“Tersiksa? Baiklah.. Akan aku perlihatkan pada dunia bagaimana kamu seharusnya tersiksa.” Berbisik lembut tepat di daun telinga Yuki, ia tidak lupa meniup pelan tengkuk Yuki yang terekspos polos. Mengantarkan sengatan aneh yang memancing darah Yuki mendidih. Yuki hanya mampu meremas gaun berwarna kuning yang membalut indah lekuk tubuhnya.
“Siksalah aku sesuka mu, karena aku akan membalas dengan beribu penyesalan di hidup kamu!!” Ancam Yuki dengan seringai tidak kalah mengerikan. Dirinya harus tetap tegar, menguatkan pilar perlawanan demi harga diri yang akan terus terinjak di masa yang akan datang.
Keduanya saling menatap lekat, menggenggam erat penuh emosi. Meski tulang jemarinya terasa remuk, Yuki tetap teguh pada keangkuhan yang sengaja dipupuknya. Ia benar-benar muak pada senyuman yang biasanya mampu menggetarkan dan menghangatkan hatinya. Kini yang tersisa hanya perih menghujam, menghunus tajam tidak kasat mata.
Yuki sudah berdarah, terluka parah dan tersiram cairan asam. Menjerit di dasar lubang sempit nan gelap dengan tangan yang terus mengais, bukan untuk kembali pada sumber kehidupan, tapi pergi semakin ke dasar. Menjauh dari segala kenyataan, ia sudah menyerah.
Yuki hanya ingin pergi dan menghilang, namun mengapa dunia merantai langkahnya? Mengapa sosok yang membenci hadirnya justru mengikat dirinya dalam tali suci pernikahan?
“Pengantin baru mesra banget dari tadi main tatap-tatapan mulu.. Bukan kontes tahan mata loh..” Celetukan tiba-tiba membuka panggung sandiwara keharmonisan pasangan baru itu dimulai. Rangkulan mesra menyambut senyum ramah sosok yang tampak menawan, namun datang seorang diri tanpa pasangan.
“Tolong jaga dan sabar dengan tingkahnya ya.. Dia memang aneh, tapi semakin lama mengenalnya kita akan tau kalau dia adalah sosok yang tulus.”
“Pasti.. Yuki sekarang IS-TRI ku.. Aku jelas akan lebih mengenal dia nantinya.” Menekan kata ‘istri’ yang justru menggelitik nyeri dada Yuki. Kalimat itu seolah ingin menegaskan bahwa Yuki miliknya. Entah mengapa ada rasa bergejolak marah kala laki-laki lain memberikan tatapan sayang pada sang istri yang nyatanya tidak diinginkannya.
“Posesif kali Bro, hahaha.. Mantap lah. Ingat ya, ibarat minum teh ya rasanya teh, jadi kalau udah punya susu jangan coba-coba minum kopi, apalagi dijadikan kopi susu, udah beda rasa sama manfaat utamanya.” Gelak tawa hambar dengan tepukan berat di bahu sang mempelai menyisakan kekehan Yuki. Jelas kalimat itu bukan hanya sebuah candaan, tapi sindiran keras.
“Bangsat!” Yuki menyeringai mendengar umpatan lirih dengan tangan terkepal dari suaminya. Iya, suami, sosok di samping Yuki yang rupanya tidak sebaik yang selama ini ia kenal adalah suaminya.
“Permisi Mbak, Mas, waktunya ganti ke baju selanjutnya.”
Menolehkan kepala ke sisi kiri, keduanya sama-sama mendapati seseorang yang baru saja menyampaikan ucapan itu. Bergegas pelan sambil memegangi gaun yang merepotkan, Yuki berdecih pada sikap tidak peka atau mungkin tidak peduli suaminya. Beruntung Yuki masih dibantu oleh staf yang sejak awal memang bertugas membantunya berganti gaun.
