“Permisi Pak Saka, ini dari Bos buat Mas sama Mbak itu.” Suara seorang pemuda berumur kisaran 25 tahun menyela kecanggungan diantara Yuki, Dimas dan sosok yang tidak keduanya ketahui namanya.
“Dari Keven?” Tanya sosok itu yang Yuki dan Dimas simpulkan bernama Saka.
“Iya, Pak.”
“Oh, terima kasih ya Ben.” Saka menerima uluran 2 botol kaca transparan dari sosok pegawai restoran, jelas terlihat dari seragam yang dikenakan.
Mencuri pandang sambil mengedarkan tatapannya ke sembarang arah, Dimas sudah menelan saliva nya dan diam-diam bersorak girang. Dasar Dimas, tau saja pada rejeki gratisan.
“Permisi Mas, Mbak, ini dari teman saya yang kaku tadi.”
“Repot-repot aja Bang.. Makasih banyak ya.” Ucap Dimas senang dan mengambil 2 botol hangat berisi lemon tea yang Saka sodorkan.
Di mata Yuki, tidak ada kata malu dalam kamus Dimas, hanya malu-maluin yang teramat sangat jelas tersemat.
“Nih, lumayan hangat.” Bisik Dimas sambil tersenyum penuh arti pada Yuki. Mendelik pada Dimas sesaat, Yuki kemudian memasang ekspresi ramah pada Saka.
“Terima kasih, Bang.. Mm.. Saka?” Ucap Yuki malu-malu.
“Oh iya, belum kenal ya..” Ucap Saka sambil menyugar rambutnya dan tertawa renyah.
“Kenalkan, saya Sangkara. Tapi cukup panggil Saka kalau suatu saat nanti kita bertemu lagi.” Saka mengulurkan tangannya pada Dimas dan Yuki bergantian. Tampak sekali bahwa Saka merupakan sosok yang ramah dan mudah bergaul, berbeda dengan Keven yang lebih cuek dan dingin.
Louis Sangkara (Seo Kang Joon)
“Saya Dimas, ini teman saya Yuki, Bang.” Ucap Dimas sambil menjabat tangan Saka dan mengenalkan Yuki.
“Kalian dari mana?” Tanya Saka sambil meneliti penampilan Yuki dan Dimas yang hampir 50% basah.
“Kami baru pulang kuliah, Bang.” Jawab Dimas sambil mengusap tengkuknya.
“Masih mahasiswa? Semester berapa?” Tanya Saka lagi dengan kelopak mata lebih terbuka lebar. Saka memang sempat menduga bahwa sepasang anak muda yang menggigil di depan restoran Keven masih duduk di bangku pendidikan, bahkan ia sempat mengira keduanya pasangan kekasih.
“Sekarang kami berdua udah semester 6, Bang.”
Cling..
Lonceng di pintu itu kembali berbunyi akibat sosok yang tadinya terkesan menyebalkan baru saja keluar. Tatapan matanya bersirobok dengan Yuki, seketika jantung Yuki berdegup lebih cepat. Ada debaran asing yang menghangatkan pipi dinginnya.
“Ayo pulang.” Ucap Keven singkat pada Saka.
“Terima kasih Pak, eh Mas Keven.” Ucap Yuki melengking dengan gugup, mengejutkan ketiga laki-laki yang memandang dengan berbagai macam tatapan.
‘Ini bocah kenapa lagi?’ Mengernyit heran, Dimas memicingkan matanya.
“Hm.” Gumam Keven super singkat nyaris tidak terdengar. Memandang Yuki dengan tatapan aneh dan sebelah alis terangkat.
‘Lucu.’ Ucap Saka dalam hati, menatap gemas sambil mengulum senyuman menahan tawa pada tingkah Yuki.
“Kalian yakin nggak masuk aja?” Celetuk Saka membuyarkan suasana canggung, membuat kepala tertunduk malu Yuki terangkat dengan manik mata menatapnya.
“Kita mau pulang kok, iya kan Dim?” Ucap Yuki cepat, menyenggol kasar lengan Dimas.
“Cepat ambil mantel di motor sana!” Merebut botol yang masih terisi setengah air nya, Yuki spontan mendorong tubuh Dimas agar bergerak menembus derasnya hujan.
Memberikan tatapan memelas, Dimas tampak enggan menumbalkan dirinya dihantam rintik hujan yang seolah bagai sentilan kerikil.
“Pakai ini!” Cegah Keven pada langkah ragu-ragu Dimas, menyodorkan payung hitam yang sudah terbuka. Tentu saja dengan sumringah Dimas menerimanya. Berlari mengapit payung pelindung membuka jok motor dan mengambil jas hujan.
“Terima kasih bang..” Ucap Dimas sambil mengembalikan payung Keven.
“Iya.” Jawab Keven yang lagi-lagi masih singkat. Mengambil payung miliknya dan memberi kode lirikan pada Saka agar ikut berada di bawah payungnya.
“Ayo!” Mengedikan dagu sekilas, Keven mulai jengah berlama-lama menunggu Saka bergerak.
“Kami duluan ya..” Pamit Saka dengan senyum ramah pada Yuki dan Dimas. Melangkahkan kaki mendekati Keven yang hampir saja meninggalkannya.
...----------------...
