Aira membenamkan kepala di bantal, ia menumpahkan air mata yang terus menerus keluar dari matanya. Aira tak pernah mengira bahwa suami yang sangat dicintainya bisa begitu tega melakukan ini semua kepadanya. Rasa sakit yang harus dideranya kini bak ditusuk belati yang terus-menerus menghujam di dadanya.
" Kamu tega mas... Kamu jahat... ! " lirih Aira yang tenggelam dalam kepedihan yang dalam.
Ingatan tentang masa lalu, saat sang ayah meninggalkan ia dan ibunya kembali terngiang. Tentu saja ia tidak akan pernah lupa, siang itu saat ia pulang dari sekolah, ia menemukan sang ayah bersama dengan seorang wanita datang ke rumah dan menyatakan bahwa itu adalah istri barunya. Ibunya dengan lapang dada menerima wanita itu untuk menjadi madunya, walaupun perih dan getir tapi sang ibu berusaha menerima takdirnya demi Aira.
Perlakuan yang diterima sang ibu dari madunya ternyata tak sebaik yang dilakukan oleh ibunya. Madunya begitu tak tahu malu, meminta segala sesuatu yang merupakan hak dari Aira dan ibunya termasuk memonopoli sang ayah. Hingga akhirnya Aira dan ibunya diusir dari rumah. Beruntung nenek Aira menerima mereka kembali. Sang nenek berusaha menguatkan ibunda Aira agar tetap berjuang demi Aira.
Aira tak ingin apa yang menimpa ibunya dulu juga menimpanya. Pikiran-pikiran buruk berputar-putar di benaknya. Aira tak ingin menjadi yang terusir tapi ia pun tak punya keinginan untuk mengusir wanita suaminya itu. Bagaimanapun sakitnya, tapi ia masih punya hati agar tak bersikap buruk.
Aira menghapus air mata dari mata indahnya yang kini sembab. Aira bangkit dari ranjangnya berjalan menuju lemari besar yang ada di kamarnya. Ia mengeluarkan pakaian dan surat berharga miliknya dari dalam lemari kemudian mengemasi ke dalam koper. Tak lama, ia menuju kamar Bayu yang terletak di sebelahnya dengan masuk melalui pintu yang terhubung dengan kamarnya.
Dipandanginya wajah polos Bayu yang sedang terlelap. Aira menghapus air mata yang mulai menetes kembali membasahi pipinya.
" Maafkan mama, nak... Kita harus berpisah dengan papa " lirih Aira sambil mengelus kepala Bayu.
Aira mengambil pakaian Bayu dan beberapa perlengkapannya, kemudian memasukkan ke dalam koper bersama pakaian miliknya. Aira meraih Bayu ke dalam gendongannya. Bocah tampan itu menggeliat namun tak membuka matanya. Aira mencoba menenangkan Bayu agar tak terjaga. Bocah itu kembali tertidur dalam gendongan Aira.
Aira membuka ponsel kemudian memesan taksi online. Tak lama berselang, terdengar deru mesin mobil berhenti di depan rumah. Aira bergegas keluar dari kamar dengan menggendong Bayu dan menarik kopernya. Dilihatnya Yuda yang tertidur di sofa, kondisinya nampak kusut dan berantakan. Aira ingin menyentuh kepala suaminya itu, namun tangannya terhenti saat ia teringat pengakuan Yuda tadi. Tangan Aira mengepal kemudian ia berlalu meninggalkan Yuda.
Aira memasukkan koper ke dalam taksi pesanannya. Pada saat ia akan masuk ke dalam mobil, sebuah tangan menghalangi membuat Aira berbalik. Aira terkejut karena Yuda kini ada di hadapannya.
" Kamu mau kemana ? " tanya Yuda lirih.
" Bukan urusan, mas " jawab Aira dingin.
" Kamu istri mas, jadi apapun yang kamu lakukan itu urusan mas " ucap Yuda menegaskan.
" Sejak mas bawa perempuan itu masuk ke dalam rumah kita, berarti mas sudah siap mengeluarkan aku dari rumah ini " sahut Aira sinis.
Yuda menarik tangan Aira, mencegah agar sang istri tidak sampai masuk ke dalam mobil yang dipesan.
" Lepas, mas ! " titah Aira sambil berusaha melepas pegangan tangan Yuda.
" Biar aku yang antar kamu. Kamu mau kemana ? " tanya Yuda.
" Pak, biar saya yang antar istri dan anak saya. Ini bapak terima uangnya sebagai ganti ongkos " seru Yuda pada supir taksi sambil memberikan dua lembar uang seratus ribu.
" Cukup mas... Aku gak perlu kamu antar. Cukup kamu lepaskan aku dan Bayu. Aku tidak akan menuntut apa-apa dari kamu " ucap Aira sambil masuk ke dalam taksi.
