“Alferon Adidjaya, kamu tau apa yang kamu lakukan benar-benar membuat saya marah!”
Sementara Feron hanya bisa diam dengan wajah keras.
Bagaimana orang ini bisa tau?
Batin Feron kalut.
...*Sebelumnya*...
“Sa-sakit banget ya Ron, sorry gua bener-bener gak tau” Kata Nanda bermuka sendu merasa bersalah.
“Ngak-ngak, udah baikan kok” Feron menolak sentuhan Nanda padanya.
“Lo marah ama gua ya?”
Tok... Tok....
“Nan” Passus siswi melambai memanggil, membuat gerakan Nanda yang ingin melihat luka Feron terjeda.
“Ada apa Mon?” Nanda bangkit dari duduknya menghampiri Mona yang berdiri diambang pintu.
Feron, Alfi dan Ayu hanya dapat melihat interaksi kedua siswi itu hingga Mona si Passus siswi memberikan sebuah surat pada Nanda dan berlalu pergi.
Nanda berbalik kembali ke-kursinya, memberikan surat itu pada Feron yang menampilkan raut bertanya.
“Mona bilang ini surat dari siswa sekolah lain yang kebetulan berkunjung, dia bilang siswa itu minta tolong buat kasih surat ini sama Alferon Adidjaya kelas 2 DPIB” Ucap Nanda menyerahkan surat pada Feron.
Feron yang menerima surat itu lantas memilih keluar dari kelas, sementara Alfi tetap ditempatnya tidak ingin kedua siswi ini malah ikut mengekorinya jika ia menghampiri Feron, Alfi dapat melihat sekilas surat itu bukanlah surat biasa. Melainkan surat yang berhubungan dengan geng.
Alfi yang lanjut menghabiskan bekalnya malah ditanya-tanya Nanda lagi.
“Fi, menurut-lu tu surat isinya apa?”
Alfi langsung menghentikan suapannya “Entah, dari temennya kali” Jawab Alfi cuek.
“Masak dijaman smartphone canggih, tu temennya masih pake surat?!” Tanya Nanda tak habis fikir.
“Ya mana gua tau, kali aja kalau pake surat pesannya lebih tersampaikan daripada pake smartphone yang ngabisin kuota” Saat ingin menyuap suapan
terakhir Alfi merasakan aura kejam akan segera menghajarnya, Sepertinya Alfi telah salah bicara.
BUK! BRAK! Prank!
Feron melirik sekilas kearah kelasnya yang tiba-tiba saja berisik kemudian kembali membaca isi surat yang seperti habis terkena banjir bandang itu.
Happy banget lu nyerang gank Bruno tanpa ngajakin gua. Dasar baji*ngan!, mulai dari hari ini siap-siap aja lu buat masalah berikutnya, gua kasih lo waktu bersiap selama 3 bulan, tepat dihari yang sama lu harus datang ke lapangan balap dipuncak. Buat para gank lain berhenti nyebut lu semua pengecut, dasar sekumpulan bocah!
Feron membaca lekat surat itu, rupanya pergerakannya dapat diketahui oleh 'mereka'. Setelah membaca surat tersebut lantas Feron langsung meremukkannya tidak perduli dan malah langsung membuangnya ke tong sampah, setidaknya itulah yang ia fikir.
“Jadi begitu…” Monolog Feron menatap lekat kelangit.
“Ya! Jadi begitu rupanya” Feron terkejut seketika langsung memandang kebelakang, melihat Ryou wali kelasnya yang sudah bersandar pada kolom koridor dengan tatapan tajam.
“Ikut ke workshop!” Tegas Ryou berjalan lebih dulu.
“Jangan mencoba kabur atau Bapak akan berbuat lebih nantinya” Tekan Ryou melirik Feron yang masih berdiri ditempatnya,
(Workshop: bengkel atau tempat praktek kejuruan)
Dia ngak bercanda! tatapan matanya menyiratkan bahwa gua harus ngikutin dia atau… ah! Gak mau ah. Masak ia ketua gank macam gua nurut gitu aja.
Feron tidak ingin mengartikan lebih tatapan mengintimidasi Ryou dan akan berniat kabur sebelum tangan itu mencapai tengkuknya dan menarik kerah baju Feron.
"Sudah Bapak peringatkan untuk tidak kabur 'Feron'" Ucap Ryou menekankan nama sang murid.
