Arnold mengerutkan keningnya, kenapa dengan Velicia . Pria itu melihat jendela kamar istri yang tak pernah ia perlakukan dengan baik itu.
"Kesepakatan apa?" tanya Arnold dingin.
Velicia terdiam sejenak, hatinya begitu perih saat akan mengatakan kepada Arnold, karena tidak ada jawaban dari wanita itu akhirnya Arnold mengatakan,"Kalau tidak ada yang ingin kamu katakan aku akan akhiri,!" ancam Arnold.
"Arnold, Aku ingin kita pacaran seperti pasangan yang lain," kata Velicia.
"Kamu jangan bermimpi, Velicia!" geram Arnold semakin tidak mengerti dengan apa yang diperbuat wanita itu melalui telepon.
"Hanya tiga bulan Arnold! setelah itu aku menceraikanmu dan kamu akan mendapatkan aset ratusan triliun," jelas Velicia .
Arnold terdiam, dia mencoba mencerna apa yang dikatakan Velicia kepadanya, berpacaran selama tiga bulan setelah itu istrinya akan menceraikannya. Lama Arnold terdiam masih terngiang apa yang dikatakan wanita itu.
Setelah menghubungi Arnold Velicia masuk kamar, wanita itu bersandar di pintu ia menangis seorang diri meratapi hidupnya yang sudah tidak lama lagi. Dia tidak menyalahkan siapa-siapa, ini mungkin takdirnya dimana akan bertemu dengan kedua orang tuanya nanti.
"Mama, Papa. Tunggu Cia sampai hari itu tiba," katanya dengan lirih.
Tangis Velicia semakin pecah saat ini hingga dia mengirimkan pesan kepada sahabatnya, tapi sayang pesannya belum dibalas.
Velicia berjalan tertatih ia semakin merasakan tubuhnya mulai lemah dan sakit bagian bawah perutnya, ia baru ingat kalau belum minum obat anti nyerinya. Wanita itu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Karena merasa lelah ia naik ke ranjang, tapi sebelum itu ia merapikan tempat tidur yang seperti kapal pecah akibat pergulatan dengan suaminya tadi. Hingga Velicia tertidur karena merasa hati dan tubuhnya yang begitu lelah saat ini.
Mentari pagi bersinar begitu cerah, Velicia perlahan mengejapkan matanya. Wanita itu melihat jam di ponselnya sudah menunjukan pukul enam. Ia segera berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah lima belas menit dia langsung keluar dari kamar mandi.
Velicia sedang merias wajahnya dengan make up yang natural, hingga wajahnya tidak lagi terlihat pucat. Wanita itu mengganti pakaiannya karena ia harus selalu tampil rapi karena seorang dia seorang pemimpin di perusahaan milik keluarga Arista.
Hari ini jadwalnya begitu padat, setelah selesai Velicia segera menuju ke lantai bawah, dilihatnya Mbak Sum sedang membuat susu untuknya.
"Pagi Mbak," sapa Velicia.
"Pagi Nyonya," jawabnya Mbak Sum dengan ramah.
Tanpa menunggu lama Velicia mengambil roti dengan selai stroberi yang sudah dibuat oleh Mbak Sum. Melihat jam sudah hampir jam tujuh, ia segera berangkat setelah pamit kepada wanita seumuran Mamanya itu.
Velicia setelah mengetahui dirinya terkena kanker, kini selalu di jemput oleh asistennya Clara. Wanita itu begitu dingin dengan siapa saja.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, setelah menempuh perjalan selama tiga puluh menit mobil yang dikemudikan Clara sampai di kantor. Kedua wanita cantik itu berjalan sambil tersenyum ramah kepada karyawan yang selalu menyapanya.
Sesampai di ruang kerjanya Velicia langsung duduk di kursi kebesarannya, wanita itu segera mulai menyelesaikan pekerjaannya, sebelum menandatangani berkas, dengan teliti ia mengeceknya terlebih dahulu.
Pintu dibuka oleh Clara, Velicia menatap kesal kepada asistennya itu.
"Ada apa?" tanya Velicia.
"Hanya mengambil berkas yang sudah Anda tanda tangani, Bu," jawabnya.
"Itu ambil saja, oh, iya. Clara, aku mau pergi ke suatu tempat tolong meeting hari ini kamu handle dulu," ujarnya.
"Siap Bos," jawab Clara.
Tak lama ponsel Velicia bergetar dilihatnya nama yang tertera nama mertuanya. wanita itu hanya bisa mendesah, tapi tak urung diangkatnya.
