingin, sayur yang dikunyah Velicia terasa hambar. Namun, Arnold bukanlah orang yang sabar, dia menghampiri Velicia yang sedang makan.
"Apa maumu, Velicia?" tanya Arnold melihat Velicia masih terus makan, dia baru teringat dan bertanya, "ini semua kamu yang masak?"
Velicia menjawabnya dengan tenang, "Aku meneleponmu tadi siang untuk bertanya apa kamu akan pulang untuk makan, terus kamu bilang pulang, lalu aku memasak makanan enak untukmu dengan gembira."
Arnold malah merasa sangat aneh, lalu bertanya. "Trik apa yang sedang kamu mainkan, Velicia?"
Mendengar apa yang ditanyakan Arnold membuat hati Velicia terasa sakit, dia diam sambil membereskan peralatan makan, saat dia keluar, Arnold sudah tidak ada di meja makan.
Velicia menuju ke kamarnya karena ia juga butuh istirahat, tapi begitu masuk dia melihat Arnold sedang duduk di atas sofa dengan laptop berwarna gold.
Velicia mengambil lingerie dan masuk ke dalam toilet untuk mandi. Saat baru saja keluar dari toilet, Arnold menghampirinya dan langsung mendorong tubuhnya ke arah dinding, disobeknya lingerie yang melekat di tubuh Velicia.
Arnold membalikan tubuh lemah itu ke dinding dan seperti biasa pria itu mengajak sang istrinya untuk olahraga malam tanpa adanya pemanasan, saat sampai ke puncak Arnold mengajukan satu persatu pertanyaan kepada Valicia dengan nada pelan, “Vio bilang, kamu yang maksa dia pergi ke Amrik 3 tahun lalu.”
Velicia terdiam sambil menggigit bibir bawahnya untuk tidak mendesah, wanita mengingat kembali kejadian waktu itu. Dia memberi Viona dua pilihan waktu itu, kalau dia memilih Arnold, maka ia akan membatalkan aliansi pernikahan dengan Arnold. Jika Viona melepaskan Arnold, maka Velicia akan memberinya uang 6 miliar.
Viona adalah wanita yang sangat cerdas, dia tahu walaupun orang itu bukan Velicia juga akan ada gadis kaya lain, tapi bukan dirinya yang tidak punya latar belakang apapun, jadi ia mengambil uang 6 miliar itu dan pergi ke Amerika. Namun, Velicia sama sekali tidak ingin memberitahu Arnold kalau wanita yang dicintainya lebih memilih uang enam miliar daripada dirinya. Sekarang Viona kembali pasti karena tahu kalau Arnold sudah bisa mandiri tanpa bantuan orang lain, asalkan Arnold ingin menikahinya, maka dia pasti akan diceraikan.
Arnold menarik tubuh Velicia ke ranjang membuat wanita itu merintih, suaminya itu mengerahkan tenaga untuk kembali melakukan yang membuatnya puas, perut Velicia tiba-tiba kesakitan. Namun, Arnold sama sekali tidak menyadarinya, dia justru menyindir di telinga Velicia, “Kamu bilang suka padaku, kalau begitu, kenapa memaksaku.”
“Tiga tahun yang lalu, keluarga Arista adalah yang paling berkuasa di Ternate, semua orang ada dalam genggamanmu, tapi sekarang, keluarga yang membantumu sudah terpuruk.” Velicia menjawab sinis sambil menahan rasa sakit atas apa yang dilakukan suaminya.
Arnold semakin mempercepat melakukan olah raganya, keduanya melakukan hal yang paling intim, tapi mulut mereka melontarkan perkataan yang paling menyakitkan.
"Bukankah ini yang kamu mau!" seru Arnold dengan tatapan tajam ke arah Velicia.
"Kamu laki-laki berengsek, Arnold!" umpat Velicia.
"Kita sama-sama brengsek Velicia, tapi kamu selalu menikmatinya!" seru Arnold tidak kalah sengit.
Arnold melakukan lebih cepat lagi, hingga ******* keluar dari mulut istri yang tidak sama sekali dicintainya itu. Wanita yang dinikahinya hanyalah untuk melampiaskan nafsunya saja. Arnold menyadari itu dia tidak pernah sedikitpun bersikap lembut kepada Velicia.
Arnold menghentakan tubuhnya lebih keras lagi hingga Velicia merasakan kesakitan yang luar biasa, tubuh wanita itu kesakitan hingga kejang-kejang, tapi Arnold malah menganggapnya ketagihan dan begitu menikmati walau dirinya melakukan kasar, lalu pria mencibir, “Hem, tumben sensitif banget hari ini?”
Bersambung ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Juan Sastra
di kasih tuhan istri baik kaya cantik cerdas pembisnis handal malah di siksa dan sia siakan...pada akhirnya apakah akan menyesal..semoga tidak.
2022-06-24
1
Mamaaira
tu cwok begok ap bodoh si
2021-10-17
4
Mirta Soriale
thor kok kau buat Velicia jdi wanita yg lemah???
2021-09-16
4