Pagi hari yang cerah, Feron membuka matanya perlahan. Mengucek sedikit kemudian duduk dan bengong sambil menguap lebar, merotasikan pandangannya kesamping dan-
"Hwaaaa!!"
Feron terkejut dengan tidak elitnya melupakan tangan kanan yang masih dalam tahap penyembuhan malah digunakan untuk membogem pelaku pengejutan tersebut.
Krak!
"Huwaaaaaaaa~!!!!"
“Hari yang damai” Adiniata meminum perlahan tehnya di meja makan diiringi oleh seriosa dari kamar sang adik.
.... ...
.... ...
...05...
...Walasku yang merepotkan PT. 2...
.... ...
.... ...
Di meja makan feron hanya bisa menatap makanannya dalam diam.
Bunda Neti melirik "Loh kenapa ron? Gak suka nasi lagi ya?" Tanya bunda Neti memperhatikan Feron yang hanya memandang makanannya dalam diam.
Feron memandang Neti "Bukan itu" Jawab Feron cemberut.
“Trus? (Neti teringat sesuatu) Ooo~ bilang dong Ron” Bunda Neti beranjak dari meja makan, berjalan ke dapur kemudian kembali lagi dengan kantung belanjaan, mengambil piring Feron yang masih belum disentuh kemudian menaburkan kembang kantil kedalamnya.
“Nah, bilang dong kalau kamu seperti tetangga bunda dikampung yang suka makan dan nyemilin kembang kantil” Bunda Neti menaruh makanan bercampur kembang kantil kehadapan Feron yang malah menatap aneh.
“Gak gitu juga bundaaaa!” Seru Feron frustasi.
Sementara Adiniata yang duduk disamping Feron malah bersusah payah menahan tawanya.
“Pffftt… gak taunya si Feron suka kembang kantil ya bwahahahahaha” Suara Adiniata tertawa keras, ia sudah tak sanggup untuk menahan rasa geli yang menggelitiki perutnya melihat kesalahan pahaman ini.
“Bukan gitu woy dengar gua dulu!” Cerca Feron langsung melempar sendok pada Adiniata, namun berhasil di hindari oleh sang kakak yang langsung diam, berhenti tertawa.
Adiniata mencoba menetralkan degup jantungnya yang hampir terkena lemparan sendok gratis dari sang adik, sementaran Feron kembali menetralkan dirinya setelah melempar sendok ke Adiniata dan kembali mengarahkan atensinya pada sang tante dengan serius.
“Pertama, kenapa bunda bisa nyampe kesini, naik apa dari terminal di jam 5 subuh? Kedua, kok gak kasih kabar?” Tanya Feron menuntut.
Neti menatap Feron “Jadi kamu gak ingin bunda berkunjung ya?” Tanya Neti menaikkan suaranya ikut emosi.
“Bukan begitu bundaaaa.... ” Seru Feron semakin kesal.
“Trus?” Ucap Neti masih dengan nada suara yang makin emosi.
“Ng-ngak jadi deh” Ucap Feron yang langsung kicep dan memilih untuk meyingkirkan kembang kantil dengan perlahan dan memakan sarapannya dalam diam.
Neti menghela nafas “Sebenarnya bunda kemari karna rindu pada kalian keponakan kesayangan bunda, dan yang menjemput bunda dari terminal tadi Adiniata, bunda cuma pengen ngasih surprise sama Feron yang bisa cuti ngurusin rumah dan fokus sama sekolah aja” Lanjut Neti tersenyum menatap feron dan Adiniata.
Feron yang menyuap makanannya seketika blushing.
“Waaaahhh, bunda so sweet sekali jadi terharu” Ucap Adiniata menyeka air mata palsu.
Setelah perbincangan singkat, mereka kembali melanjutkan makan dalam keheningan.
.... ...
.... ...
.... ...
Sampai disekolah, bukannya langsung kekelas seperti siswa dan siswi lainnya, komplotan Feron malah nongkrong di belakang toilet terbengkalai disudut sekolah paling ujung tempat biasanya mereka ritual lompat tinggi (manjat pagar).
Breo yang paling terakhir datang diperintahkan untuk membawa jajanan dan rokok sebagai hukuman.
“Dan walla, 5 bungkus rokok dan jajanan siap menemani diskusi eksklusif kita” Teriak Breo semangat meletakkan semua jajanan di tengah-tengah mereka, Feron mengambil sebungkus rokok dan membukanya kemudian mengambil sebatang.
