"Aahh"
Satu lenguhan panjang lolos dari bibir ku, saat ku rasakan sesuatu yang menggila di tubuh inti ku.
Dia tidak mengatakan apa-apa, hanya sentuhan sentuhan saja yang terus dia berikan padaku, di ruangan ini, hanya ada suara cecapan bibirnya saja, yang bisa ku dengar dengan sangat jelas "Tolong hentikan, jangan lakukan ini padaku, siapapun kamu, tolong ampuni aku, hiks hiks." racau ku yang terus menitihkan air mata ketakutan ku.
Sesekali aku menggelinjang hebat, saat sudah tidak tahan dengan rasa yang menakutkan ini "Apa salah ku padamu? kenapa kau menghukum ku begini? tolong jangan lakukan ini, ku mohon.!" bujuk ku yang tak sedikitpun mendapat respon.
"Aaaaaaaaaaa" teriak ku saat ku rasakan sesuatu yang merobek segel berharga milik ku "Tidak, jangan, jangan lakukan ini ku mohon.!" pintaku memohon tapi sia-sia.
Sekitar sepuluh menit dia melenguh menikmati aktivitas haram nya, sebelum kemudian "Aaaagghhh ssh kau benar benar luar biasa cantik" bisik nya pelan tapi aku masih bisa mendengar nya.
Kemudian dia menghentikan aksinya, aku meremang, ada sesuatu yang ia tinggalkan di tubuh inti ku, aku sudah tidak bisa berteriak, dan lagi pun hanya akan sia-sia saja, dia justru semakin gencar saat aku berteriak menolak.
"Hiks hiks" aku hanya bisa menangis lirih dan kurasakan alas yang ku tempati bergoyang, sepertinya orang itu turun dari tempat ini.
Tak lama kemudian suara kericikan air terdengar "Apa dia mandi setelah menodai ku? bajingan." batin ku.
Setelah suara kericikan itu, aku mendengar suara langkah kaki yang mendekat kemudian suara dentingan kepala gesper yang mungkin di pakai kembali "Siapa pun kamu, tolong lepaskan aku, aku mohon." lirihku terisak.
BRAK....
Suara itu terdengar sangat keras, seperti pintu yang di tendang "Bangsat.!!" suara laki-laki yang kudengar menggema di ruangan ini.
"Siapa dia? ada apa sebenarnya di sini?"
Lalu suara gaduh dari beberapa kaki besar yang menghentak tak beraturan juga menyusul.
"Apa yang terjadi? seseorang tolong aku!" lirihku yang mungkin akan mati, jika tubuhku sudah tidak orang itu inginkan lagi.
BRAK....
Aku mendengar lagi suara keras itu lalu hening, tak terdengar suara apa pun lagi, selain suara isakan tangis ku sendiri.
"Bahkan mungkin, aku akan lebih dulu mati sebelum bertemu dengan ibu dan ayah ku."
Tap Tap Tap....
Tak lama kemudian derap langkah kaki besar terdengar mendekat, aku menggeser tubuh ku, menepi, aku tidak mau dia menyentuh ku lagi, aku takut.
Dan kali ini kurasakan selimut yang menutupi seluruh tubuh polos ku, mungkin saja orang itu kasihan dengan ku yang mulai kedinginan "Hiks hiks, ku mohon lepas." ucap ku lirih.
Dan sepertinya dia mengabulkan nya, aku merasakan sentuhan lembut di tangan ku dan kakiku melepaskan ikatan yang membelenggu ku, mungkin aku sudah tidak lagi dia butuhkan, apa pun itu aku harap dia membiarkan ku pergi.
"Hiks hiks hiks." Isak ku.
Kubuka kain yang menutupi mataku saat sudah tidak lagi terbelenggu "Om?!" sentak ku terperanjat.
"Qiran." sahut laki-laki itu dengan wajah sesalnya. Kulihat ia memberikan jas miliknya dan menutup kan nya pada ku.
"Jadi kau hah?" teriak ku menampik tangannya.
"Setelah merenggut kesucian ku, kau memberi ku jas mu?!" emosi ku sudah tidak bisa di bendung lagi, rasa lemas ku bahkan sudah tak ku hiraukan.
"Kenapa kau tega melakukan nya padaku? aku masih anak-anak, apa kau tidak melihatnya?" pekik ku berteriak sejadi-jadinya.
"Maafkan aku." ucapnya terdengar menyesal.
"Hiks hiks, tega kamu Om!" Isak ku lirih sesekali meraung sekedar melepaskan kekesalan ku.
