Malam hari, Vanya sedang tiduran di paha mamanya sambil belajar. Sementara Mama Tantri sedang mempelajari berkas-berkas yang diberikan oleh client nya.
Papa Banu membawa nampan yang isinya sepiring pisang goreng dan tiga gelas teh manis.
"berhenti dulu, ni Papa bawakan pisang goreng dan teh manis."ucap Papa Banu kepada Vanya dan Mamanya.
Vanya dan Mamanya pun menikmati hidangan yang dibawakan Papa Banu.
"Vanya, gimana tadi sekolahmu?lancar?" Tanya Papa Banu lalu minum Teh
"Lancar Pa."jawab Vanya lalu makan pisang goreng
"Mama lihat buku tugas kamu hari ini."Ucap Mama Tantri yang membuat Vanya kaget karena nilainya merah.
Dengan berat hati Vanya memberikan buku tugasnya kepada mamanya.
Mama Tantri melihatnya dan Memarahi Vanya.
"Soal ini mudah , kenapa salah ? Kamu ini sudah kelas 11 Vanya, Jangan badung, Mau sampai kapan kamu begini" omel Mama Tantri lalu menjewer telinga Vanya. Vanya pun kesakitan.
"Aduh Ma, sakit, Ya itu matematika Vanya sama sekali gak paham Ma, Angka semua , Rumusnya banyak, Mana hafal Vanya" Jawab Vanya lalu mengambil bukunya.
"Udah Ma, Lainnya kan nilainya bagus"ucap Papa Banu
Vanya tersenyum lalu mendekati papanya.
"Papa gak marah?Vanya nilai Matematikanya merah?"tanya Vanya memastikan
"Tidak, tapi uang saku dipotong 100%"jawab Papa Banu yang membuat Vanya Menghela nafasnya lalu pergi ke kamarnya.
Di dalam Kamar Vanya ,Meta juga Vito melakukan obrolan bersama melalui ponselnya.
"Kenapa tu muka kaya kertas dilipet?"tanya Vito
"Palingan uang saku dipotong 100%,hahahaa."jawab Meta.
Vanya pun memanyunkan bibirnya.
"Gara-gara pak Heri kasih nilai Merah, Tapi gak apalah gak dapat uang saku satu minggu, tadi udah dapat 500 ribu dari Reta, Hahaha"jawab Vanya tertawa yang membuat Vito dan Meta heran.
"dari Reta?Primadona itu?kenapa bisa?."tanya Meta bingung
"Iya Nya, Kenapa Reta kasih kamu 500 ribu?, Reta ada hutang sama kamu?"tanya Vito
"Ssst, kalian kenapa heboh sih, Ya tadi kan aku dan Reta tabrakan di jalan menuju kelas, nah Ponsel ku jatuh dan retak, dan tau gak yang retak itu kaca luar bukan Layar Asli nya, Reta bodoh ya,"hahaha"jawab Vanya tertawa
Vito dan Meta menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan ulah sahabatnya itu.
Vanya pun mematikan obrolan mereka lalu bersiap tidur.
Di Sekolah
Reta sedang memandang Bragi di dekat pintu gerbang.
Vanya dan Meta berjalan melewati gerbang bersama dan melihat Reta memandangi Bragi.
Bragi adalah ketua osis sekaligus ketua tim Basket di sekolah.
Vanya dan Meta menoleh ke belakang dan ternyata ada Beagi yang sedang berjalan dari parkiran.
"Lihatin terus, deketin kalau suka Ta."ucap Vanya yang membuat Reta melotot
"Apaan sih, gangguin aja, lagi pula gak perlu aku mendekat Bragi akan mendekatiku, tuh lihat dia berjalan kesini." Jawab Reta antusias lalu tersenyum ke arah Bragi.
Bragi berhenti sejenak dan memandang tiga gadis di dekat pintu gerbang itu.
"Hem, ini Rambut kapan akan di gerai ,Perasaan di Cepol mulu."ucap Bragi sambil memegang rambut Vanya.
Reta pun kesal melihat Vanya mendapat perhatian dari Bragi
"Eh, jangan pegang-pegang, Nih Reta nungguin kamu dari tadi, malah megang rambut indahku"jawab Vanya ketus lalu mengajak Meta ke kelas.
Reta pun sedikit malu akibat ucapan Vanya yang ceplas ceplos itu.
Reta lalu berlalu ke kelasnya, Sementara Bragi masih berdiri sejenak "Yang lain berharap akan bisa dekat denganku, kamu malah menjauh, Vanya-Vanya."ucap Bragi dalam batin lalu menuju kelasnya.