“Dia ganti di sini juga? Gila..!!” Seloroh Yuki tanpa sadar terdengar oleh seluruh orang di dalam ruangan yang diperuntukan untuk dirinya berganti gaun.
“Bisa kan kamu gak usah berlebihan!? Aku cuma ganti kemeja dan jas di sini.” Suara yang jelas jengah itu tidak melegakan kekesalan Yuki, justru bertambah ingin menjambak dan mencakar suaminya.
“Kamu memang cuma ganti kemeja dan jas, tapi aku nggak! Cepat ganti terus pergi sana!!” Ucap Yuki sinis.
“Mbak, saya nggak akan ganti sebelum dia keluar.” Ucap Yuki lagi, masih sinis dan ketus, melipat tangan dengan dada bergemuruh kesal. Tidak berbeda dengan lawan bicaranya yang menghentikan kegiatan mengancingkan kemeja, ia berjalan mendekati Yuki.
“Kamu tanpa sehelai benang juga gak akan buat aku tertarik.” Menyeringai, ia mundur selangkah, berdecih dan menatap remeh pada Yuki. “Standar aku tinggi dan kamu bukan tipe ku, jadi santai aja kali.”
Suasana ruangan yang hangat berubah dingin, namun tidak dengan Yuki yang tampak akan meledak. Dengan tatapan mata yang garang, Yuki mengeratkan gigi nya hingga rahang mengeras. Sepersekian detik kemudian Yuki memejamkan matanya dengan erat disertai hembusan nafas perlahan yang sangat berat.
“Ayo, Mbak. Bantu saya ganti ke gaun selanjutnya sekarang!" Ucap Yuki halus penuh perintah dengan senyum dipaksakan.
“Kita bisa berganti ke sebelah sana Mbak.” Staf perempuan itu menunjuk sebuah bilik yang berada di balik tirai. Sedari tadi ia ingin menyela perdebatan pengantin baru itu, namun cukup segan dan takut karena 2 anak manusia yang harusnya bermesraan atau sedang saling malu-malu meow malah sama-sama memancarkan aura permusuhan.
Sayangnya ucapan salah satu staf tadi terlambat dan diabaikan oleh telinga Yuki yang terlanjur tersumbat kepulan asap amarah. Yuki tanpa ragu langsung meloloskan gaun dari tubuh indahnya, memamerkan kulit mulus dengan paha terekspos sempurna.
Seperti senjata makan tuan, jakun yang naik turun kesulitan menelan saliva itu tersiksa. Di hadapannya, Yuki hanya mengenakan kemben dengan celana pendek ketat super mini berwarna krem.
Omong kosong dirinya tidak tergoda pada gadis yang tiba-tiba nyaris polos bila hanya dilirik sekilas. Dirinya masih laki-laki normal yang bisa takjub pada keindahan wujud mulus di depan matanya.
‘Nikmati aja terus sampai mata mu copot!! Munafik!!’ Cibir Yuki dalam hati dengan seringai lebar.
“Udah puas lihatnya? Mau yang ini juga?” Ujar Yuki sambil menarik turun kemben yang ia kenakan, membuang rasa malu memperlihatkan belahan dada miliknya.
Uhuk.. Uhuk..
Tindakan berani dan frontal yang Yuki lakukan secara tiba-tiba langsung menampar kesadaran seseorang hingga tersedak saliva nya sendiri. Menepuk pelan dada dan mengusap bagian depan lehernya, mata yang terpejam sebelah dengan kerutan halus di dahi menahan kerongkongan miliknya yang terasa panas dan sakit.
Sontak saja seluruh staf di dalam ruangan itu mengulum senyum menahan tawa geli. Mereka terlalu takut dikatakan lancang bila tertawa, meski sudut bibir semuanya sudah berkedut hebat.
“Perempuan gila!!” Umpatnya nyalang sambil memutar tubuh tanpa sempat menyadari Yuki yang memberi acungan jari tengah dengan mata melotot dan bibir mencebik.
