Di hari senin yang cerah, bukannya melaksanakan kegiatan rutin tiap sekolah, kelompok Feron malah memilih membuat ulah baru. Sesuai instruksi Feron sebelumnya, kini Alfi dan yang lainnya tengah berada di sebuah rumah tua menunggu sang ketua datang. Regas di ambang pintu hanya menatap tajam sekolah yang akan menjadi tempat balas dendamnya. Dibalik punggungnya sudah tersedia pemukul baseball.
Sementara itu, Alfi yang sudah ketar-ketir kini hanya dapat memandang smartphonenya hampa. Ia sudah menghubungi Feron berulang kali, namun panggilannya selalu diriject oleh sang ketua.
“Dia bilang akan menunggu kita tau-taunya kita yang nunggu dia” Sungut Alfi memasukkan kembali smartphonnya kesaku jaket.
Teng... Tong...Teng…(Bel masuk sekolah)
“Tandanya sudah berbunyi” Ucap Breo.
Ting!
Alfi yang hendak berjalanpun seketika langsung berhenti dan memilih merogoh saku jaketnya membaca pesan.
“Guys” Semua langsung berbalik menatap Alfi yang sudah tertinggal beberapa langkah dibelakang mereka.
“Kita jalankan sesuai yang telah direncanakan, tangkap Bruno and the ganks dan beri pelajaran” Perintah Alfi serius.
“Theo, udah lu bobol cctvnya?” Tanya Alfi langsung mengalihkan atensi pada Theo yang duduk di sofa pojokan, tengah fokus dengan laptop di pangkuannya.
“Gak usah lo peringati juga gua udah tau tugas sendiri” Ucap Theo pedas, Alfi sedikit tersinggung namun ia memilih bungkam dan berjalan pergi saja. Jujur, Alfi dan Theo tidaklah terlalu akrab untuk urusan seperti ini.
...***...
Sementara itu di kantin SMA 2 tempat yang akan dilangsungkannya tawuran dadakan, Feron sebagai ketua gank malah asyik sarapan dikantin.
“Yaampun enaknya~” Ucap Feron memakan makanannya dengan lahap hingga membuat perhatian penjaga kantin langsung terarah padanya.
“Nak, kamu gak masuk kekelas? Sudah bel masuk lo” Tegur penjaga kantin polos.
“Sebentar lagi buk, kasian makanan seenak ini di tinggal” Balas Feron menghabiskan mie terakhirnya, dan langsung berdiri berjalan kearah sang ibu kantin untuk membayar kemudian pergi dengan terburu.
“Dasar anak jaman sekarang” Ucap penunggu kantin memandang uang dari Feron tanpa menaruh curiga sedikitpun padanya.
...****...
Feron berjalan menelusuri koridor SMA 2 dengan santai, seakan sudah mengetahui seluk-beluk sekolah ini. Memasang headband kebanggannya dengan santai Feron mengarahkan kakinya menuju lantai 2, didalam langkahnya yang begitu lambat Feron membuka bungkusan permen yang sengaja ia simpan untuk momen yang sebentar lagi ingin dimulai.
“Asyik rasa strobery, hap!”
Diperjalannya mengelilingi sekolah Feron juga sempat menyapa beberapa guru yang lewat, guru tidak menyadari kalau Feron sebenarnya penyusup yang mengamati sekolah karena outfits yang dipakai Feron adalah baju unggul SMA 2 sesuai dengan outfit hari ini.
“Bukkk” Sapa Feron ramah dengan senyum cerah.
“Iya-eh! Kamu kok belum masuk, sana masuk kelas pelajaran sudah dimulai” Ucap sang guru.
“Baik buk, ini saya juga mau masuk kelas” Guru itu berlalu pergi tapi perasaannya sedikit aneh melihat Feron namun pemikiran itu langsung ia tepis jauh, murid di SMA 2 hampir mencapai 1000 jiwa jadi tidak ada alasan untuk mengenal wajah mereka satu persatu bukan?
Saat mencapai kelas IPA 2 Feron berhenti tepat di jendela sudut, mengintip kedalam, jendela kelas cukup tinggi membuat hanya Pundak keatas Feron saja yang dapat dilihat penghuni kelas.
Pelajaran tengah dimulai khidmat, Feron memperhatikan dengan serius hingga pandangannya berhenti kepada seorang siswi. Memandang cukup lama siswi itu, ada sebuah rasa sakit yang dirasakan Feron dihatinya namun dengan cepat ia tepis jauh rasa itu. Ia beralih memandang seorang pemuda yang duduk disebelah sang gadis, Feron menatap dingin pemuda tersebut.
Siswa yang di pandang Feron tersentak dan seketika langsung mengarahkan atensinya menatap feron, ia sudah merasakan aura ini sedari tadi.
Rupanya...
Inner pemuda itu.
Drrrrttt… Drrrttt...
Feron mengambil smartphonnya dan menatap satu pesan singkat dari Alfi.
From: Alfi
Kami menunggu perintah selanjutnya
“Heh~!” Feron mengetikkan beberapa kata kemudian menyimpan Kembali smartphonnya dengan smirk misterius. Feron memandang pemuda itu kembali dan menggerakkan mulutnya seraya berlalu pergi.
...Gua nunggu lo di tengah lapangan Bruno Ferdinand Brahma...
Gerak mulut Feron yang berhasil diterjemahkan pemuda bernama Bruno itu. Tidak ingin tertinggal Bruno segera berdiri dan meminta izin kepada guru yang mengajar.
“Pak saya izin sebentar” Ucap Bruno sopan.
“Oh iya, silahkan Bruno”
Bruno langsung keluar bergegas mengejar Feron yang santai menuruni tangga.
“Berenti disana Alferon Adidjaya!” Seru Bruno.
Feron berhenti, dengan perlahan membalikkan badan menatap Bruno.
"Rupanya benar, ada tikus yang berkeliaran" Bisik Bruno.
.......
.......
.......
Ting!
“Gimana Fi?” Bisik Regas yang sudah bersiap di depan toilet pria untuk melaksanakan rencana pembekapan salah satu anggota Bruno.
“Lakukan! Semua berpencar perkelompok. Gua sama Regas disini, Desta Robi lu pimpin ke Timur, Breo Lulba kalian pimpin ke Barat, Stevan Bagas dan yang lain ke Selatan, kita harus bekerja cepat karna ini daerah musuh, ingat! Hanya beri pelajaran pada para gank” Semua bubar dengan mengenakan outfits SMA 2 hari ini, persis seperti pakaian siswa lainnya, membuat mereka mudah berbaur.
Setelah kepergian para anggota, Regas dan Alfi kini berpura-pura masuk kedalam toilet, menunggu sang mangsa keluar. Alfi pergi ke arah wastafel membasuh tangan sementara Regas sudah siap dibelakang bilik toilet.
Mengepung satu ajudan Bruno pasti akan membuat pertahanan mereka terpecah, dan itulah rencana Alfi saat ini.
“Wah enaknya habis ba-“
Tuk!
Bruk!
Regas memukul kuat tengkuk salah satu komplotan kepercayaan Bruno hingga pingsan.
“Aduh pak Tejo, kok bisa semua CCTV kita rusak bersamaan?” Ujar salah satu guru mencoba memperbaiki CCTV.
“Karna sudah tua kali pak, makanya mereka minta di upgrade”
“Haaaaahhh~ sepertinya” Mereka Kembali melanjutkan pekerjaan tanpa menaruh curiga sedikitpun.
Sementara Theo yang sudah berhasil menyadap seluruh sekolah itupun malah tertawa geli mendengar kepolosan guru-guru SMA 2.
“Astaga hahahahaha…. Bodoh sekali mereka itu ya, hmm.. bagaimana kalau kita lihat dulu dimana teman-teman atau gua tidur siang seb-
“Jika sampai gua ngeliat lo lalai Theo, jangan harap lo bisa dapatin CPU computer dari gua” Ujar suara
Feron diseberang. Sementara Alfi yang juga mendengar peringatan Feron hanya
dapat tersenyum mengejek ditempatnya. Mereka semua memiliki handsfree ditelinga
dan bodohnya Theo lupa meng-mutekan microphonenya sehingga apa yang ia ucapkan
terdengar oleh para anggota lainnya.
Bodohnya gua
Seru hati Theo malu dan langsung meng-mutekan microphonenya.
Kembali pada Feron, kini ia telah sampai di lapangan yang berada tepat di tengah sekolah, dibelakangnya Bruno mengikuti dengan siaga. Feron memasang maskernya dan berhenti berjalan, membuat Bruno seketika langsung waspada dan dengan cepat memasang kuda-kuda bersiap.
.
.
.
Bruk!!!
“Kenapa Nan?”
“Gak apa-apa War”
Mungkin Nanda menjawab begitu namun berbeda dengan tubuhnya yang langsung limbung kepelukan Anwar, sementara sang empunya hanya tersenyum maklum melihat Nanda yang langsung bangkit dari pelukannya.
“Makasih War” Ucap Nanda mencoba menyembunyikan rona diwajahnya. Ada apa dengan dirinya? Apa karna aktifitasnya yang padat di Passus? Nanda menggelengkan kepalanya dan mencoba berjalan walau sempoyongan.
“Ok” Jawab Anwar berlalu pergi tanpa menyadari perubahan pada wajah Nanda.
Nanda mengambil duduk di kursinya mencoba menetralkan detak jantung yang sempat menggila, menaruh jajanan di meja yang baru saja dia beli bersama Bunga, ini tidak biasanya Nanda akan menerima ajakan Bunga untuk berbelanja Bersama, tapi disebabkan sahabatnya yang juga berstatus sebagai teman sebangkunya Feron tidak hadir dengan alasan yang tidak diketahui akhirnya ia dengan terpaksa menerima ajakan Bunga.
“Si Feron memang gak datang ya Nan? Udah jam keluar main pertama tu makhluk kagak muncul juga” Bunga bertanya kepada Nanda, mungkin saja dia punya jawaban.
“Lu kayak baru kenal dia kemaren aja Bung, biasalah tu~ tapi tadi pagi dia ngirim pesan kalau ada kendala dijalan berdua sama si Alfi, setelahnya gua gak tau” Jawab Nanda berpura-pura acuh padahal dia khawatir sekali.
“Ooo~ gua kira dia nongkrong di kedai depan kampus godain janda lagi, dia kan gitu terus sifatnya, GAJE!” Tuding Bunga memakan jajanannya.
“Iye bener juga lo Bung, hahahahaha… palingan entar tu anak timbul macam jin” Timpal Nanda mencoba menghilangkan fikiran negative yang sempat singgah.
Namun kenyataannya,
Keadaan SMA 2 semakin ricuh, kaca jendela semua pecah halaman sekolah terbakar ruang kelas hampir semua rusak dan ditengah lapangan terlihat Bruno yang dipukul bertubi-tubi oleh Feron hingga babak belur.
Tangan dan kaki Bruno sudah mati rasa, sementara Feron terkilir di tangan kanan dengan kening yang tak henti mengeluarkan darah. Semua anak-anak dibubarkan oleh kepala sekolah namun sebelum mencapai pagar, lingkungan sekitar mereka sudah terbakar, mereka terkepung, membuat guru dan petugas sekolah lainnya terpaksa harus mencari jalan lain agar para murid dapat keluar.
“Udah gua bilang sama lo Bruno” Feron berjongkok mencengkram kerah kemeja Bruno yang sudah dipenuhi darah.
“Gua gak pernah bercanda” Suara berat Feron berhasil membuat bulu kuduk Bruno berdiri, belum sempat Bruno mengeluarkan kata, bogeman mentah bertubi kembali dilayangkan Feron tepat di muka Bruno.
Bruno terkapar tak berdaya seluruh panca-indranya mengleuarkan darah, ia sudah tidak dapat bergerak lagi. Sebelum satu pukulan mengenai Bruno seorang siswi datang melindunginya hingga tinju Feron malah mendarat dipipi mulus itu, Gadis itu terkejut merasakan cairan amis yang semakin banyak keluar dari hidungnya menyebabkan liquid bening tanpa permisi ikut mengalir dengan deras dipipi putih itu.
“Afni…” Afni terkejut, mengapa orang ini bisa tau namanya. Ia menatap tepat kearah mata Feron yang masih belum percaya ia telah meninju Afni.
“Ka-“
Regas yang sudah memakai alat penyamaran berlari menghampiri Feron, Afni dan Bruno yang sudah tidak berdaya.
“Ini balasan buat lo bang*sat!” Regas memukul kaki Bruno dengan pemukul baseball yang sengaja dia persiapkan untuk momen ini.
“TIDAK!!!” Afni langsung memeluk Bruno kuat.
“Hahahahahahaha! Cacat!!! Cacat!!! Cacat!!!”
Krak!!
Suara tulang retak tak membuat Regas berhenti malah semakin gencar memukul kaki Bruno.
“Tolong!!” Teriak Afni menangis pilu tanpa mengendurkan pelukannya pada Bruno yang nafasnya semakin berat.
Feron tersentak melihat Afni yang menatapnya dengan tatapan terluka.
“Gas udah Gas!” Feron yang tersadar dari lamunan bodohnya seketika mencegah Regas yang semakin brutal memukul kaki Bruno bahkan Afni juga ikut terkena pukulan bertubi Regas.
Namun Regas seperti sudah termakan dendam hingga tak mendengarkan Feron, Feron yang emosi langsung mengunci pergerakannya.
“Lo lupa tujuan kita ha!” Feron menatap Regas marah.
“Ingat! Kita gak buat dia cacat Gas! Kita cuma ngasih pelajaran, PAKE OTAK JANGAN DENGKUL!!!” Marah Feron yang tidak habis fikir dengan kelakuan brutal Regas.
“PIKIRKAN MASA DEPAN KITA SEMUA JUGA BE*GO!!!” Teriak Feron murka ditengah lapangan yang sudah kacau.
Semua berhenti berkelahi, mereka menatap tepat kearah Feron dan Regas. Bahkan para guru SMA 2 juga ikut memperhatikan kedua remaja itu. Regas hanya menatap Feron marah, tidak ada ucapan yang dikeluarkannya, hanya deru nafas yang memburu.
DOR!
DOR!
DOR!
“Polisi!!!” Jerit salah satu bawahan Feron.
“Cih, gua butuh penjelasan lo Gas, sekarang BUBAR!!!!” Teriak Feron mengakhiri tawuran.
Alfi yang mendengar titah Feron seketika langsung meninggalkan korbannya yang pingsan, dengan gesit Alfi keluar dari para gerombolan siswa SMA. Sementara Regas hanya menatap lurus kearah Bruno, tidak. Lebih tepatnya pada kepala sekolah yang sangat menghawatirkan Bruno dan Regas benci itu. Ia mundur perlahan dan berbalik berlari meninggalkan SMA 2 dalam pikiran beserta dendam yang membuncah.
Dasar keparat
Isi hati Regas menjerit marah.
Guru kedisiplinan SMA 2 tidak tinggal diam.
“JANGAN BIARKAN MEREKA KABUR! TANGKAP SEMUA!” Teriak salah satu guru mengintruksi semua satpam yang berada di lokasi untuk menghalangi langkah kabur gank Feron.
“Ini diluar dugaan” Gumam Feron tersenyum kecut memandang para satpam.
Zwingggg…..
Prankkk…..
“LARI KETUA! JANGAN BERHENTI!!!” Teriak Alfi memukul para satpam dengan batu bata hingga mereka pingsan menciptakan jalan kabur bagi mereka.
Tok…Tok…Tok…
“Silahkan masuk?” Ucap buk Ariani masih sibuk dengan laptopnya.
Pintu dibuka, menampilkan pak Sutejo selaku guru BK kelas Feron.
“Ah, pas sekali” Pak Sutejo langsung duduk didepan meja Ryou yang sedang menikmati mie kuah spesialnya.
“Makan pak Sutejo” Ucap Ryou ramah.
“Tidak usah, bapak William lanjut saja” Ucap pak Sutejo menampilkan senyumnya pada Ryou yang makan dengan lahap.
“Hahhh~” Pak Sutejo akhirnya mengeluarkan nafas gusar yang sudah lama ditahan.
"Ada apa pak? sepertinya terlihat lelah sekali?" Tanya Ryou memandang basa-basi pada pak Sutejo. Namun dihatinya ia jelas tau kalau ini masalah muridnya yang bernama Feron, itu pasti.
Apa lah masalah yang ditimbulkan bijik kelapa (Feron) itu lagi……
Tanya hati Ryou jengkel.
“Sebenarnya tadi saya sempat kekelas bapak, namun…” Pak Sutejo berhenti sejenak, Ryou dan buk Ariani juga ikut berhenti dari aktifitasnya dan menatap pak Sutejo, meminta ia untuk melanjutkan ucapannya yang masih menggantung itu.
“Feron tidak masuk sejak pagi kata teman-temannya, kira-kira apakah dari keluarga ada memberi kabar atau bagaimana pak?” Tanya pak Sutejo menatap Ryou penuh tanya.
Ryou menaruh sendok yang sempat menggantung diudara, beralih memandang pak Sutejo dengan pandangan yang sulit diartikan.
Betul kan, si Feron lagi. Rasanya aku sudah banyak kehilangan berat badan setelah memegang kelas anak itu.
Ryou tidak habis fikir, ia menggaruk kasar kepalanya hingga beberapa helai rambut pirang rontok dari kepalanya. Pak Sutejo dan buk Ariani sempat khawatir, kenapa tiba-tiba guru satu ini terlihat begitu setres?
"Dia pasti kesana" Ujar Ryou tiba-tiba berdiri, membuat pak Sutejo dan buk Ariani bertanya-tanya apa maksud perkataannya.
.......
.......
.......
“Udah Bell masuk tapi si Feron belum kasih kabar juga, apa jangan-jangan beneran pergi ke-kedai janda itu?” Sungut Nanda menendang-nendang kursi Feron brutal.
"Gak bisa dibiarin kalau itu bener" Lanjut Nanda menendang meja Feron hingga terlempar keluar kelas.
“Gak usah segitunya juga Nan”
Seketika ekspresi Nanda menegang, dengan gerakan patah-patah ia menatap ke sumber suara.
“Fer-?“
...TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
liaa
bagus kalo gitu
2022-08-31
2
liaa
iya apa cuy
2022-08-31
2
liaa
iya wkwkwk
2022-08-31
2