“Hm.. Hm.. Hmm..” Saka bersenandung riang, mengetuk pelan paha kanannya dengan jari telunjuk, menatap embun di kaca sisi kiri mobil.
“Kenapa?” Tanya Keven penasaran tanpa menatap Saka, pandangannya terpusat pada jalanan yang berkabut.
“Apa?” Ucap Saka balas bertanya pada Keven.
“Tumben lo senyum gak jelas, kenapa?”
“Cewek tadi lucu ya.. Kelihatan salah tingkah sama elo.” Ucap Saka terkekeh geli.
“Gak jelas.” Gumam Keven sambil menggeleng pelan.
“Gue lupa tadi gak nanya mereka kuliah di mana. Argh.. Tiba-tiba jadi lemot gara-gara elo muncul mendadak sih.”
“Dasar playboy!”
“Sejak kapan gue jadi playboy?”
“Sejak lo mulai numpuk mantan.” Ucap Keven santai.
“Gak pernah deh gue numpuk mantan.”
“Jadi siapa Ira, Katty, Maura, Chika, Nisa, Aster, Jane, Amanda, Yola, De-..”
Mengibaskan tangannya, Saka tidak menyangka deretan nama mantan akan terabsen dari bibir Keven. “Udah-udah Kev! Iya gue numpuk mantan, gak usah lo absen berurutan gitu juga kali!” Dengus Saka tidak habis pikir pada ingatan Keven.
“Dia masih terlalu muda buat lo. Jangan nekat coba-coba.”
“Siapa juga yang mau coba-coba? Gue kan cuma bilang dia lucu. Terpesona layaknya ke bocah lucu kan wajar aja.” Ucap Saka membantah perkataan Keven.
“Basi!” Gumam Keven lirih, namun cukup ketus.
“Gue jadi kangen sama dia.” Menyandarkan kepala nya, sosok gadis tinggi semampai bak model terbayang di pelupuk mata Saka.
“Cewek tadi?” Mengernyitkan dahinya, Keven melirik Saka sekilas.
“Bukan.”
“Alia?” Tebak Keven lagi, menyebutkan nama wanita yang sedang mengambil sertifikasi memasak di luar negeri.
Menjentikkan jarinya, Saka menegakkan duduknya. “Nilai sempurna buat lo.”
“Ck! Baru juga lo ngomongin si anak yang kedinginan tadi. Sekarang udah bahas Alia lagi. Memang dasar buaya!” Ujar Keven mencemooh Saka.
“Kenapa bahas cewek tadi lagi?” Ucap Saka bingung, ia hanya merasa Yuki terlihat menggemaskan saat salah tingkah ada Keven. Di mata Saka juga sangat jelas bahwa Yuki sudah tersedot pesona si kaku Keven.
“Mereka itu dua hal yang berbeda, Kev. Alia itu perempuan yang gue cinta, kalau cewek tadi namanya Yuki, dia cuma cewek yang baru beranjak dewasa dan yang gak sengaja kita jumpai.” Ucap Saka lagi menjelaskan.
“Jangan berani lo macam-macam sama sahabat gue!” Ancam Keven pada Saka.
“Gue juga sahabat elo kali..!!” Ucap Saka jengah sambil menghembuskan nafasnya.
“Sejak kapan lo jadi sahabat gue?” Ucap Keven sambil tersenyum miring. Ia sengaja membuat Saka jengkel.
“Terserah lo deh mau apa.” Memilih mengalah, Saka tau bahwa ia tidak akan pernah menang melawan perkataan Keven.
“Astaga.. Gue pikir mereka pakai mantel hujan masing-masing.” Celetuk Saka tiba-tiba dengan mata terbelalak. Sekelebat bayangan pemotor cukup tidak asing menyalip mobil yang Keven kemudikan.
“Siapa?”
“Itu di depan kita, yang barusan lewat anak-anak yang tadi di depan resto lo.” Ucap Saka menggebu-gebu.
“Itu yang pelukan di motor?” Tanya Keven biasa aja, tidak tampak antusias sama sekali.
“Iya. Perhatikan deh mereka berbagi mantel baju sama celana itu! Gue gak habis pikir mereka bakal pakai model kayak gitu.” Ucap Saka dengan senyum terkembang.
Dari kaca yang sedikit buram tersamarkan, Saka melihat wajah Yuki yang mengernyit menahan tamparan air hujan dari arah samping. Menyusupkan tangan memeluk Dimas erat dari balik baju mantel hujan yang dikenakan terbalik alias menghadap belakang dan resleting terbuka.
“Ya udah biarin aja.”
Flashback Off.
...****************...
*
*
*
Sudah ada tebakkan kandidat siapa suami Yuki sebenarnya?😀
Untuk yang menanti novel Aara Bukan Lara, Hana belum sempat UP. Kesibukan Hana cukup menguras waktu, bahkan kemarin sempat tepar di alam mimpi sampai kelupaan revisi ulang.😅
Terima kasih ya untuk semuanya yang selalu dukung tulisan Hana.😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Dewi Murni
saka dong suaminya
2023-07-25
1
☠ᵏᵋᶜᶟ Fiqrie Nafaz Cinta🦂
wadidau... cantik
2023-01-08
1
@Ani Nur Meilan
Yuki udah langsung suka sama Keven.. Tapi Keven dingin dan cuek bae
2023-01-08
1