“Nah” Feron menyodorkan sebatang rokok pada Alfi dan lanjut pada anggota lainnya.
Alfi menerima rokok dari Feron dan menyalakannya santai, yang lain juga ikut menyalakan rokok masing-masing.
“Gua benar-benar ngak habis fikir, setelah menghadapi Bruno sekarang malah datang dua masalah baru. Pertama Reo Alman yang diketahui berasal dari SMA 1 telah memberikan kita surat tantangan tidak jelas, kedua mengenai wali kelas gua sendiri, ” Ucap Feron memulai percakapan.
“Menurut kalian, yang mana yang harus kita urus terlebih dulu?” Lanjut Feron bertanya.
“Saran ketua, ” Seru Breo mengangkat tangan.
Feron memberi kesempatan dengan mengangkat alisnya.
“Bagaimana jika kita mulai dari yang terdekat” Lanjut Breo memberi saran.
Semua orang langsung menampilkan Smirk masing-masing, Feron mengangguk tanda menyetujui usulan yang disampaikan oleh Breo.
"Ide yang cukup bisa diterima Breo. Jadi, apa rencananya?" Tanya Alfi.
Breo menatap Alfi dan beralih melirik Feron "Sepertinya ketua lebih tau daripada gua, alangkah lebih baik jika kita serahkan pada ketua, benerkan Ron?"
Feron menyunggingkan senyum miring “Rencana kita adalah merebut bukti foto dari smartphone Ryou, lakukan apapun untuk mendapatkannya” Semua langsung menatap Feron serius.
“Lakukan apapun? Apa itu termasuk mencelakainya?” Stevan memandang Feron mencari jawaban.
“Ya” Singkat Feron mematikan rokok pertamanya.
Seketika tatapan Stevan berbinar senang.
“Apa rencana ini dilakukan secara individu?” Kali ini Desta membuka suara.
“Bisa saja, gimana enaknya saja. Kalau lo pada mau kerja sama maka lakukan, pokoknya sampai kita mendapatkan bukti itu apapun cara akan dihalalkan” Feron benar-benar tanpa beban mengatakan ambisinya kepada semua anggota inti hingga Alfi yang duduk disebelahnya sedikit terkejut.
Drrrttt.... Drrrttt.... (suara getaran smartphone Feron)
Feron langsung merogoh tasnya yang bergetar, mengambil smartphone dan seketika tatapannya menjadi aneh.
Regas melirik Feron yang ragu untuk mengangkat panggilan.
“Siapa?” Tanya Regas.
“Nanda” Jawab Feron santai dan langsung mengangkat telfon.
“Hal-“
^^^Feron lu dimana? ^^^
Belum sempat Feron memulai pembicaraan, Nanda sudah berteriak lebih dulu, membuat pendengaran Feron seketika tuli sesaat.
Sebelum menjawab pertanyaan Nanda, Feron menatap teman-temannya yang juga menatap Feron.
“Ngghhhh?” Gumam Feron tak jelas.
^^^Gak usah nghhh nguhh ngehh, sesak berak lo ya!? Ngomong yang bener! ^^^
Tuntut nanda dari seberang telfon.
Seketika muka Feron langsung pias.
"Gua lagi gak bisa best-"
^^^Sekali lagi lo ngomong gak bisa gua cincang online lu, BALEK KEKELAS SEKARANG Alferon Adidjaya !!!^^^
Alfi menepuk bahu Feron pelan.
“Dah pergi aja mungkin penting” Bisik Alfi.
^^^Ha!? Ngapain lo bisik-bisik Fi?^^^
Alfi langsung kicep dan memilih menjauh.
Anjir, pake speaker apaan tu si Nanda? Kok bisa kedengeran?
^^^Dan satu hal lagi, berhenti ngerokok di wc terbengkalai itu, jorok banget si lo semua^^^
Lulba yang sedang asyik menghisap rokoknya nikmat seketika langsung keselek.
Sementara Theo langsung menepuk dahinya.
“Cewek-cewekkk” Monolognya jengah memilih memandang mural di dinding.
“Emang ada apa si?” Tanya Feron mencoba tetap santai.