"Halo Papa," sapa Velicia saat menjawab telepon.
"Iya, apa kabarmu, Nak?" tanya pria paruh baya yang tak lain mertuanya itu.
"Aku baik, ada apa Papa menghubungiku?" tanya Velicia sambil duduk memutar-mutar kursi kebesarannya itu.
Tidak ada jawaban dari Tuan Besar Setiawan, hanya ada keheningan saja saat ini. Velicia paling tidak suka dengan momen seperti ini.
"Velicia, Viona Gulana akan kembali dan Papa harap kamu lebih memperhatikan suamimu," ucapnya Tuan Besar Setyawan.
Velicia merasa hatinya dicubit, wanita yang dicintai suaminya itu akan kembali dan pastinya akan mereput posisinya sebagai Nyonya Setyawan.
"Papa nggak usah khawatir karena kami akan bercerai," kata Velicia.
"Apa? apa Papa tidak salah dengar, Velicia?" tanya Tuan besar yang terkejut.
"Tidak, ini sudah keputusanku setelah tiga bulan kami akan bercerai," jawabnya dengan nada tenang.
Mendengar itu Tuan besar Setyawan, hanya diam lagi. tetapi muncul pertanyaan yang begitu ingin ditanyakan selama ini kepada menantunya itu.
"Kalau akan bercerai, kenapa kamu memilih keluarga Setyawan? Apa yang kau inginkan?" tanya Tuan besar tanpa henti.
Velicia tersenyum sendiri mendengar pertanyaan Tuan besar Setyawan sambil berucap, "Kalian sejak awal hanya menginginkan keluarga Arista, sedangkan aku hanya menginginkan seorang Arnold, bukankah sudah impas!”
Panggilan pun terputus, Velicia memukul dadanya yang begitu sesak saat ini, dia segera mengambil berkas untuk membuat surat dan menandatangani perjanjian pengalihan saham, sebenarnya beberapa tahun belakangan Arnold terus mengembangkan bisnis keluarga Setyawan dengan bantuan keluarga Arista.
Jika dirinya mati, yang bisa diandalkan keluarga Arista hanyalah Arnold itu yang dipikirkan Velicia sekarang. Selain menandatangani surat pengalihan saham, Velicia juga membuat sebuah surat wasiat, di dalamnya hanya ada satu kalimat: 'Arnold, kuharap segala yang kamu mau di kehidupan ini tercapai.'
Velicia menatap kertas yang ada di depannya, air mata wanita itu mengalir bebas di wajah putihnya. Setelah selesai ia menghubungi pengacaranya untuk memberikan kedua surat tersebut.
"Siang Nyonya Setyawan," sapa Romy pengacara keluarga Arista.
"Siang, Om," jawab Velicia ramah.
Tanpa ragu Velicia menyerahkan kedua dokumen tadi kepada Romy, pria seumuran Ayahnya itu menatap lekat wajah wanita yang biasanya tegar itu bergantian dengan dokumen di tangannya.
"Nyonya," katanya merasa heran kenapa ada surat wasiat.
"Om, apa boleh aku minta saat aku sudah mati nanti, Arnold menyanyikan lagu yang berjudul 'Sleep in the Deep Sea" menggunakan piano di depan makamku!” pinta Velicia dengan bulir bening sudah memenuhi matanya, kalau saja Velicia berkedip sekali saja pasti bulir bening itu akan langsung mengalir di kedua pipi putihnya.
Romy hanya mengangguk, pria itu banyak pertanyaan apa yang sebenarnya terjadi, tapi dia tidak menanyakannya. Setelah pengacaranya pergi Velicia segera menghubungi Arnold. Ini adalah kedua kalinya dia menghubungi suaminya itu, yang pertama saat malam itu untuk membuat kesepakatan.
"Halo," kata Arnold dingin.
"Arnold," kata Velicia lirih.
"Ada apa kau menghubungiku, Cia?" tanya Arnold.
Velicia terkejut karena yang memanggil namanya dengan Cia hanya kedua orang tuanya, kini suami dinginnya itu juga menyebut nama Cia.
"A-aku tahu Viona akan kembali, apa kamu bisa pulang malam ini, Arnold?" tanya Velicia.
Bersambung ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Kadek Pinkponk
baru. dua bab.. udah nyesek
2021-11-15
0
Fatma ismail
kyk prnh baca dmn yh,,ato dsni jg🤗
2021-10-19
0
riza 14
liat namanya inget juri MC
2021-10-13
1