"Sekarang pakai lah bajumu, aku yang akan mengantar mu pulang." titahnya.
"Tidak perlu mengantar ku! aku tidak mau berurusan lagi dengan mu!" tolak ku dan ku raih satu persatu pakaian ku yang tercecer di lantai.
Tapi saat dia melihat tubuh polos ku dia malah memalingkan pandangannya dari ku.
"Hekm, setelah puas lalu dengan begitu cepat nya jijik melihat ku, padahal tadi dia terlihat menikmati ku." batinku.
Ku pakai satu persatu pakaian ku, sesekali meringis menahan rasa sakit di tubuh inti ku, rasanya sangat nyeri, seperti bengkak meradang di sekitaran sana.
Kulihat bercak darah berwarna terang tercecer di sprei putih itu, ya Tuhan, itu darah kepera.wanan ku, yang di renggut oleh Om bajingan ini "Hiks" Isak ku memejamkan mata sejenak.
Tanpa menoleh lagi padanya, ku langkahkan kakiku menuju pintu, bermaksud keluar dari tempat terkutuk ini.
"Tunggu Qiran." pekiknya menarik lengan ku dan ku tepis kuat kuat "Jangan sentuh aku!" tolak ku sangat keras. Mataku melotot menatap wajah tampan nya yang masih menunjukkan penyesalan.
"Sudah ku bilang, aku tidak mau berurusan lagi dengan mu!" pekik ku menunjuk wajah nya geram.
"Tapi, berbahaya jika aku biarkan kamu sendiri Qiran."
"Cih...." decih ku "Kau lebih berbahaya dari pada siapapun Om! kau lebih buruk dari monster!" hardik ku padanya.
Kemudian aku kembali melanjutkan langkah, meski masih sedikit meringis karena rasa sakit di tubuh inti ku ini, aku benar-benar hilang harapan, kesucian yang ku pertahankan selama enam belas tahun ini, di renggut oleh laki-laki tampan berhati iblis.
Tapi saat baru melewati pintu, aku membelalakkan mataku terkejut, yah Om bajingan ini menggendong tubuh kecil ku tampa izin dari ku.
"Lepaskan aku! turunkan aku! jangan sentuh aku!" racau ku meronta, memukuli dadanya tapi rontaan ku tak berarti oleh tubuh tinggi kekar nya, bahkan saat ku gigit dadanya dia tetap tidak melepaskan ku, dengan mudahnya dia membawaku menaiki lift. Di saksikan oleh banyak orang, diantaranya karyawan hotel dan beberapa pengawal yang terus mengikuti Om bajingan ini.
"Hiks hiks" tangis ku pasrah. Setidaknya mungkin di keramaian seperti ini laki-laki ini takkan menggauli ku.
Tiba di lantai lower ground, pintu lift terbuka, dan aku masih pasrah berdiam diri di gendongan laki-laki bejat ini, entah mau di bawa kemana, dan apa yang akan terjadi pada ku nanti, aku hanya harus menerima kenyataan, lagi pula jika sampai aku mati pun, di dunia ini tidak akan ada yang menangisi ku.
Brugh.....
Setelah mendudukkan ku di jok mobilnya laki-laki itu memasuki pintu lainnya dan duduk di jok sebelah ku.
"Jalan Pak!" titah pria itu pada Pak sopir.
"Baik Tuan Bian." sahut Pak sopir.
"Jadi nama bajingan ini Bian?" batinku.
Kemudian dengan perlahan mobil mewah yang ku tumpangi ini bergerak menembus jalanan perkotaan di malam hari, di belakang mobil mewah ini, beberapa mobil juga mengiringi, sepertinya itu mobil pengawal Om bejat ini.
Sedang aku masih memalingkan wajah ku ke jendela, meratapi nasib sial yang sedari kecil melekat di hidup ku.
"Jangan lagi menangis, jangan membuat ku semakin merasa bersalah." ucapnya yang terus menerus meraih tangan ku tapi terus menerus pula ku tepis. Dia benar-benar monster yang tidak berperasaan, setega itu merusak gadis kecil seperti ku.
Qirani Virginia POV end
...----------------...
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Yani Cuhayanih
Qiran di culik oleh mafia..
2023-09-11
0
Supi
mampir
2022-12-28
0
Nindira
Ah! Aku yakin itu bukan Bian iya kan thor?
Tapi kalau bukan Bian siapa sibedebah itu?
2022-01-15
0