" Ceraikan aku, Mas ! "
" Apa ? Tidak, aku tidak akan pernah menceraikan kamu. Apa kamu tahu, hanya kamu satu-satunya wanita yang ada di hatiku " Yuda menolak keras permintaan Aira
" Lalu mengapa kau hadirkan dia dalam kehidupan kita Mas..." sanggah Aira.
" Itu... itu hanya kecelakaan. Mas tidak pernah berpikir untuk menduakan kamu " Yuda berusaha meraih tubuh Aira.
Aira menghindar, namun Yuda berhasil merangkulnya ke dalam dekapannya.
" Aira... Biarkan Mas menjelaskan semuanya dulu... Semua tidak seperti yang kamu pikirkan " ucap Yuda mengeratkan pelukannya.
Tak lama ia memberanikan dirinya untuk mengecup bibir Aira. Hingga akhirnya kecupan itu berakhir dengan c****n panas yang dilakukan mereka berdua. Aira tak kuasa menolak Yuda, bagaimana pun ia masih sangat mencintai suaminya.
Yuda melepaskan ciumannya saat Aira memukul dadanya karena kehabisan nafas. Aira bergerak menjauhi Yuda, namun Yuda kembali meraihnya dan membawanya ke dalam kamar tamu yang ditempati Bayu yang tengah tertidur.
Yuda terus mencumbui Aira, ibarat seseorang yang kehausan dan baru menemukan mata air. Yuda melepaskan hasratnya yang begitu menggebu merindukan istri tercinta. Siang itu menjadi siang yang panas untuk mereka berdua.
" Maafkan, Mas Aira... Mas sangat mencintai kamu " ucap Yuda sambil mengecup pucuk kepala Aira yang terbaring lemas di sampingnya.
Aira tak mengucapkan apapun. Ia begitu kewalahan dengan perbuatan Yuda hingga begitu lemas bahkan untuk menyahuti Yuda saja ia tak kuasa.
Yuda memeluk Aira dan menghadapkan wajah sang istri agar melihat ke arahnya. Hingga akhirnya kedua manik mata milik mereka bertemu.
" Mas bisa mengerti, jika kamu marah. Mas tahu kalau Mas salah. Tapi, Mas benar-benar mencintai kamu " ucap Yuda tulus menatap Aira dengan lembut.
Aira hanya menatap mata suaminya, melihat dengan seksama. Mencoba mencari tahu jika ada kebohongan dalam tatapan Yuda. Tapi ia tak menemukannya. Sepertinya Yuda berkata jujur.
" Lalu bagaimana kamu bisa menikahinya ? " tanya Aira dengan suara berat sambil membelai wajah Yuda.
Yuda menghela nafas, kemudian ia menceritakan semuanya pada Aira.
" Itu berawal saat Mas dinas luar ke Bali sebulan yang lalu. Pada hari terakhir, kolega Mas mengajak untuk minum-minum "
" Mas mabuk ? Bukankah Mas tidak pernah menyentuh minuman keras ? " tanya Aira heran.
Yuda memeluk Aira.
" Itulah kesalahan Mas... Karena merasa tidak enak, mereka merupakan klien penting perusahaan jadi Mas ikut minum sedikit. Rupanya memang benar jika minuman keras itu haram dalam agama kita. Mas, akhirnya mabuk " jelas Yuda.
" Lalu bagaimana ? " tanya Aira yang kini sudah bangun dan meraih pakaian yang ada di lantai.
" Mas masih bisa pulang ke hotel dan masuk ke kamar sendiri. Tapi ternyata kamar tak terkunci hingga saat Mas berbaring, seseorang masuk ke kamar Mas dan ikut berbaring di samping Mas. Karena mabuk, mas pikir itu kamu Aira... Dan ia pun tak menolak saat kami melakukannya. Rupanya ia dijebak dan dalam pengaruh obat perangsang " tutur Yuda.
Aira kini beranjak dari ranjang, namun Yuda menahannya dan membuat Aira terduduk di tepi ranjang. Aira menghela nafas panjang.
" Sungguh, malam itu Mas pikir dia adalah kamu... Maafkan Mas, karena kebodohan Mas... "
" Sudahlah, Mas... Kita tidak bisa menyalahkan sesuatu yang telah terjadi " potong Aira lemah.
" Kamu memaafkan, Mas ? Mas akan menceraikannya. Lagipula dia tak pernah menginginkan pernikahan ini terjadi " ucap Yuda kemudian.