Yuda tak menyerah, ia menahan agar pintu taksi tak bisa ditutup dengan tangannya.
" Jadi setelah kebersamaan kita selama 8 tahun, yang kamu inginkan perpisahan ? Lalu kamu anggap apa hubungan kita selama ini " tanya Yuda mencoba menahan Aira.
Aira tersenyum kecut, menahan getir yang ada di hatinya.
" Kebersamaan kita selama ini, adalah waktu terindah yang diberikan Tuhan, mas. Jangan kamu mempertanyakan lagi bagaimana perasaanku dalam hubungan ini. Tapi semua itu tak ada artinya lagi, mas. Kamu yang membangun dan kamu juga yang menghancurkannya. Seharusnya aku yang bertanya, mas... Sebenarnya mas anggap apa hubungan kita ? Seberapa besar rasa cinta yang mas miliki ? Sampai-sampai... " Aira tak meneruskan ucapannya. Hatinya begitu perih hingga suaranya terdengar tercekat menahan tangis dan amarah.
Ucapan Aira seolah membungkam Yuda, ia merasa tertampar dengan penuturan sang istri. Ia tidak tahu lagi bagaimana cara menahan istri tercintanya agar tidak meninggalkannya.
" Jalan, pak ! " seru Aira pada supir taksi itu.
Aira menutup pintu dan jendela mobil, kemudian mobilpun segera melaju. Aira tak kuasa lagi menahan air matanya. Butiran hangat itu kembali mengaliri pipinya. Aira memeluk Bayu dengan erat. Saat ini hanya Bayu yang bisa menguatkannya.
Yuda terdiam sesaat, kemudian ia menyadari jika Aira telah berlalu. Yuda berlari masuk ke dalam rumah kemudian meraih kunci mobilnya. Ia bertekad akan mengejar Aira dan membawanya kembali.
" Mas mau kemana ? " suara seorang wanita membuat langkah Yuda terhenti.
" Kamu istirahatlah dulu, aku ada urusan penting " ucapnya datar tanpa menoleh kemudian keluar dari rumah dan bergegas menyalakan mesin mobilnya.
Wanita itu melihat kepergian Yuda dari balik jendela dengan tatapan sendu.
" Maafkan aku, mas... Karena aku, hubungan kalian jadi seperti ini " gumamnya lirih. Tanpa terasa air mata meleleh, membasahi pipinya.
Yuda melajukan kendaraannya dengan sangat kencang. Ia tak mau kehilangan jejak istri dan anak tercintanya. Sayangnya, ia tak menemukan taksi yang tadi membawa orang yang paling dicintainya. Meskipun sudah larut malam, namun jalanan masih tetap ramai sehingga menyulitkannya untuk menemukan kendaraan tadi.
Yuda menarik rambutnya kasar, terkadang ia memukul stir mobil. Ia merasa frustasi tak tahu harus mencari kemana istri dan anaknya itu.
" Aira... jangan tinggalkan aku... Aku tak bisa hidup tanpamu " gumamnya di sepanjang jalan.
Satu tujuan yang ada di pikiran Yuda, yaitu rumah sang mertua. Ya, mungkin saja Aira kembali ke rumah sang ibu. Yuda memutar laju kendaraannya memasuki area tol, butuh waktu sekitar 30 menit untuknya agar sampai di rumah mertua yang dihormatinya.
" Tunggu aku, Aira... Aku akan membawamu kembali. Aku tak akan menyerah. Aku akan meninggalkannya untukmu, untuk kebahagiaan kita " Yuda bergumam sambil melajukan mobilnya.
Yuda sampai di depan sebuah rumah dengan halaman yang luas. Ia mengurungkan niatnya untuk masuk dan mengetuk pintu rumah mertuanya, mengingat ini sudah sangat larut. Ditambah lagi, ia bisa melihat kamar yang selalu ditempati istrinya itu gelap tanpa ada penerangan. Bisa ia pastikan jika Aira tidak pulang ke rumah sang ibu.
Yuda meremas kasar rambutnya, ia menyandarkan keningnya di atas kemudi mobil.
" Kamu pergi kemana Aira ? Kalau tidak disini, aku harus mencari kemana " lirih Yuda.
Yuda menutup matanya, mencoba berpikir keras kemana perginya istri dan anak tercintanya. Hingga akhirnya ia menemukan jawaban dari pertanyaannya.
Yuda kembali menyalakan mesin mobilnya dan segera berlalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
inayah machmud
rasain km yuda di tinggalkan sm aira...
katanya cinta sama aira tapi kok bisa tidur sm perempuan lain dan menikahi wanita lain...
2022-09-29
1