Dan pada akhirnya Feron pasrah diseret sang walas sampai ke workshop, masuk lebih dalam menuju tempat para guru jurusan beristirahat sekaligus tempat rapat.
“Silahkan duduk” Perintah sang walas menunjuk kursi tamu.
Feron langsung mengambil duduk di depan meja Ryou begitu juga sebaliknya.
“Jadi apa maksudnya dengan mulai dari hari ini bersiaplah untuk masalah yang belum selesai?” Tanya Ryou mengangkat surat yang sudah dibuang Feron.
“K-kau memungutnya?” Muka Feron pias, ia tidak habis fikir dengan Walasnya satu ini.
“Entahlah aku juga tidak tau, tiba-tiba seseorang melempar ini padaku” Ryou memainkan surat itu, menatap remeh dan memperhatikan Feron yang mukanya sudah emosi.
Ryou tersenyum culas, meletakkan surat itu keatas meja, lalu menopang kepalanya pada kedua punggung tangan.
“Jadi, bagaimana nasib SMA 2 itu? Kudengar salah satu siswanya mengalami kritis dan patah tulang disebabkan oleh sekomplotan orang misterius yang tiba-tiba datang menyerang mereka” Ryou menampilkan senyum misterius.
Feron hanya diam membisu, tidak dapat menjawab. Ekspresi mukanya seketika datar.
Brak!!
Ryou menggebrak meja, ia berdiri mencondongkan wajahnya kearah Feron yang mencoba bersikap netral.
“Alferon Adidjaya, kamu tau apa yang kamu lakukan benar-benar membuat saya marah!” Kata Ryou dengan suara berat.
Sementara Feron hanya bisa diam dengan wajah mengeras.
Bagaimana orang ini bisa tau?
Batin Feron kalut.
“Kenapa bapak menuduh saya? Belum tentukan, saya pelakunya, lagian bukti valid-pun tidak ada” Ucap Feron tersenyum, berusaha membela diri.
“Hmmm~ bagaimana ya?” Ryou bangkit, berbalik memunggungi Feron.
“Fer, menurut kamu apa si yang membuat mereka begitu brutal sampai menghancurkan sekolah itu?”
Feron menggaruk kepalanya berpura-pura berpikir.
“Mana saya tau pak, lagian bapak kok curigaan sama saya sih?” Tanya Feron berpura-pura tak mengerti.
Feron melihat Ryou merogoh saku celananya, membuka smartphone dan seperti mencari sesuatu.
Ryou berbalik, menunjukkan sebuah foto yang membuat Feron langsung terkejut.
“HEHHHH! Jika kabar ini sampai ketelinga kepala sekolah entah apa yang akan terjadi, ups! Mungkin saja hal buruk yang akan terj-
Bugh!
Feron langsung membogem mentah wajah Ryou hingga membuat sang korban tersungkur dilantai dengan darah segar berhasil keluar dari mulutnya.
“Kauuu!!!” Aura Feron berubah mengintimidasi.
“Ini akan menjadi menarik bukan?” Ryou menyeka darah dari sudut bibirnya.
“GUA PERINGATKAN SAMA LO ANJ*ING SORTIR OMONGAN LO SEBELUM GUA JAHIT!!” Feron mulai terpancing emosi, dia menduduki perut Ryou dan tanpa basa-basi langsung mencengkram kerah bajunya kuat.
“Tidak semua hal bisa lo selesaikan, berhenti mencampuri urusan gua dan lakukan pekerjaan lain. Ada 31 siswa kelas 2 DPIB yang bisa lo urusi masalahnya, dan kenapa lo harus repot-repot buat satu murid seperti gua!?” Tanya Feron melemahkan ucapannya di akhir.
Feron memperhatikan Ryou yang hanya tersenyum padanya dan sontak hal itu langsung membuat Feron semakin marah.
“Kupikir karna tanganmu sedang cuti kerja (cedera) kau menjadi lemah, rupanya tidak. Bogemanmu masih full power ya, hahahahahaha” Ryou beralih mengusap pipinya yang di bogem Feron.
Ryou tertawa pelan, kerah kemejanya masih dicengkram erat oleh Feron, membuat ia agak sulit untuk bernafas.
“Cih!!!”
Tak!!!