" Apa maksud Mas ? " tanya Aira membelalakkan matanya mendengar ucapan Yuda.
" Pada saat tersadar, dia sebenarnya akan meninggalkan Mas. Dia tidak menyalahkan Mas atas apa yang terjadi karena ia tahu itu tak sepenuhnya kesalahan Mas. Tapi, bukankah Mas harus bertanggung jawab atas perbuatan yang telah Mas lakukan ? Walaupun Mas tak sadar, karena itu Mas akhirnya menikahinya secara siri. Bagaimanapun juga, aku sudah merenggut kehormatannya sebagai seorang wanita " tutur Yuda penuh penyesalan.
" Mas akan menceraikannya, dan kita akan kembali menjadi keluarga yang utuh. Kamu setuju kan ? " tanya Yuda penuh harapan, ia melingkarkan tangannya ke pinggang Aira yang kini tengah duduk di tepi ranjang. Aira menghembus kasar nafasnya.
" Mas pikir pernikahan itu permainan ? Mas bisa menikah lalu tak lama kemudian bercerai ? Mas mengorbankan perasaan seorang wanita hanya untuk wanita lainnya " ucap Aira lirih.
" Lalu apa yang kamu mau ? Mas tidak pernah berpikir untuk menceraikan kamu. Tidak akan pernah. Lagipula Mas tidak mencintainya. Pernikahan yang terjadi ini hanya bentuk tanggung jawab saja. Kami hanya melakukannya saat itu saja " sahut Yuda
" Apa kamu tahu, sangat berat untukku mengambil keputusan itu karena Mas tahu, kamulah yang paling terluka akan hal ini... " Yuda bangkit dari ranjang, mencium Bayu yang amat lelap dalam tidurnya bahkan tak terganggu dengan kegiatan yang ia dan Aira lakukan. Kemudian mengecup pucuk kepala Aira.
" Kita selesaikan masalah ini sekarang juga. Aku akan menemuinya dan mengakhiri semua " Yuda meraih pakaiannya, kemudian berjalan menuju kamar mandi.
Sesaat Aira merasa bimbang. Ia memang sangat mencintai Yuda tapi ia tak menampik jika ia masih tak bisa menerima kesalahan Yuda meskipun itu bukanlah suatu kesengajaan.
Aira hanya memandangi Yuda, yang telah masuk ke dalam kamar mandi.
" Mama... " suara Bayu mengalihkan perhatian Aira.
Bocah tampan itu telah membuka mata dan mengerjap-ngerjapkannya. Aira menciumi anak semata wayangnya itu dengan penuh kasih sayang. Tak lama Yuda keluar dari kamar mandi. Ia begitu bahagia melihat istri dan anak tercintanya ada di hadapannya. Baginya hanya inilah kebahagiaan sebenarnya.
" Papa... " pekik Bayu saat melihat Yuda. Segera ia turun dari ranjang dan berlari menuju Yuda. Dengan sigap, Yuda menggendong anak kesayangannya itu.
" Papa kangen sama Bayu " ucap Yuda sambil menciumi Bayu. Bayu hanya tertawa saat Yuda menciuminya. Aira bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, sementara Yuda bermain dengan Bayu.
Aira telah bersiap. Ia merapikan barang-barang miliknya dan Bayu ke dalam koper. Ia sudah mengambil keputusan untuk kembali bersama Yuda. Baginya, mungkin inilah keputusan yang paling baik saat ini.
Aira telah menghubungi Sarah dan memberitahukan bahwa ia akan pulang bersama dengan Yuda. Sarah menyambut baik keputusan apapun yang diambil oleh Aira. Bagi Sarah, kebahagiaan sahabatnya itu yang paling utama. Ia selalu mendukung apapun yang Aira lakukan dan selalu berharap yang terbaik untuk sahabatnya itu.
Yuda, Aira dan Bayu kini telah ada di dalam mobil. Mereka bertiga dalam perjalanan pulang menuju kediaman mereka. Tempat dimulainya perjalanan kisah manis mereka dan mungkin kisah pahit saat ini.
Yuda menghentikan laju mobilnya saat telah memasuki pekarangan rumah. Yuda keluar dari mobil lalu membukakan pintu mobil untuk Aira. Aira belum beranjak dari dalam mobil, rasanya begitu berat baginya untuk masuk ke dalam rumah. Terlebih lagi saat ia melihat wanita itu berdiri di depan pintu menyambut mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments