Backstreet (Lila)

"Selamat siang Tuan."

Dheni atasan Qiran membungkuk menyambut kedatangan pelanggan tampan, pelanggan yang tidak lain adalah Bian Anggara.

Pria tampan itu berdiri tegak dengan ciri khas kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celana "Qiran, saya mau bertemu dengan Qiran." ucapnya dengan suara berat yang terdengar macho.

"Qiran?" Dheni berdiam diri sejenak matanya menyisir seluruh tubuh Bian dari atas hingga bawah, agaknya penampilan laki-laki itu terlalu mahal jika dikatakan sebagai keluarga Qiran yang hanya anak panti asuhan itu.

"Tapi maaf Tuan, kalau boleh tahu, ada perlu apa Tuan mencari pelayan kami?" tanyanya penasaran.

"Panggil saja, suruh dia ke sini!" Bian berujar seraya membuka dompet dan mengambil beberapa lembar uang kemudian meletakkan nya di atas meja, tentu saja Dheni cepat tahu maksud dari pria tampan itu, itu berarti Bian memberinya tips jika segera memanggil kan Qiran.

"B-baik Tuan, saya panggil." ucapnya tersenyum girang, lalu pergi ke arah kiri menuju bagian belakang bangunan tersebut, tentunya setelah mengambil tips dari Bian terlebih dahulu.

Bian menggeleng "Bukan cewek saja yang matre, ternyata bapak bapak juga matre." gumamnya sinis.

Bian pun duduk di kursi pelanggan menunggu gadis mungil yang selama dua Minggu ini merasuki pikiran nya. Tak lama kemudian suara langkah kaki terdengar mendekat.

"Permisi? apa Anda mencari saya?"

Bian tersenyum mendengar suara dari belakang tubuhnya yang terdengar sangat imut, padahal sebelumnya Bian hanya mendengar suara itu saat cempreng saja.

Bian pun beranjak dari duduknya kemudian membalikkan tubuhnya menghadap ke arah gadis itu, gadis yang saat ini membulatkan matanya dan menganga kan mulutnya lebar.

"Siang, Qirani Virginia." ucap Bian tersenyum sangat manis.

"Om?! Om bukannya yang mengintai ku selama ini kan hah? apa kau benar-benar mau menculik ku?" tukas Qiran sambil menunjuk wajah Bian dengan alis yang hampir menyatu.

"Ti........dak!" Bian menggeleng.

"Lalu? kenapa Om menyusul ku sampai ke sini hah? kau sangat menakutkan!" sambung Qiran berkerut kening "Tunggu tunggu, kau bahkan mengenal nama lengkap ku?"

Bian membungkukkan tubuhnya mensejajarkan wajah mereka "Tidak perlu banyak curiga Qiran, siapa yang tidak mengenal mu hm? Kau tahu. Aku ke sini mau menawarkan pekerjaan yang bagus untuk mu." timpalnya dengan bola mata yang bergerak ke kanan dan kiri menyisir setiap lekuk wajah gadis itu.

"Kerja? kerja apa?" tanya Qiran yang tiba-tiba muncul rasa penasaran.

"Menjadi asisten pribadi ku, dengan gaji yang tinggi, kamu bisa request berapapun gaji yang kau mau, hanya cukup dengan bilang setuju!" jelas Bian.

Dan penuturan itu membuat gadis mungil itu tergiur "A-apa? Apa Om s-serius?" tanyanya memastikan, dan Bian manggut-manggut sambil mencebik kan bibirnya.

Qiran tersenyum sembari menaikkan pupil matanya ke atas, berpikir, alangkah senangnya jika punya pekerjaan yang bergengsi dengan gaji yang tinggi "Apa boleh aku meminta gaji ku tiga juta?" tanyanya.

"Sepuluh kali lipat dari itu!" jawab lugas Bian yang membuat gadis mungil itu melotot sambil menganga.

"What?! sepuluh kali lipat Om?!" sentak nya.

"Tunggu sebentar, sepuluh kali lipat dari tiga juta? berarti......??????" Qiran berujar dengan pupil mata yang naik ke atas sambil menghitung jemarinya "Tiga puluh juta Om?!" sentak nya yang tiba-tiba menatap wajah Bian.

Membuat Bian menahan tawa kecilnya saat melihat ekspresi wajah Qiran "Gimana? mau tidak?" tawar Bian mengulang.

"A-aku......." sahut Qiran sambil menyatukan kedua ujung jari telunjuk nya, bingung, tapi tiba-tiba saja pikiran negatif melintas di otaknya.

"Bagaimana bisa orang menggaji lulusan SMP sebanyak itu? ini mencurigakan!"

"Tidak!" sentak Qiran tiba-tiba.

"Kenapa?"

"Kau pasti mau menjual ku iyakan Om? makanya kau mengiming-imingi ku duit yang banyak, biar aku tergiur, kau kira aku bocah kecil apa? tidak! aku tidak mau!" tolak Qiran berpaling sambil bersedekap, meski sedang menuduh dan curiga Qiran masih menunjukkan sikap menggemaskan.

"Aku bukan penculik Qiran! Dan berhenti memanggilku Om!" pekik Bian, kemudian pria itu menegakkan tubuhnya meraih kartu nama dari dompetnya "Ini, ini kartu nama ku! jika berubah pikiran, hubungi aku kapan pun kamu mau, oke!" ucapnya.

Tapi Qiran masih melongo tak merespon, bingung yang gadis itu rasakan, kemudian Bian meraih tangan mulus gadis itu dan memaksanya menerima kartu nama darinya.