Sebagai penutup Feron memukul kening Ryou dengan keningnya, menciptakan memar baru pada kening masing-masing, luka di daerah kening feron kembali terbuka namun ia tak peduli.
Feron melepaskan cengkramannya dan pergi meninggalkan Ryou yang dia pikir pingsan. Setelah Feron pergi meninggalkan ruangan, Ryou yang berpura-pura pingsan duduk dan mengusap kepalanya yang sempat terhempas ke lantai.
“Tak ayal anak itu jadi ketua gank” Gumam Ryou menatap pintu tempat Feron keluar tadi.
"Namun masih memiliki banyak lubang” Sambungnya.
Disisi Feron..
“Menyebalkan” Feron membuka pintu utama dan melihat komplotannya sudah menunggu.
.......
.......
.......
Setelah Feron diinterogasi, akhirnya mereka semua memilih untuk nongkrong dikedai ‘janda’ tempat biasa mereka berkumpul untuk membicarakan hal-hal seputar masalah gank.
“Namanya Reo Alman, anak SMA 1” Ucap Theo menunjukkan data diri Reo pada layar laptop, semua memperhatikan biodata Reo.
“Kenapa dia sendiri yang datang membawa surat tantangan? Hmm… aneh” Ucap Alfi tak habis pikir.
“ Seperti yang di katakana Feron tadi, surat itu cukup mencurigakan, bahkan isinya seperti menunjukkan belas kasih yang aneh” Ucap Regas yang tampak tak perduli.
“Belas kasih pantatmu! Dasar be*go” Balas Stevan malah memancing emosi Regas yang sedang tidak stabil.
“Dasar id*iot, coba kau cerna ucapan Feron tadi dengan otak udangmu itu gob*lok!” Regas mulai terpancing amarahnya.
“Hoo! Kau sepertinya belum sarapan sleding ku ya!” Stevan melangkah emosi menghampiri Regas yang sudah berdiri siap meladeni.
“Su-sudahlah kalian, ini bukan saatnya adu jotos” Lulba dengan canggung berdiri menghalangi pandangan Regas dan Stevan yang sudah dipuncak emosi.
“Ka-“
“BISAKAH KALIAN FOKUS SEBENTAR!” Teriak Alfi, membuat mereka semua berhenti.
“Ada hal yang lebih mengerikan” Ucap Feron.
Semua saling memandang satu sama lain.
“Apa?” Tanya Regas mewakili.
“Ryouichi mengetahuinya” Kata Feron serius memandang semua rekannya.
“Ha!?” Kali ini malah Alfi yang heran.
“Dia mengetahui insiden SMA 2” Lanjut Feron gusar.
“Pfftt.. hahahahahahaha” Theo tertawa keras.
“Astaga, yaampun. Feron, Apa dia tau inti masalahnya? ” Tanya Theo menatap Feron serius.
“Tidak, kurasa belum. Tapi dia memiliki bukti foto kita yang melepas penyamaran” Jawab Feron memandang lantai kantin.
“Ha! Bagaimana bisa?” Ucap Theo terkejut bukan main, rasa meremehkan Ryou menguap seketika. Rasanya dia sudah bekerja dengan teliti untuk urusan seperti itu, tapi kenapa bisa?
“Heh~ sepertinya kita harus mengganti Theo” Ejek Regas yang langsung diangguki setuju oleh Stevan.
“MA-“
“Apa yang perlu kita takutkan coba? Kalau dia ingin bermain seperti itu, maka..” Alfi berjalan ketengah para anggota.
“Mari kita ladeni” Lanjut Alfi menyeringai.
“Hah~” Feron menghela nafas gusar, menutup matanya sebentar dan kembali membukanya.
“Boleh juga” Lanjut Feron tersenyum culas.
“Bersiaplah Ryou, karna harimu disekolah ini tidak akan setenang sebelumnya” Gumam Feron menyeringai senang.
Sementara itu diruang guru, Ryou yang sedang mengetikkan sesuatu di laptopnya seketika berhenti dan memandang sekitar.
“Apa hanya perasaanku saja atau sepertinya ada yang sedang membicarakanku? ” Tanya Ryou dalam kesunyian.
...TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
liaa
surat kematian kek nya
2022-08-31
2
liaa
oh gak nanya
2022-08-31
1
liaa
gak tau
2022-08-31
2