^^^Ada tante-tante ni nyar-^^^
^^^Hallo! (Suara berubah) ^^^
Feron langsung melihat layar smartphonenya, rasanya nama yang tertulis Nanda ku lope-lope tapi, kenapa yang didengarnya malah suara makhluk pengen keliang lahat?
^^^Feron kamu dimana? Bunda sekarang didepan kelas kamu ni, bunda datang bawain bekal kamu yang ketinggalan ni^^^
Dapat Feron dengar suara eti di seberang, dasar pikiran absurdnya. Tanpa sadar ia telah mengatai Neti, tanpa membuang waktu Feron langsung berlari menuju kelas seraya membuang puntung rokok kedua yang baru di hisap setengah secara asal.
Mengambil sepuluh Langkah, Feron berbalik.
“Ada celah langsung sikat smartphonenya” Seru Feron Falid.
Setelah mengatakan lima kalimat singkat, Feron langsung berlari tergesa menyisakan teman-temannya yang masih cengo ditempat.
“Sebaiknya gua kembali kekelas juga, bye semua” Ucap Alfi bangkit dan berlalu pergi.
.... ...
.... ...
.... ...
Proses pembelajaran di kelas berjalan dengan damai, Ryou yang sedang menjelaskan materi dan para siswa mendengarkan. Namun, dibalik sikap seriusnya memperhatikan Ryou, terselip sebuah rencana jahat. Feron menyeringai mengangkat tangannya.
“Bapak saya ingin bertanya” Ucap Feron.
“Ya Feron, silahkan” Balas Ryou.
“Nama-nama sambungan dalam kuda-kuda atap kayu pak, saya masih kurang ingat dan juga tolong Digambar dong pak, detailnya” Feron nyengir mencoba membuat Ryou jengah dengan menjelaskan materi yang ia tanyakan.
“Ok, saya akan menjelaskan secara singkat, ini bisa dicatat juga ya Feron agar ada contekan pas ujian besok” Ryou tersenyum kearah Nanda namun ucapannya malah mengejek Feron yang seketika dongkol.
“Pertama ada Perabung/bubungan (nok) yang berfungsi sebagai pengikat kuda-kuda satu dengan lainnya, letaknya dipuncak kuda-kuda lebarnya menyesuaikan dengan Panjang rangka atap. Kedua adalah Gording yang berfungsi sebagai penyangga Kasau terletak di atas kaki kuda-kuda. Ketiga …….” Ryou menggambar sebuah contoh potongan rumah dan kembali menjelaskan tanpa lelah ataupun jenuh.
Jujur saja, Feron mulai mengantuk mendengar penjelasan Ryou yang panjangnya menyamai jalan tol.
Wtf, nyesal gua nanya
Batin Feron yang berusaha tetap memperhatikan.
*Beberapa jam kemudian*
“Semua tugas kumpulkan kedepan” Titah Ryou dari mejanya.
“Ron sekalian ya” Nanda meletakkan bukunya diatas buku Feron, sementara sang empu hanya bisa menghela nafas melihat kemampuan malas sahabatnya yang malah sibuk mengetik cerita di smartphonenya.
Feron berjalan kedepan seraya menunggu antrian pemeriksaan, mencoba mencari hiburan Feron memandang kesekitar hingga pandangannya menatap smartphone Ryou yang menganggur, menciptakan pikiran siluman bersarang cepat.
Smartphonenya dibiarkan tergelatak, dasar! Tapi gapapa mumpung gua punya dendam ama ni smartphone gua langsung sikat aja
Inner hati Feron tersenyum jahat.
Saat ingin meraihnya, tiba-tiba smartphone itu malah berdering dan dengan cepatnya tangan Ryou meraih benda itu hingga Feron ternganga seketika.
“Hallo” Ryou berdiri memberi isyarat pada muridnya untuk menumpuk buku tugas disebelah laptopnya dan berjalan pergi.
“Hissshhhh!” Desis Feron gagal.
“Masuk saja nak” Ucap buk Ariani memepersilahkan anak TAV untuk masuk ke workshop DPIB.
“Nah yang ini AC-nya” Ujar Buk Ariani menunjuk AC yang tidak bisa menyala pada grup Lulba, mereka mulai bekerja. Lulba mengambil tangga dan naik keatas menatap sebentar bagian lubang baut di AC.
“Obeng Go” Kata lulba ingin membuka AC. Igo memberi obeng pada Lulba yang langsung menjalankan tugasnya dengan serius.