‘SIALAN!! SIALAN!! SIALAN!!’ Umpatan kasar yang hanya tertahan di dalam hati benar-benar meruntuhkan harga diri. Ia tidak pernah menyangka bahwa Yuki akan membalas hinaannya dengan bertindak tidak masuk akal.
Kemeja yang sempat terkancing sempurna dengan kasar kembali terlepas. Hawa panas tiba-tiba menyerang tubuhnya. Bertahan dalam posisi membelakangi yang justru membuatnya berkelana liar, diam-diam ia kembali mengumpat.
“Maaf, Mas belum selesai.” Teriak seorang staf yang bertugas sambil berjalan cepat untuk mengejar, membawa jas yang masih tergantung dan terlindung plastik transparan.
“Udah urus perempuan itu dulu. Bisa gila satu ruangan sama dia.” Mengibaskan tangan dan membuka pintu hanya selebar tubuhnya, ia jelas sadar pada penampilan Yuki yang seharusnya tidak pantas dilihat oleh orang lain.
Sayangnya terlalu fokus mengalihkan pandangan hingga ia tidak menyadari bahwa Yuki sudah selesai berganti gaun, tinggal memoles ulang riasan wajah dan menata rambutnya. Sedangkan Yuki yang sempat dibuat marah hanya tersenyum geli menatap punggung yang menghilang di balik pintu.
“Damn it!! (Sialan!!)” Mengusap kasar wajahnya, ia menopang wajahnya yang tertunduk menggunakan telapak tangan. “Kayaknya dulu dia masih manis walaupun suka merayu. Kenapa sekarang bisa segila itu?”
“Eh, lo kenapa di sini Bang? Pengantin apaan ini acak-acakan? Belum juga malam udah amburadul.”
“Eat **** and die, man!! (Tutup mulut mu!!)” Umpatan teramat kasar kembali terlontar.
“Galak banget sih.”
“F*ck off!! (Pergi sana!!)”
“Chill out Bro..! (Santai Bang..!) Lo itu harusnya bersyukur dapat bini cantik, masih muda lagi.”
“Bersyukur lo bilang!!??” Suara yang tiba-tiba meninggi menggema di lorong yang sepi. “Kalau lo terpaksa nikah sama perempuan yang lo nggak suka, apa lo juga bakal bersyukur?”
“Selama gue yang membuat pernikahan itu terjadi, suka gak suka, gue pasti bersyukur, Bang.” Jawaban enteng membuat sosok yang baru saja bergelar suami itu tertegun.
“Lo nyindir gue?”
“Yups.” Memasukkan kedua tangan ke saku celana, laki-laki tampan itu menyandarkan punggungnya ke dinding.
“Sialan lo Bintang!!”
...****************...
*
*
*
Penasaran siapa laki-laki yang menikahi Yuki?🤔
Tunggu kelanjutannya ya..😎
*
*
(Peringatan promo novel lain terselubung 🤫)
Buat yang udah baca novel Aara Bukan Lara pasti hafal gimana sikap Yuki dan tentunya bisa menerka Hana doyan buat karakter utama (sedikit) bar-bar.🤭
*
Terima kasih sudah menyempatkan waktunya untuk mendukung karya Hana.🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
🏘⃝Aⁿᵘ🦆͜͡ ℛᵉˣℱᵅᵐⁱⳑʸTIK𝐀⃝🥀
Setinggi dan sebaik apa standarmu🤔🤔
2023-01-08
1
🏘⃝Aⁿᵘ🦆͜͡ ℛᵉˣℱᵅᵐⁱⳑʸTIK𝐀⃝🥀
Jangan pernah menilai orang dari sampul nya doang
2023-01-08
1
🏘⃝Aⁿᵘ🦆͜͡ ℛᵉˣℱᵅᵐⁱⳑʸTIK𝐀⃝🥀
Sindir trs aja bang
2023-01-07
1