"Simpan ini. Sekarang Mas pergi dulu, oke!" pungkasnya tersenyum, kemudian melangkah pergi, dan secepat itu berlalu dari pandangan Qiran yang masih diam menatap berlalunya pria itu.

Sejak saat itu Qirani Virginia mulai memikirkan tawaran kerja dari pria yang namanya saja belum ia hapalkan, karena meskipun sudah mengantongi kartu nama pria itu, Qiran tak sekejap pun membacanya, bahkan sampai detik ini, entah dimana kartu nama itu Qiran selipkan. Lupa!

Dan sejak saat itu pula Bian terus menerus mendatangi nya, di SPBU, restoran, hingga di laundry kiloan tempat dirinya bekerja, meskipun terus menerus pula Qiran mengusir, sebab sesungguhnya, Qiran tidak pernah merasa tertarik pada Om Om meskipun sebenarnya Qiran mengakui ketampanan seorang Bian Anggara.

...----------------...

Satu hari sebelum peristiwa naas yang menimpa Qiran terjadi. Di sebuah meja makan panjang, di kediaman keluarga Bian Anggara, rumah dengan tipe klasik kolonial, empat orang tengah menikmati ritual sarapan pagi bersama.

Seperti biasa keempatnya bercakap cakap di meja makan sebelum kemudian melakukan aktivitas harinya masing-masing, Bian ke kantor, Hilman sang ayah ke rumah cucu kembar sepasang dari anak keduanya yaitu Molly, Siska sang ibu pergi arisan, dan Lila adik gadis nya bermain main, berbelanja, menghamburkan uang.

"Oya Bian, Papi lupa menyampaikan, jadi kemarin Papi mendapat undangan dari Pram, kita semua di undang ke sana." ucap Hilman membuka obrolan.

"Undangan?" tanya Bian menoleh pada Hilman menghiraukan laki-laki itu, sedang Siska dan Lila hanya menyimak percakapan keduanya.

"Iyah, undangan acara peresmian direktur utama yang akan di sandang oleh Rizal." jelas Hilman kemudian.

"Uhuk-Uhuk!" Lila tersedak mendengar ucapan sang ayah.

Membuat Bian melirik ke arah gadis itu "Hati-hati, ini, minum." ucapnya seraya menyodorkan satu gelas air putih pada sang adik. Lila pun meneguk air dari tangan kakaknya, kemudian mengelap bibirnya dengan tissue, dan mulai menyimak kembali percakapan kakak dan ayahnya.

"Jadi, si playboy itu, mau jadi direktur utama Pi?" lanjut Bian "Lalu bagaimana dengan anak pertama Om Pram?" tanya Bian lagi.

"Siapa Reno?" tanya balik Hilman memastikan dan Bian mengangguk sambil meneguk air putihnya.

"Reno itu seniman, dia tidak tertarik di perusahaan seperti itu, dia laki-laki bebas, jadi dengan sukarela Reno menyuruh adiknya menggantikan posisi Pram." terang Hilman lagi.

"Oh."

Sementara di kursinya Lila mulai meraih ponsel yang ia letakkan di sebelah piring miliknya, terlihat gadis itu mengetik pesan teks yang agaknya rahasia, sebab sebisa mungkin Lila berekspresi tak di curigai oleh keluarga nya.

📤"Pagi Zal." tulisnya dan langsungbia kirim ke nomor kekasihnya yang kebetulan langsung di read si penerima.

📥"Pagi sayang, cantik, tumben pagi-pagi kamu mengingatku?" balasan dari Syahrizal Bramantyo, kekasih diam-diam nya.

📤"Aku mau bertanya, apa benar, kamu akan di resmikan sebagai direktur utama?"

📥"Jadi kamu sudah tahu?"

📤"Papi yang bilang tadi, kamu kenapa tidak pernah memberi tahu ku?"

📥"Surprise sayang."

Senyum di bibir Lila mengembang, membaca balasan dari kekasihnya, kekasih yang selama ini Lila sembunyikan dari keluarganya, yah, sebenarnya alasan Lila menyembunyikan hubungannya itu, karena takut, Bian akan marah besar. Sebab menurut Bian, Syahrizal Bramantyo tidak lebih dari seorang playboy.

"Kamu kenapa Lila? senyum senyum sendiri begitu?" tanya Siska mengintip layar ponsel milik putrinya. Dan gadis itu sengaja menyembunyikan ponsel itu cepat cepat sambil tersenyum, berusaha tidak di curigai.

"Tidak apa-apa Mi, Lila cuma baca pesan dari temen saja, dia mengajakku belanja siang ini." kilah gadis itu yang agaknya di percayai oleh seluruh anggota keluarganya.

...----------------...

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Suliati

Suliati

aQkpppp0ppql

2022-11-05

0

Nindira

Nindira

Semua orang suka duit Bara, pantas aja Dheni langsung comot tuh! duitnya...

Keknya visual Qirani gemoy ya,,,

Apa lila gak tahu pacarnya itu casanova?

2022-01-16

0

Ria Diana Santi

Ria Diana Santi

Heh?! Ganti lagi judulnya, Kak?!🤣🤣🤦🏻‍♀️
Nggak konsisten ya, Kak?

Lila, hati-hati! Sebab, jika Bian tahu dia akan marah besar, tuh!

Kakak cari cover di mana sih Kak?! Bagus banget gitu!🙄🙄

2021-09-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!