Pak Heri memasuki ruangan dan melihat Vanya sudah di tempat duduknya.
"Tumben, gak telat lagi ."ucap Pak Heri yang membuat Vanya mengerti
"Kan, Vanya udah berusaha gak terlambat di tumbennin, Giliran Vanya terlambat di bilang sering,Gimana sih Bapak ich?."jawab Vanya yang membuat Seisi Kelas tertawa hahahaha.
Bel istirahat berbunyi dan semua keluar kelas menuju Kantin.
Vanya dan Meta sudah dipesankan bakso oleh Vito di warung bu Yati
"Tumben, udah duluan Vit?"tanya Meta lalu duduk
"Nih, Aku dapat nilai sempurna, kalian ku traktir."Jawab Vito dan Meta pun memberinya selamat juga Vanya.
Mereka menikmati bakso , Meta mendapat panggilan untuk ke ruang Guru.
"Vit, Nya, Aku ke ruang guru dulu ya, Kayaknya Olimpiade akan semakin dekat."ucap Meta yang membuat Vito senang namun Vanya menunduk.
"Kalian hebat, pandai, sementara aku,hiks hiks." Vanya merengek yang membuat Vito dan Meta saling memandang.
"Kamu cantik, baik, Pandai bisa di dapat bila kita mau belajar , Aku dan Vito pasti akan mengajarimu Nya."ucap Meta yang mendapat pelukan dari Vanya juga Vito.
Vanya mendapat panggilan dari bagian kesenian.
Vito dan Meta juga Vanya melepas pelukan.
"hah,Ngapain aku, biasanya yang manggil aku juga guru Bimbingan Konseling, la ini kenapa dari bagian kesenian?."tanya Vanya Bingung.
Akhirnya Meta, Vito, dan Vanya pergi masing-masing.
Vanya di ruang kesenian bersama Vito yang juga menjadi pengurus osis.
Disana sudah nampak Reta dan Beberapa pengurus osis yang tergabung dalam kelompok kesenian Drama.
Vanya duduk di dekat Vito.
Semua mendengarkan penjelasan dari guru kesenian "Mohon maaf atas ketidak nyamanan kalian terutama Vanya, Ibu mengundangmu kesini karena ibu rasa kamu cocok memerankan tokoh putri salju."ucap Guru kesenian yang mendapat tepuk tangan semuanya.
Vanya bingung karena ia sama sekali tidak mengerti akan peran.
"Tenang, kamu pasti bisa."ucap Vito
Tanpa disadari, Bragi duduk di samping Vanya yang membuat Vanya kaget.
"Astaga, Jangan dekat-dekat sudah berapa kali ku bilang."ucap Vanga ketus .
Bragi tersenyum ramah "hem, kamu pasti bisa, Semangat."
Vanya hanya diam lalu mengajak Vito pergi, Namun dihalangi Reta.
"uh, senengnya jadi pemeran utama."ledek Reta
"Kalau mau ,ambil aja, Aku gak tertarik."jawab Vanya lalu memakan permen lolipop yang ia bawa
Reta merasa kesal karena Vanya tidak menghargainya.
"Aku ini, primadona disini, setidaknya kamu harus menghormatiku."jelas Reta yang diketawain oleh Vanya.
"Hahahaha, Primadona tapi pangeran sekolah gak tertarik padamu, kasihan, Eh Pak Ketua Osis, apa kamu menyukai Reta si primadona ini?."teriak Vanya yang membuat Reta memelototinya dan Bragi pun mendekat ke arah mereka.
"Sorry Bro, mulut sahabatku ini emang gak bisa dikontrol, ceplas ceplos ."ucap Vito yang takut akan terjadinya keributan karena bila Bragi marah, maka semua akan kena.
Bragi tersenyum, lalu menjawab pertanyaan Vanya tadi dengan memandangi Vanya "Aku lebih nyaman memandangmu."
Mendengarnya Vanya kesal lalu mengajak Vito pergi.
"Nya, kamu gak tertarik dengan Bragi?" Tanya Vito dan Vanya hanya menggelengkan kepalanya.
"Gak ada waktu mikirin hal begituan Vit, lagipula akh sedang berjuang mendapat nilai hitam pada matematika agar mama dan papaku gak ngomel mulu."jawab Vanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
🤩😘wiexelsvan😘🤩
uuhhh dasar vanya usil,jail,ceplas ceplos, ceria anaknya seneng sikap kayak gini hidup jd berwarna ya khan van 😍😂😂
2021-11-22
3
Ari Dewi
dasar Vanya Vanya bawel kali tu mulut
2021-10-24
0