Setengah jam berlalu dan AC tersebut sudah kembali menyala, Lulba yang Lelah memilih untuk duduk sebentar di ruang guru bengkel DPIB.
Cklek!
“Eh, ada orang” Ucap Ryou masuk, mengabaikan Lulba yang masih duduk santai dilantai. Lulba tidak lengah, sekarang ia malah menatap intens smartphone yang di genggam Ryou.
Ryou yang melihat tatapan Lulba malah berpikir Lulba menginginkan minuman isotonik yang dibawanya.
Itu dia
Batin Lulba.
“Ini” Ucap Ryou menyodorkan botol air isotonik di depan muka Lulba yang sukses membuat perhatian Lulba buyar.
“M-makasih pak” Jawab Lulba grogi menerima minuman itu tanpa ada niatan menolak, sementara Ryou tersenyum memandang Lulba yang langsung salah tingkah.
“Saya yang seharusnya berterima kasih sama kamu, karna berkat kalian kami tidak kepanasan lagi hehehe- Oh! Astaga aku lupa” Ryou langsung berlari terburu menyisakan Lulba yang menatapnya aneh.
Saat ingin meminum air pemberian Ryou, tiba-tiba mata Lulba tak sengaja memandang kearah meja, tergeletak apik sebuah smartphone incaran. Dengan sigap Lulba berdiri mengambil smartphone tersebut mengabaikan rasa hausnya dan membuka layar smartphone.
“Gotcha” Ucap Lulba tersenyum senang.
Sekelebat ingatan kembali singgah di otak Lulba “Jika kalian bertanya ciri smartphone Ryou maka jawabannya adalah, pelindung smartphone bergambar Pony Pinky dan wallpaper smartphone bergambar anime loli pony tile sinkha” Masih segar diingatan Lulba mengenai wasiat Feron tersebut hingga ia mengangguk mantap melihat smartphone incaran.
“Tidak salah lagi” Ucap Lulba langsung berlari keluar melupakan minumannya yang masih tergeletak di meja.
.... ...
.... ...
.... ...
Matahari yang terik, angin sepoi-sepoi melambai membuat nafsu ngemil Theo meningkat. Kali ini menunya adalah Roy*ko ibu kantin.
Ibu kantin yang berada didapur hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat anak Milenial satu ini hobinya malah ngemilin micin.
“THEO!!!” Tiba-tiba dan entah darimana Lulba datang dan mengejutkan Theo yang sedang asyik ngemil Roy*ko.
“Uhuk-uhuk!!! UHUK!” Theo langsung tersedak, dan dengan cepat meminum air di teko hingga tandas tak bersisa setetespun.
“Tuhan ya-ampun” Pekik Theo mengusap dadanya yang masih jedag-jedug menatap Lulba yang tidak ada simpatinya malah tersenyum lebar.
“PAAN!?” Teriak Theo marah.
“Eitsh kok marah si theo? Senyum dong heheheheheheeeee~” Balas Lulba tersenyum kikuk.
“Senyum mata lo picak, ngapain lo kesini?” Sinis Theo marah.
“Nyari elu” Jawab Lulba duduk dihadapan Theo.
“Darimana lo tau gua disini?” Tanya Theo lagi.
“Sebagai sahabat se-preman SMK, tidak sulit bagi gua untuk menemukan Theo dijam 12 siang. Masalahnya lo kan suka ngemil yang aneh-aneh di jam segini dan jawaban pasti ya di kantin ini yang ibu kantinnya rela berbagi micin ama lo” Kata Lulba senyum mengejek.
Seketika Theo emosi “Dan*cok lu” Ucapnya langsung memukul kepala Lulba kuat.
“Sak- ah! Ada yang lebih penting” Lulba menyingkirkan rasa sakitnya beralih merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebuah smartphone.
“Saatnya lo kerja” Ujar Lulba tersenyum meletakkan sebuah smartphone kehadapan Theo.
“Hooo~ jadi ini” Gumam Theo meraih benda pipih itu.
Sementara Ryou sudah pusing mencari smartphonenya yang hilang.
...TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
liaa
napa?
2022-08-31
2
Rini Antika
Semangat terus kak..💪💪
2022-08-10
1
Lie Ara
semangat kk nulis nya
2022-07-22
2